़. Fallen

2.1K 218 10
                                    

Were far too weak too stand in your arms without fall into your feet.

.
.

WARN! Penuh narasi panjang!
.
.

Pada periode waktu ini matahari memancar hangat, cahayanya sangat pas dinikmati bersama hembusan lembut angin juga warna-warni bunga-bunga mekar.

Seonghwa sangat menggemari musim ini, musim semi. Setiap tahun, malaikat tingkat tiga itu akan pergi ke bumi demi merasakan keindahan dan kehangatan musim semi. Istana langit tempat para malaikat tinggal memang indah, tapi keindahannya adalah hasil dari arsitektur rumit serta furniture mewah. Taman besar penuh pohon dan bunga memang ada, tapi tidak lebih baik daripada padang hijau luas di bumi yang sanggup memberikan kebahagiaan pada Seonghwa hanya dengan memandangnya saja.

Seonghwa sudah menjelajah berbagai tempat di bumi selama musim semi, sampai dia menemukan sebuah desa sederhana di daerah pegunungan. Padang hijau ini ada di dekat tebing, di tempatnya berpijak ada banyak pohon besar-besar serta kembang berbagai warna yang semerbak, lalu ketika melongok ke bawah, dia akan mendapati pemandangan yang sama hijaunya. Intinya hampir seluruh daerah itu hijau menyejukkan mata! Tidak ada yang lebih Seonghwa sukai selain tempat ini, maka sejak musim semi tahun lalu Seonghwa akan selalu kesini.

Ini adalah hari kedua musim semi,  Seonghwa turun setiap hari ke tempat ini pada musim semi, biasanya tidak akan ada manusia atau makhluk lain kecuali binatang disini. Tapi hari itu manik Seonghwa bersirobok dengan seorang pria, dia tampan dengan tatanan rambut yang menampilkan dahi, tubuhnya mesomorph terbalut baju dan jubah hitam.

Sempat terpana, tapi Seonghwa tidak berani meneruskan. Seonghwa dapat melihat, pria itu, iblis.

Jadi sayap putih Seonghwa terbentang, kakinya telah naik, memilih menghindari pria itu.

"Tunggu." Suara itu berbarengan dengan jemari mencekal sebelah lengan Seonghwa.

"Aku Hongjoong, berbicaralah sebentar denganku."

Seonghwa menatap sangsi pria yang baru saja memperkenalkan dirinya itu.

"Karena aku iblis bukan berarti aku akan benci dan menyerangmu."

Seonghwa masih diam.

"Aku ingin teman, tidak semua iblis jahat."

Kedua kaki Seonghwa kembali menapak ke rerumputan. Melepaskan cekalan tangan Hongjoong di lengannya, ganti mengulurkan telapaknya.

"Aku Seonghwa, salam kenal." Malaikat itu tersenyum cantik pada Hongjoong.

Hongjoong balik tersenyum, dengan cepat menjabat tangan Seonghwa.

.
.

Tiga bulan lalu, Seonghwa ingat itu adalah pertemuan pertama mereka yang menyenangkan. Tapi Seonghwa menyesali keputusannya untuk kembali menapakkan kakinya ke tanah, seharusnya dia tetap pada keputusan awalnya, memilih pergi.

Jika saat itu dia tidak mengulurkan tangannya, mereka tidak akan berteman dan lalu juga tidak akan banyak menghabiskan waktu bersama.

Seonghwa menunduk melihat perutnya, yang tangannya juga melingkar disana.

"Dan kau juga tidak akan tumbuh disana." Lirihnya.

Air mata Seonghwa sedari tadi tidak berhenti mengalir, wajah yang luar biasa elok itu kini terlihat berantakan. Seonghwa menoleh pada sayapnya yang semakin habis, bulu-bulu di sayap putihnya terus berguguran, dan tidak sampai hari berganti nanti, sayapnya sudah akan hilang.

Seonghwa berpaling, semakin deras tangisnya. Sayap adalah kehormatan bagi setiap malaikat, Seonghwa adalah pribadi rajin, dia sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan sayapnya. Dia selalu dipuji karena sayapnya selain kuat juga berkilau. Dada Seonghwa nyeri, sangat menyakitkan kehilangan sesuatu yang amat dijaganya.

Seonghwa akui dia tidak bisa menyalahkan Hongjoong sepihak. Karena dia juga bodoh, dia gampang terbuai dengan kata manis dan kenyamanan yang Hoongjoong beri. Sampai dua bulan setelah pertemuan mereka, dia dengan kesadaran penuh bersedia masuk ke pelukan Hongjoong. Di bawah terang sinar bulan, setelah seharian menikmati padang musim semi mereka melakukannya. Saling menikmati satu sama lain, panas dan intim, Hongjoong begitu hebat membawanya sampai Seonghwa hilang akal dan terus mengidamkannya.

Sekarang bagaimanapun dia telah tiga minggu mengandung bayi iblis, dan ketahuan. Beberapa jam lagi, dia akan keluar dari tempat ini, tempat tergelap dan terlembab dari istana langit dengan gelar baru yang memalukan, malaikat jatuh.

.
.

Hongjoong langsung menghampiri kala netranya melihat tubuh Seonghwa terjatuh. Seonghwa terlihat sangat lemas, matanya kuyu, napasnya juga hampir tak terasa.

Hongjoong merengkuh Seonghwa, menatap sosok cantik yang juga tengah memaku pandang padanya. Tangannya mengelus kepala Seonghwa lembut. Kemudian pandangannya berganti ke perut rata Seonghwa yang sedetikpun tak pernah terlepas dari pelukan pemiliknya.

Hongjoong mengusap tangan Seonghwa, tersenyum. Membawa tubuh Seonghwa dalam lengannya lalu pergi.

.
.

Tiga hari sejak kejatuhannya dan Seonghwa belum terbangun. Menjadi malaikat jatuh menghabiskan seluruh tenaganya, ditambah lagi dia membawa bayi iblis, Seonghwa sudah akan mati jika saja Hongjoong tidak terus menyalurkan energinya.

Energi Hongjoong besar, tapi energi iblisnya juga akan membunuh Seonghwa jika dia menyalurkannya sekaligus dalam jumlah banyak.

Setiap malam, Hongjoong akan mendekap Seonghwa. Memanggilnya untuk bangun dan juga berpesan pada bayi mereka.

"Jangan menyusahkan ibumu."

.
.

To be continued.

ˈdevəl | Joonghwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang