11 : Kejadian yang Diduga

714 55 2
                                    

Sedikit malu, tapi dengan sigap, Halilintar mempercepat tempo jalannya. Dan kantin pun terlihat.

"Halilintar! Yaya!" Gopal berteriak.

Untuk seketika, Fang, Ying, Natalia, Taufan, dan Gempa menoleh mengikuti arah tangan Gopal.

"Beneran nggak apa-apa, ya?" Yaya mengangguk. "Syukur deh.."

Halilintar melepas gandengannya dan mengode Yaya untuk segera duduk disamping Natalia.

"Yeay! Yaya duduk di sampingku!!" Natalia bersorak gembira. "Apaan sih, alay!" tukas Ying.

"Nggak boleh syirik ya!"

Ying memutar bola matanya malas. "Aku nggak tahu kamu mau pesan apa, jadi aku pesankan sama semua."

Yaya mengangguk. "Terima kasih."

"Ini untuk mu, saudara." Taufan menyodorkan makanan pada Halilintar. "Nggak usah bilang makasih, aku sudah bilang sama-sama kok."

"Nggak jelas!"

Semua tertawa. Tak lama, semua fokus pada makanannya. Namun detik itu juga, Taufan melihat Yaya yang makan dengan ekspresi wajah seperti tanpa harapan, seketika bertanya.

"Periku melamun apa sih?"

Tersentak kaget, tanpa sengaja, Yaya meraih minuman milik Gopal yang sama sekali belum dia minum—masih baru.

"Weh, pink girl! Kamu minum punyaku?!"

Semakin terkejut, Yaya pun tersedak dan tanpa sengaja air tersebut tumpah.

"Astaga! Periku tersedak!" Taufan berdiri dan berniat membantu Yaya, namun ditepis Ying.

"Buaya darat dilarang membantu!"

Gopal memberikan jempolnya pada Ying. "Mantap! Bangga padamu, Ying!"

"By the way, ganti yang baru ya? Tadi itu masih baru soalnya.."

Yaya mengangguk. "Iya.. maaf ya Gopal."

"Ada yang basah lagi?" tanya Ying, Yaya menggeleng. "Makasih, Ying."

"Gopal, brengsek! Sakit tahu!" Gopal menahan tawanya, lalu..

Hening.

"Eh?" Sadar apa yang barusan dia katakan, Taufan memprovokasinya. "Loh-loh! Nggak bahaya ta?"

"Bilang apa tadi?" tanya Halilintar santai, namun menusuk dan tatapannya dingin.

Gempa, si pelaku menatapnya gelagapan. Tiap kata yang keluar dari mulutnya, menjadi gagap. "N-nggak ada! Beneran!"

Gempa memukul paha Gopal pelan. "Gara-gara kamu!" bisiknya.

"Nggak nyangka, Gempa bisa bilang gitu," kata Natalia. "Semua pun bisa kalau dia mau," balas Ying.

"Waduh.. nggak bisa dimaafin ini sih, kak! Harus dikasih hukuman 5 tahun penjara!" Lagi, lagi, Taufan mengomporinya.

"Taufan jangan kompor, kunyuk!"

Taufan menatap dengan mimik wajah terkejut dibuat-buat. "Omonaa! Nggak boleh dibiarin ini, kak! Nanti merantak!"

Fang tertawa. "Bener sih, harus dikasih hukuman, atau bayarin makanan hari ini."

"Setuju!" Ying dan Natalia menyahut.

"Apaan sih, ikut-ikutan aja!" balas Gempa. Gopal menyela. "Aku juga setuju, soalnya kamu parah banget!"

"Kamu yang parah, ya!"

"Kamu!"

"Siapa yang mulai?"

"Kamu, lah!"

"Yeay, aku suka keributan!" tambah Taufan.

"Taufan.."

"Diam!" sentak Ying. "Berisik tahu nggak?!" tambah Natalia.

"Gopal, ini minum mu. Maaf aku sudah meminum air mu tadi," Ujar Yaya.

Disaat semua ribut, Yaya memanfaatkan waktu itu untuk pergi dan membeli air putih untuk Gopal.

"Oh, ya, makasih, maaf juga."

"Parah sih! Masa periku disuruh-suruh?"

Gopal menatap malas. "Apa sih? Pera, peri, pera, peri! Peri mana yang mau sama kamu?!"

"Ada."

"Nggak usah tanya siapa, jawabannya sudah jelas soalnya," bisik Gempa, Gopal mengangguk.

"Kapan-kapan kita lihat drama, yuk!" ajak Ying. "Drama terus.. padahal kan hidupnya sudah penuh drama," balas Fang.

"Dirumah, Fang kayaknya jadi ketua geng gosip ibu-ibu deh. Ketara, soalnya setiap ada yang bicara ini, dia pasti komen itu," sindir Natalia dengan tatapan julidnya.

Ying mengangguk setuju. "Disekolah, Gopal sama Gempa anggotanya, Taufan korbannya."

Gempa tertawa kecil.

"Drama apa, by the way?" tanya Natalia pada Ying—Back on topic.

"Apa aja. Yaya, ikut, yuk?"

Yaya mengangguk.

"ARKH—BRENGSEK! GOPAL, KAMU INI—"

"Gempa? Lagi?"

Gempa meneguk salivanya kasar. "G-gopal! Gopal! Dia nginjak kakiku! Beneran!"

"Nggak bisa, nggak bisa! Ini sudah parah banget! Harus dikasih hukuman, bener-bener hukuman!"

Taufan memprovokasi diikuti dengan Gopal dan Fang. "Kalian ini kenapa sih?"

Gempa menoleh. "Pertama tadi, dia nginjak kakiku. Sekarang, dia juga nginjak kakiku! Wajar kan aku bilang gitu?"

"Nggak!"

Gempa gelagapan. "Coret aja dari kartu keluarga," ujar Fang.

"Waduh.. bahaya ini, setan kacamata ungu ini bahaya! Kamu jangan terprovokasi!" kata Taufan pada Halilintar—sedikit membela Gempa.

Halilintar tidak menggubrisnya. Matanya tertuju pada Gempa. Si pelaku yang berkata kasar dengan polosnya.

"Kak... Beneran..."

"Bilang lagi—"

Taufan menyela. "Dor!"




Sabtu, 13 Mei 2023 —

Aye-aye 🔫🔫🔫

ƇƠԼƊ ԼƠƔЄƦ (R)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang