ं . No

1K 163 28
                                    

You don't know what they

.
.

Hongjoong menggemari mereka, lima ekor anjing neraka miliknya. Makhluk buas setinggi satu meter dihapannya itu bersemangat mencabik santapan malam dengan gigi-gigi tajam mereka.

Hongjoong melempar daging terakhir pada anjing-anjing neraka miliknya. Hongjoong tersenyum, melihat tubuh besar mereka berebut satu sama lain, menyenggol, menyundul.

"Kau akan terus diam saja?" Tanya Hongjoong sembari mendudukkan diri pada sebuah batu besar. Masih terus memperhatikan peliharannya.

Adalah Jongho, yang datang sedari tadi dengan maksud berbicara pada sang ayah, malah tak kunjung membuka suara.

"Para tetua tidak ada yang mengijinkanmu, kan?" Hongjoong melanjutkan. Dia akhirnya memutar tubuhnya pada Jongho. Anak itu tetap masih diam saja, matanya enggan menatap Hongjoong.

"Jongho, manusia bukan makhluk yang pas untuk iblis. Manusia itu lemah, tidak cocok tinggal di lingkungan kita yang kejam. Mereka tidak punya kekuatan apa-apa dan tidak bisa hidup lama. Kau tentu ingat kenapa kita butuh pekerja manusia terus-menerus, karena mereka cepat mati, kita butuh yang baru setiap waktu." Kalimat Hongjoong diucapkannya tanpa tuntutan, lembut untuk memberi pengertian pada putranya. Tapi jawaban Jongho selanjutnya sedikit mematik emosi Hongjoong.

"Lalu apa bedanya dengan Seonghwa?" Jongho akhirnya mendongak, berkata pada Hongjoong dengan mata penuh ketegasan.

"Malaikat jatuh juga tidak memiliki kekuatan apapun lagi, mereka lemah. Dan tidak ada jaminan Seonghwa akan hidup lama, karena kasus malaikat jatuh yang immortal tidak banyak."

"Jongho, Seonghwa sedang mengandung." Mata Hongjoong tajam pada Jongho.

"Lalu kenapa? Bukankah Ayah yang malah melampaui batasan? Bagaimana Ayah, seorang raja iblis, berhubungan dengan malaikat yang selalu berselisih dengan kaum Ayah?"

"Jongho-"

"KENAPA AYAH BOLEH DAN AKU TIDAK?!" Seru Jongho, di wajahnya tersurat jelas rasa frustasi.

"Sudah Ayah bilang karena Yeosang manusia." Jawab Hongjoong dalam, dia berdiri mendekat pada Jongho.

"Dan aku tanya apa bedany-"

"Seonghwa adalah caraku mengacau istana langit." Kata Hongjoong cepat memotong Jongho.

"-apa?" Tanya Jongho mengambang.

"Ayah bilang dia hanya malaikat tingkat tiga, dan tidak istimewa."

"Tapi Donghun istimewa." Jawaban Hongjoong sama sekali tidak memberi pencerahan pada Jongho, saraf-saraf di kepalanya malah semakin menegang.

.
.

Sekembalinya Hongjoong ke kamar setelah berbicara dengan Jongho, dia mendapati Seonghwa yang meringkuk miring di kasur. Rintihan sakit terdengar dari mulut Seonghwa yang meringis menahan sakit. Air mata banyak lolos dari kedua matanya yang terpejam erat.

Tangan kanan Seonghwa yang memeluk perutnya mengepal, menahan diri untuk tidak meremat perutnya sendiri dan membahayakan bayi di sana.

"Hong..joong." Panggil Seonghwa lemah begitu mendapati lelaki itu kembali.

Yang dipanggil segera menyusul Seonghwa ke ranjang, merengkuhnya dari belakang.

"Sakit sekali?" Satu tangan Hongjoong turut menyentuh perut Seonghwa yang sudah buncit.

"Panas." Napas Seonghwa semakin pendek, mulutnya membuka, terengah.

Hongjoong cepat mengeluarkan kekuatannya, segera perut Seonghwa diselimuti sulur-sulur cahaya hitam.

ˈdevəl | Joonghwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang