1

1.4K 60 6
                                    

Wanita itu duduk setegak tentara di atas kuda, rambutnya berkilauan seperti emas cair di bawah matahari musim panas yang memanggang.
Ketika pertama kali melihat wanita itu di kejauhan. Reaksinya adalah kesal, sebagian karena kuda wanita itu berderap kencang dalam cuaca sepanas ini, tetapi terutama karena ia tengah mencari sepi, bukan teman.

Satu hal yang dapat diandalkan dari kesempatan untuk menyendiri. Padang rumput tak berujung terbentang hingga ke kejauhan, cakrawala lurus dan datar sempurna hingga kelihatan seperti digambar dengan penggaris.

Rasa kesal berubah menjadi keprihatinan ketika kuda dan sang penunggang bergerak mendekat dan ia mengenali hewan yang tengah ditunggang.
Amarah berkelebat dalam dirinya kepada siapa pun yang telah mengizinkan wanita ini membawa kuda itu keluar sendirian dan mencatat dalam hati untuk menemukan biang keroknya.

Lalu amarah memudar menjadi pandangan memuji maskulin yang panas dan perlahan sewaktu ia memindai lekuk-lekuk halus wajah wanita itu. Seumur hidup ia selalu dikelilingi oleh para wanita yang luar biasa cantik, semuanya lebih terawat daripada wanita ini, namun ia tidak mampu mengalihkan pandang.

Wanita itu berkulit terang dan lembut, tubuhnya perpaduan kaki dan lengan ramping dan lekuk-lekuk sempurna yang sedap dipandang. Seolah wanita itu di- ciptakan oleh para dewa dan dilempar ke bumi semata mata untuk menggoda pria.

Kulit halus dan pipi merona memberi wanita itu aura polos dan ia tersenyum datar, terkejut mendapati dirinya mampu mengenali kepolosan, sesuatu yang sangat jarang dijumpainya.
Bahkan kesinisannya sudah berurat akar hingga pikir an pertamanya ketika melihat wanita itu di horizon adalah berasumsi wanita itu entah bagaimana telah melacak dan membuntutinya. Namun, ia mengabaikan ke mungkinan itu seketika, tahu kehadiran wanita itu mungkin hanya kebetulan.

Kebetulan yang menyenangkan,

pikirnya iseng, matanya tertuju ke bibir lembut itu.

Kebetulan yang sungguh menyenangkan.

****

Kuda yang ditungganginya meluruskan kuping, melengkungkan punggung lalu melonjak liar yang mampu menjatuhkannya.

Yoon Se Ri menggertakan gigi dan berhasil bertahan di sadel.

"Suasana hatimu betul-betul sangat buruk hari ini, Brave. Pantas saja semua orang takut padamu," gumannya. "Aku tidak akan jatuh. Kita masih berkilo-kilo meter dari rumah kemana pun kau pergi. Aku akan pergi, dan lebih cepat kau menyadari hal itu, lebih baik bagi kita berdua."

Cuaca panas ini terasa mencekik dan ia meraih botol airnya lalu mematung sewaktu menangkap gerakan di sudut matanya. la menoleh, napasnya tersangkut di renggorokan sewaktu melihat seorang pria mengawasi- nya.

la berkonsentrasi keras supaya tidak jatuh dari kuda hingga tidak menyadari kehadiran pria itu.

Tetapi ia sadar sekarang.

Pria itu merupakan pria paling tampan yang pernah ia temui dan sejak ia tiba di Seoul, ia sudah bertemu dengan lumayan banyak pria tampan. Tubuh pria itu ramping dan liat, bahunya lebar dan kuat, tetapi yang benar-benar mengganggu irama jantungnya adalah sensualitas murni yang melingkupi pria itu seperti medan gaya.

 Tubuh pria itu ramping dan liat, bahunya lebar dan kuat, tetapi yang benar-benar mengganggu irama jantungnya adalah sensualitas murni yang melingkupi pria itu seperti medan gaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
kejutan untuk Min Tae Gu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang