06 : Kapan Akurnya?

809 59 5
                                    

Setelah mereka kembali ke rumah masing masing, Tok Aba, Halilintar, Taufan, Gempa dan Ochobot sedang membersihkan kedainya.

"Besok enaknya masuk nggak ya?" tanya Taufan seraya mengelap meja yang usai dipakai.

"Masuklah! Emang mau kemana nggak masuk?" tanya balik Gempa.

Taufan diam seakan berpikir. "Mau keliling dunia sama peri cantik enak kali ya?"

Gempa menaikkan satu alisnya, sudut bibirnya pun terangkat. "Idih, peri mana yang mau sama kamu?"

"Loh, kamu meragukan kakakmu ini?" Taufan menatapnya intens.

"Buaya darat kaya kamu itu terlalu amazing buat peri."

Taufan tersenyum bangga. "Tuh, kamu sadar.."

"Amazing keburukannya," tambah Gempa membuat senyuman Taufan luntur.

"Wah ngajak berantem?"

Gempa dengan tampang tanpa dosa, membalasnya. "Ya ayo!"

Dengan aba-aba 1,2,3, Taufan dan Gempa memulai pergulatannya, mulai dari menjambak, menjewer, dan mencakar.

"HADUH, GILA YA? KENAPA KUKU MU PANJANG-PANJANG?!" teriak Gempa ditengah pergulatannya itu.

"SIAPA SURUH KAMU MENJAMBAK RAMBUT KU!" balas Taufan tak kalah teriaknya.

"MENGALAH DEMI ADIK, KAN BISA??!"

Taufan menggeleng. "NGGAK AKAN PERNAH!"

"TAUFAANN!! LEPASIN TANGANMU DARI TANGANKU!!"

"KAMU DULU YANG MEMULAI!"

Gempa membalas cubitan yang dilakukan Taufan, begitu sebaliknya.

Tak mau kalah, Taufan menjewer telinga Gempa dan menahan kedua tangan Gempa yang ingin membalas.

"KAMU NGGAK AKAN BISA MEMBALAS JEWERAN INI, WLEE!"

Tidak mau tersulut emosi yang lebih dalam, Gempa menendang perut Taufan agar dia melepaskan jeweran pada telinganya. "Wah, kamu berani nendang aku?!" tanya Taufan yang terjatuh karena tendangan Gempa.

"Sadar!! Kamu dirasuki sama setan, ya?! Jeweran mu itu lebih sakit daripada tendangan ku, tahu!!?"

Taufan melebarkan matanya emosi. "Kamu ini benar-benar, ya!!!"

Dia bangkit dan kembali menyerang Gempa. "RASAKAN JAMBAKAN MAKSIMAL, KU!!!"

Tubuh Gempa tidak seimbang, dia bahkan hampir terjatuh. "KAK! LIHAT TENDANGAN MADUN KU DULU!"

BRAKK!

Yaps..

Taufan terjatuh diantara tumpukan kursi dan meja yang telah ditata rapi oleh Ochobot dengan susah payah.

Gempa pun ikut terjatuh karena jambakan Taufan yang terlalu kuat, sehingga dia tidak bisa menjaga keseimbangannya.

Sedangkan itu, Ochobot yang berdiri didepan mereka seketika meneguk salivanya kasar. Tangannya mengepal kesal usai melihat kursi dan meja yang ia tata kembali berantakan.

"GEMPA!!! TAUFANNNN!!!!"

Taufan dan Gempa seketika menutup kedua telinganya sambil menunduk.

Teriakan Ochobot cukup keras untuk mereka. Bahkan, posisi Halilintar yang jauh dari mereka pun, masih bisa didengar.

"Kenapa?"

Melihat Ochobot yang bernapas sambil ngos-ngosan karena kesal, Halilintar menatap tajam kearah pelaku.

ƇƠԼƊ ԼƠƔЄƦ (R)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang