Empat Belas; Pengalihan

2.9K 841 238
                                    

Kelana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelana

Gue baru bisa kembali ke Bandung dua hari kemudian. Dan sepertinya, selama pendaratan gue diarahkan oleh Langit karena tidak asing dengan suaranya. Tadinya mau langsung pulang, tapi perut gue lapar banget sehingga gue memutuskan untuk membeli makanan di food court bandara.

Sambil makan, gue dm-an sama Fio. Rupanya dia udah di Bandung sejak dua hari lalu yang berarti perempuan itu langsung pulang setelah bertemu gue di kafe dekat hotel tempat gue menginap. Sore nanti kita janjian buat jalan ke mall bareng. Rasanya lebih mendebarkan daripada diajak jalan sama cowok yang ditaksir anjir. Soalnya gue jarang banget main sama temen cewek, makanya ngerasa bahwa jalan-jalan kali ini akan terasa lebih istimewa.

Untung gue gak kesorean bangun. Gue menyarankan buat main ke PVJ, Ciwalk, atau Paskal 23. Tapi Fio menolak karena katanya kalo main ke sana mahal-mahal. Gue yang jarang banget mikirin harga kalau jalan jelas gak mikir sampe situ, biasanya sih yang penting rame, karena sebenernya hampir gak pernah beli-beli sesuatu.

Ada sebuah pusat perbelanjaan di jalan Dalem Kaum, pokoknya terletak di pinggir Mesjid Agung Bandung yang menjadi destinasi gue juga Fio. Rupanya Fio tiba lebih dulu, sementara gue harus sedikit terlambat karena lalu lintas yang padat— terlebih gue pake taksi. Sumpah ya, Fio orangnya kondisional banget. Maksud gue ... kok bisa sih vibes-nya langsung berbeda dari yang gue lihat malam itu?

Tinggi badannya hampir sama dengan gue. Pakaian yang dia pakai tampak kasual dan feminim di waktu bersamaan. Anaknya kayak lumayan hits gitu, gak ada deh tuh ciri-ciri yang menunjukkan kalau dia seorang tentara wanita dari satuan angkatan darat. Tangannya melambai saat gue tiba, sementara gue langsung tersenyum lebar sambil mendekat kearahnya.

"Sorry ya lo jadi nunggu, tadi macet banget."

"Santai aja kali, gue baru parkir juga."

Tau gak? Dia lebih muda setahun dari gue.

"Fi, gue belum tarik tunai. Ada ATM gak ya?"

Perempuan itu celingukan, "Tuh, itu ATM center. Gue tunggu di sini," katanya. Gue meninggalkan dia sebentar, masalahnya gue beneran gak pegang uang tunai. Untung nggak ngantri, sehingga gue bisa keluar dalam tiga menit aja untuk selanjutnya langsung memasuki pusat perbelanjaan.

"Di sini murah-murah tau, Lan."

"Masa sih? Gue gak pernah belanja offline, paling kalo offline ke Uniqlo, Berrybenka, atau H&M."

"Ya Allah, beda level sama gue rupanya," kata Fio, "Gue beli di shopee 50 ribu aja merasa rugi."

"Hahaha, gue juga kalo belinya di shopee mah nyari yang murah-murah juga. Tapi kalo offline gini gue kurang berpengalaman."

Fio menggandeng tangan gue, "Makanya, ayo kita belanja sekarang."

Dia berjalan sedikit cepat hingga langkah gue terseret. Serius seru banget kalo punya temen jalan gini. Mana Fio jago nawar lagi, panen banyak gue sampe kedua tangan penuh sama kantong belanjaan. Gak cuma beli baju dan sepatu, dia juga ngajakin gue beli make up yang dijual di sebuah gerai.

Kelana Langit SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang