08 : Ketenangan

711 62 0
                                    

Usai kejadian yang hampir membuat Halilintar gila, dia memutuskan untuk pergi ke sekolah tanpa menunggu duo kembarannya.

Berjalan sendiri di segarnya dunia, membuat Halilintar merasakan apa itu perdamaian. Dia begitu lega, ketika duo perintilannya tidak mengetahui saat dia berangkat terlebih dahulu.

Halilintar juga manusia, dan dia pantas mendapatkan perdamaian, kan?

Saat tiba disekolah, Halilintar sedikit terkejut karena suasana kelasnya yang begitu sepi.

Dia juga menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.30 yang artinya, kurang 30 menit lagi bel akan berbunyi.

"Tumben?"

Belum semenit dia duduk dibangkunya, Fang adalah peserta kedua yang datang setelah dirinya.

"Tumben datang awal?" tanya Fang yang speechless dengan tingkah aneh Halilintar.

Halilintar tidak menjawab. "Idih?" tambah Fang.

"Kenapa?"

Fang menggeleng. "Ya nggak apa-apa, sih.. cuma heran aja. By the way, kamu bisa cerita masalah kemarin, loh."

"Bukan disini tempatnya."

"Terus dimana? Lagian disini kan sepi, pasti nggak ada yang dengar."

"Jangan ceroboh, Fang!"

Secara spontan, Fang menatap Halilintar yang lantang membalas ucapannya. "Oh.. iya juga. Yaudah, terserah, kapanpun itu, aku siap."

Setelah itu, Fang duduk dibangkunya.

Canggung.

Tak ada percakapan lain diantara mereka sampai siswa-siswi yang lain datang ke kelas.

Suara berisik dari luar kelas pun terdengar. Sudah terdeteksi bahwa pemilik suara tersebut adalah ...

"Masih pagi, loh? Kalian nggak capek apa?" tanya Ying dengan sedikit mengeraskan suaranya.

"Kenapa? Iri?"

Ying membuang muka. "Payah, sih! Masa dia duluan dan kita ditinggal?" Taufan menatap Halilintar.

Si doi yang merasa ditatap, kembali menatapnya dengan tatapan muak.

"Nggak ikutan!" ujar Gempa sambil mengangkat kedua tangannya.

"Kalian hutang cerita ke aku, ya? Nanti waktu istirahat, harus cerita!" kata Gopal dan diangguki Taufan.

"Nggak nyangka, kurang 10 menit lagi bel bunyi," tambah Gempa. "Kaya ada yang kurang?" tanya Fang.

"Yaya!" sahut Natalia.

Ying melebarkan matanya. "Oh, iya!!"

"Omaga.. periku kali ini terlambat ya? Jadi sedih.."

Jijik dengan perilaku Taufan yang seperti di imut-imutkan, Ying dan Natalia secara kompak memukulnya dengan buku.

Taufan meringis. "Kulit cantikku tergores!"

Fang, Gopal, Gempa, dan Halilintar membuang mukanya jauh-jauh. "Sok iye banget!" tambah Gempa.

Tanpa sadar, bel masuk pun berbunyi, namun Yaya tak kunjung menapakkan batang hidungnya.

"Duh, padahal kan mau lihat peri cantik, tapi belnya udah bunyi," gerutu Taufan. "Sana balik!" usir Gopal.

"Ayo, kak! Nanti Papa Zola marah-marah, aku nggak mau dihukum lagi!"

Dengan paksa, Gempa menarik Taufan keluar kelas. Saat itu juga, mereka berpas-pasan dengan sesosok wanita yang ditunggunya.

"Astaga! Periku, kenapa?!"

Ucapan Taufan itu, nyaris membuat seluruh siswa di dalam kelas diam. Bahkan Halilintar, Fang, Gopal, dan Ying pun turut diam namun juga terkejut.

Yaya terkejut. "A..da apa?"

Taufan menunjuk ke arah mata Yaya. "Kamu sedih, ya? Kenapa? Kangen?"

"Gak usah kegeeran, deh kak! Ayo, Yaya duluan ya!"

Yaya tersenyum. "Yaya, kamu serius nggak apa-apa?" Kini, giliran Natalia yang bertanya.

"Nggak apa-apa, kok, emangnya kenapa?"

Natalia menggeleng. "Eum.. aku duluan ya!"

Mereka bertiga pun resmi keluar dari kelas. Yaya merasa canggung ketika dia menjadi sorotan teman-temannya.

"Yaya," panggil Ying, lalu melanjutkan. "Kenapa?"

Yaya menggeleng. "Kenapa?"

"Kamu sakit?" tanya Gopal.

"Nggak."

Halilintar sedikit tenang mendengarnya. Namun.. ada sesuatu yang tidak beres.

Ya berbeda! Karena hari ini, Yaya datang dengan keadaan yang berantakan. Tak seperti saat pertama dia masuk ke kelas ini.

"Kenapa lemas?" tanya Ying. "Beneran sakit, ya? Kalau iya, ke UKS aja, mumpung hari ini gurunya pada rapat."

"N..nggak kok. Aku nggak apa-apa."

"Apa aku terlihat buruk?" tanya balik dari Yaya yang langsung mendapatkan gelengan kuat dari Ying. "B-bukan begitu maksudku!"

Yaya mengangguk paham lalu duduk dibangkunya serta menyandarkan kepalanya diatas meja. Kepalanya terasa pusing sekarang.

"Dia beneran nggak apa-apa? Kok kayak habis putus cinta, ya?" tanya siswa 1.

"Nggak tahu, tuh. Tanya aja sama orangnya," balas siswi 2.

"Ngapain? Nggak penting!"

"Idih.. kelas sini kok pada suka nyinyir ya?" sindir Gopal yang seketika membuat kelas itu kembali sepi.

"Ngapain diem? Rame aja, nggak apa-apa kali.." Gopal kembali bersuara.

Fang merotasikan matanya malas. "Nggak usah diurusin orang kaya gitu, mending tidur."




Minggu, 14 Maret 2021❤️
— Senin, 8 Mei 2023 —

Salam hangat
Author kesayangan Gempa💐

ƇƠԼƊ ԼƠƔЄƦ (R)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang