# Tujuh

7 5 6
                                    

Hari ini adalah hari yang di tunggu tunggu oleh black agle pasalnya mereka akan menjemput ketuanya yang sudah lama berpisah.

"Tch!"

Radeva yang daritadi menunggu kedatangan yang lainnya di markas, hanya bisa mondar-mandir sambil mendecakkan lidahnya. Sudah hampir 1 jam dia menunggu anggota black agle lainnya, tapi belum juga ada yang menampakkan batang hidungnya.

Tapi, Radeva juga tidak bisa memarahi atau menghajar teman-temannya itu, karena ini memang kesalahannya sendiri. Mereka janjian datang jam 10 siang, tapi karena terlalu semangat, Radeva sudah datang dari jam 9 kurang tadi.

"Lu ini kenapa sih Dev, dasar begoo bego," Radeva berucap pada diri sendiri sembari berkacak pinggang lesu.

GRENGGG GRENGG CITT

"Akhirnya," bisik Radeva.

Dareen turun dari motornya setelah memarkirkannya dengan rapi. Ia pun melepas helmnya dan merapikan rambutnya, baru setelah itu ia menghampiri Radeva.

"Belum ada yang dateng nih?" Tanyanya.

Radeva memicingkan matanya pada Dareen, "Gak liat gue disini hah?"

"Haha, ya maksudnya selain elo"

"Ya liat aja, ada orang apa engga." Sahut Radeva.

Tak lama berselang, Deno, Aarav, dan Aditya pun datang membawa motornya masing-masing. Mereka langsung menata motornya dan menyapa 2 orang yang sedang berdiri di depan markas mereka ini.

"Hallo bang jago" ucap aditya dengan senyuman bahagia (tanpa dosa)nya pada Radeva.

"Selamat pagi kakak dareen" sapa deno dengan merangkul pundak Dareen.

"Gue dah disini dari jam 9 tadi" celetuk Radeva sambil menengok ke jam tangan hitam yang bergelantung di lengan kirinya.

"Buset" seru Aditya.

"Ga sabar mau ketemu bebeb ya" sahut Deno sambil cekikikan.

Radeva hanya menatap Deno dengan tersenyum kesal--menahan untuk meninju Deno. Sementara Deno dan Aditya saling menepuk pundak sembari tertawa terbahak-bahak. Dareen yang ada di sampingnya pun memalingkan muka dan tersenyum geli.

"Yaudah, jangan buang-buang waktu. Kita berangkat sekarang" Ucap Radeva yang sudah bosan menunggu daritadi.

"Oke bos" jawab semuanya serentak.

"Eh bentar, si Gilang, ga ikut?" Dareen mengedarkan pandangannya pada yang lain.

"Engga, tadi dia ngasih tau gua katanya gabisa ikut" balas Radeva.

"Tapi, kita berangkat naik apa?" Tanya Aarav.

"Udah gue siapin, tenang aja." Radeva mengambil ponselnya dari dalam saku, mencari sebuah nomor, dan kemudian meneleponnya.

~~~~~~~~~~~~~~

Beberapa jam yang lalu

"Za, kamu udah bawa semuanya kan? Gaada yang ketinggalan?" Suara lembutnya memecah keheningan di dalam kamar Reza.

"Iya bunda, udah Reza siapin semua"

"Jangan nakal disana, jangan ngerepotin tantemu"

"Apaan sih bunda, aku bukan anak sd lagi tau"

Bunda sisil hanya bisa tersenyum melihat anak laki-lakinya itu hendak pergi dan kembali bersekolah di Jakarta mulai sekarang. Anaknya itu sangat keras kepala, itu sebabnya tak ada yang bisa menentang keputusannya.

"Hati-hati ya Za, sukses selalu buat kamu" ucap bunda sisil sembari mengelus rambut putranya. Suaranya terdengar lirih karena teredam ramainya orang di bandara. Tapi Reza bisa mendengarnya dengan sangat jelas karena pikirannya saat ini hanya terfokus pada bundanya.

"Iya, bunda"

"Kak Reza hati-hati! Nanti kalo udah nyampe telpon Rachel ya!" Teriak Rachel--adik Reza--sambil memeluk kakaknya itu.

"Iya, kucel, ntar kakak telpon, tenang aja" Reza mengacak-acak rambut adiknya itu. "Ayah, Bunda, Reza pamit ya" Ucap Reza sambil menyalami kedua orangtuanya.

"Iya, sana, pesawat kamu udah mau teko noh"

"Take off, ayah, bukan teko"

"Oh iya hahaha xixixi"

Reza menatap ayahnya dengan tatapan poker face. Jokes ayahnya itu terkadang membuatnya ingin menghilang dari dunia ini--seperti saat ini. Tapi, Reza yakin jokes garing ayahnya itu lah yang akan membuatnya selalu kangen pada ayahnya. Reza pun melangkah pergi sambil melambaikan tangannya pada keluarganya.

~~~~~~~~~~~~~~~~

Sekumpulan pemuda terlihat sedang menunggu bersama beberapa orang lainnya di ruang tunggu bandara. 1 diantara mereka terlihat mondar mandir kecil karena tidak sabar.

12.07

"Harusnya jam segini udah nyampe sih.." Radeva berbisik dalam hati.

Berbeda dengan teman-temannya yang lain, Radeva tampak tidak bisa santai sama sekali. Bahkan sejak 30 menit yang lalu ia terus melihat ke arah jam tangannya untuk memastikan waktu saat ini.

"Udah si Dev, ntar juga dateng. Ga cape apa berdiri mulu?" Ucap Dareen tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Ia sedikit risih dengan tingkah Radeva itu, menurutnya berlebihan.

"Ga cape kok, kaki gue kan kuat. Btw, lagi baca apa sih pak dosen?" Radeva mendekat pada Dareen dan tiba-tiba menarik kacamata yang dikenakan Dareen. Sontak saja Dareen kaget dan menarik lengan Radeva dengan kuat.

"APAAN SIH BANGS- CK!" Dareen melepaskan genggamannya pada lengan Radeva dan berusaha menahan umpatan yang sedikit lagi akan keluar dari mulutnya. Dia tak boleh membiasakan mulutnya mengatakan hal-hal tak bermoral seperti itu. Kata-kata umpatan hanya diucapkan oleh orang-orang rendahan. Itu yang ayahnya selalu ajarkan padanya sejak kecil.

"Aish, kalem dong."

Radeva mengembalikan kacamata Dareen yang langsung dikenakan lagi oleh pemiliknya. Dareen hanya menghela napas dan kemudian beralih ke ponselnya lagi.

Di waktu yang bersamaan, seorang pemuda dengan jaket biru tuanya sedang mengambil koper di tempat pengambilan barang. Tubuh tegapnya berjalan dengan santai diantara kerumunan orang yang sedang menjemput atau dijemput keluarganya. Ia berjalan sembari mencari wajah yang ia kenal.

"Tante dimana ya?" Bisiknya dalam hati.

Ia terus berjalan sampai akhirnya bertemu orang yang ia kenali. Bukan tante ataupun keluarganya yang lain, tapi..

"WOI DEV! EH KOK KALIAN DISINI?" Teriak pemuda ini--Reza--tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Iya nih, kita mau nyambut lo langsung disini. Hahaha!" Radeva langsung mendekati Reza dan bersalaman ala kaum lelaki. Dareen, Deno, Aarav, dan Aditya juga bergantian menyapa Reza.

"Hahaha, apa kabar semua?" Reza merangkul Radeva dengan sebelah lengannya.

"Baik-baik aja kok, lo sendiri gimana?"

"Gua juga baik kok. Btw, kenapa kalian kesini?"

"Biasa, si Deva gabut wkwk"

Celetukan Deno membuatnya terkena jitakan dari orang yang disebutkannya itu. Mereka pun tertawa sambil mengobrol sedikit untuk melepas rasa kangen.

"Oh iya, kalian kesini naik motor?" Tanya Reza.

"Ga naik motor kok, Za. Tapi naik... itu, haha." jawab Radeva sembari menunjuk ke sebuah kendaraan yang pastinya semua orang tahu.

"HAAAAAHHHH?? SERIUS KALIAN NAIK ITU?"

Sekali lagi, Reza tak habis pikir dengan kelakuan teman-temannya itu.


JANGAN LUPA BINTANG NYA !

JEJAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang