18 : Fall In Love with..

818 55 4
                                    

Matahari memaksa masuk ke dalam kamarnya. Meskipun terdapat gorden tebal yang melekat pada jendela, tapi tetap saja cahaya itu masih bisa menembusnya.

Disela-sela itu, laki-laki yang kerap dipanggil 'Landak Ungu' sedang merenung. Pandangannya kosong seperti hatinya.
Mata sayunya mengisyaratkan bahwa dirinya sedang dilanda kegalauan.

Potek hati ini jika melihat dirinya bersama yang lain..

Cosplay orang galau membuat pemuda itu seperti orang bodoh. Selalu terbayang-bayang wajah seseorang yang membuat dirinya tersenyum dengan sendirinya.

Seseorang yang melihatnya pun pasti berpikir dia gila.
Padahal... dia sedang merasakan hawa-hawa jatuh cinta.

"Gila.. gila.. aku bisa gila!" gumamnya.

"Kenapa sih? Daritadi gerutu gila-gila terus?! Walaupun kamu gila beneran, tapi jangan di lihat-lihatin dong!"

Tersentak kaget, Fang menatap orang yang membalas gumamannya itu. "Lancang! Kamu lancang!"

"Kenapa?"

"Masuk kamar orang sembarangan! Mau masuk penjara, hah?!"

Orang itu bertepuk jidat. "Beneran gila nih kayaknya." Orang itu melanjutkan. "Aku ini kakakmu, bodoh! My name is Kaizo."

"Meskipun kamu kakakku, kalau masuk tanpa izin kan bisa mengganggu privasi ku!"

Kaizo berdecak pelan. "Kalau suka sama orang itu jangan stress-stress amat. Tinggal ungkapin kan beres?"

"Apa sih! Sok banget!" Fang menatapnya sinis. "Dikasih tahu sama yang berpengalaman malah acuh," lanjut Kaizo.

"Berpengalaman apanya?! Ditolak satu orang aja stressnya seabad!"

"Wah, kurang ajar! Mau ku pukul, hah?!"

Bukannya takut, Fang malah berdiri tegak seakan menantangnya. "Kamu kira aku takut? Nggak usah urusin masalah ku yang nggak ada sangkut-pautnya dengan mu, nggak usah sok peduli."

Seusai itu, Fang pergi dari kamarnya dan mendorong pelan Kaizo yang menghalangi jalannya.

"Stress," ujar Kaizo.






































Minggu pagi ini, Halilintar berdecak kesal usai mendengar suara gaduhan yang war biasa dari bawah kamarnya.

Sungguh merusak suasana pagi.

Merasa terganggu, Halilintar buru-buru mengeceknya.

Dia terkejut melihat dua adiknya yang saling mengolok. Tidak hanya itu, dua adiknya juga saling memukul.

"Masih bertengkar atau aku jewer kalian satu-persatu?!"

Mendengar itu, Taufan dan Gempa berhenti perlahan. Matanya tidak berani menatap Halilintar yang kini sedang menatap seakan ingin menerkam.

"Je—"

"Dia duluan, kak!" Gempa memotong ucapan Halilintar. Tidak terima dengan itu, Taufan menyahut. "Apa-apaan kok aku?! Bukannya kamu?"

ƇƠԼƊ ԼƠƔЄƦ (R)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang