20 : Drastic Change

610 47 11
                                    

Kaizo memberhentikan mobilnya tepat didepan tempat makan yang jarang sekali dikunjungi oleh orang-orang.

Walau jarang, tetapi makanan ditempat itu sangat enak. Tidak ada yang bisa menyaingi popularitas keenakan makanan disana.

"Katanya tempat ini jarang banget ada manusia, tapi kok tiba-tiba sebanyak ini manusianya?" tanya Fang yang heran karena tempat itu banyak sekali orang-orang.

"Tau mystical place gak?" Kaizo menatapnya, Fang menggeleng.

"Sekolah tuh yang pinter."

Fang melebarkan matanya. "Nggak ada hubungannya kali.."

"Kayaknya tempat ini rame dihari tertentu deh. Kalau berdasarkan tanggalnya, mungkin kira-kira rame pas tanggal 16."

Kaizo melihat tanggal di ponselnya. "Sok pinter." Dia menentang, karena tepat sekali, hari ini tanggal 16.

"Yaudah sih, ayo makan! Ngapain berdiri disini terus?" Fang memutar bola matanya malas.

Secara tiba-tiba, Kaizo menarik tangannya yang membuatnya berjalan dengan cepat. "Lamban, kayak siput," ejek Kaizo.

"Andai membunuh itu nggak masuk penjara, kamu manusia pertama yang ku bunuh."

"Dan aku manusia pertama yang menangkap mu," sahut Kaizo.

Fang berdecak. "Jangan lupakan kakakmu yang termasuk anggota penting ini!" ujar Kaizo dengan bangga.

"Halah. Penting apanya? Sok penting baru iya!"

Kaizo memukulnya pelan. "Banyak omong!"






































Halilintar melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul empat sore. Cukup lama dia berdiam diri dirumah pohon bersama Yaya.

Dia menatap gadis disampingnya yang sibuk menikmati es krim. Halilintar baru sadar, sudah satu jam yang lalu es krim itu dibeli, tapi sampai saat ini belum habis?

"Meleleh.."

Yaya menoleh, laki-laki disampingnya itu bergumam. "Iya, tapi nggak parah."

"Kok belum habis?"

"Terlalu enak jadi sayang."

Halilintar membuang muka. "Lebih sayang kalau terbuang sia-sia karena meleleh."

"Nggak terbuang kok! Tuh, buktinya nggak ada es krim yang berjatuhan disini," bela Yaya sambil menunjuk tempat yang dia duduki.

"Hm."

Yaya mengembangkan pipinya kesal. Bisa-bisanya pemuda itu mengira dirinya akan belepotan seperti anak kecil. "Kamu bosen, ya?" tanyanya.

Halilintar menggeleng. "Mau ke tempat yang lain?"

Halilintar menggeleng lagi. "Terus, mau apa?"

Dia menunjuk sebuah ayunan. "Oh, astaga! Kamu mau main itu??" Yaya melotot tak bisa berword-word.

"Oke deh, ayo!"

Yaya segera menghabiskan es krimnya. Tidak sampai 10 detik, es krim itu sudah habis.

"Kamu dulu, gih," titah Yaya. Halilintar menggeleng.

"Halah, nanti juga turun duluan."

Halilintar terkekeh. "Ayo."

Seperti dugaannya, Halilintar telah turun terlebih dulu walaupun awalnya Yaya lah yang lebih dulu.

"Nggak kaget, namanya juga Halilintar.. pasti punya kecepatan seperti Halilintar pada umumnya," gumam Yaya.

ƇƠԼƊ ԼƠƔЄƦ (R)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang