ं... Mum

1K 164 28
                                    

But I walked away

.
.

Seluruh tubuh Seonghwa telah penuh oleh keringat yang bersekresi akibat tekanan serangan pedih. Tubuh kurusnya meringkuk di atas kasur, semakin erat lengannya mencengkram perut dimana janinnya berada, sumber dari seluruh kesakitannya sekarang.

Rintihan dan isakan terus keluar melewati celah bibir kering Seonghwa, wajahnya yang basah oleh campuran air mata dan keringat mengkilap di bawah sedikit pancaran cahaya bulan, meringis menahan sakit. Surai hitam panjangnya yang biasa tampil menawan kini lepek.

"Hh Hongheunghjoong ber-hentihh." Tangan Seonghwa bergerak meraih ujung kasur, mencari topangan untuk berdiri. Tapi belum juga kakinya dapat menjejak tegak, Seonghwa telah limbung ke lantai.

"AKH!" Seonghwa menangis keras sekarang, merasai calon bayinya yang tidak bisa tenang. Makhluk itu memang sering memberikan panas, tapi tidak perih seperti ini, terlalu menyiksa Seonghwa.

'SEONGHWA!'

Lagi, sengatan menyerang perut Seonghwa saat Hongjoong kembali menggaungkan namanya.

"AK! Tolong berhenti, Hongjoong! Hiksss." Seonghwa semakin memekik, wajahnya mengerut dalam dan tangisanya bertambah deras hingga turut menetes membasahi pakaiannya.

.
.

Ini adalah pertama kalinya kedua manik jernih Junhee melihat sang raja iblis, sosok yang tersohor dengan kegelapan dan ketangguhannya. Sebagai malaikat kalem yang lemah lembut, mengetahui eksisteni penguasa dunia bawah itu saja sudah mengerikan untuknya, apalagi sekarang Junhee melihatnya dalam keadaan murka.

Sejak kemarin, lelaki itu memang berada di dekat Hutan Kemurnian, tempat eksklusif milik kaum malaikat yang makhluk lain tidak dapat memasukinya. Dan tadi di tengah tidurnya tiba-tiba geraman dahsyat mengganggu.

'Ah Seonghwa disana, pasti karena Donghun.'

Jari-jari Junhee yang bertautan saling meremas gelisah. Pikirannya berkecamuk, dia punya keinginan untuk turun dari pinggir tebing tempatnya berada menghampiri raja iblis disana, tapi rasanya terlalu seram.

Aura Hongjoong itu sudah suram, ditambah lagi dia mengenakan setelan juga jubah hitam, wajahnya mengeras bengis, dan tatapan matanya seperti pedang tajam siap menghunus kapan saja.

Ngeri, Junhee segera saja memutar tubuh, bermaksud kembali ke rumahnya tapi sialan, kakinya tidak sengaja menginjak ekor seekor kucing liar, keduanya saling terkejut, si kucing meraung nyaring dan Junhee yang refleks melangkah mundur kehilangan pijakan.

Tubuh langsingnya lepas ke bawah tertarik daya gravitasi. Jarak tebing dengan tanah yang cukup tinggi memberi kesempatan Junhee untuk mengepakkan sayapnya, membelit berputar lalu mengambang di udara.

Junhee tidak terluka karena hal itu, tapi cekikan Hongjoong. Tentu saja, setelah adegan itu Hongjoong akan menyadari keberadannya dan iblis itu langsung menyusul terbang. Kini sebelah tangannya yang kasar telah mengalungi leher putih Junhee.

"Aku-aku tidak..." Junhee terbata-bata, gemetar di bawah tatapan Hongjoong. Tangannya naik, memegangi milik Hongjoong, berusaha melepaskannya.

"Kau membantu Donghun?"

"Bukan!" Panik, Junhee tentu saja masih sayang keberlangsungan hidupnya. Sumpah, dia memang tidak membantu Donghun, tapi untuk berkata lebih banyak di keadaannya sekarang Junhee kesulitan.

"Kenapa kau ada disini?"

"Aku memang bertugas di dekat sini. Sungguh, aku tidak ada urusan apapun dengan Donghun." Jelas Junhee melas.

ˈdevəl | Joonghwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang