"Jika waktu dapat diputar, bisa kah aku kembali ke masa itu? Dimana semua masih baik-baik saja, tapi ternyata tidak. Namun izinkan aku untuk, memperbaiki waktu yang terlewat itu."
•°•°•°•°•°•°•Ternyata tak seperti dugaannya. Sekarang ia baru sampai di rumah. Bahkan sudah hampir jam dua belas malam. Ini pertama kali ia pulang selarut ini. Karena tadi ada kecelakaan jadi harus macet dan balik arah, untuk memotong jalan. Namun ternyata macet juga.
Sekarang Dara sudah di depan pagar rumahnya. Lampu sudah mati semua. Bahkan di kawasan komplek ini juga lampu sudah mati. Hanya terlihat lampu tidur yang menyala.
Edo menoleh menghadap Dara.
"Dar, aku bisa jelasin ke suami kamu kalo misalnya tadi kita-"
"Gak perlu Do," potong Dara cepat.
Edo hanya mengangguk dan tak menanyakan apapun lagi. Sudah cukup sepertinya.
"Oh ya Do, ini jaket kamu. Makasih ya Do. Hati-hati di jalan ya," ucap Dara melepas jaket Edo di tubuhnya.
Memang dari bioskop tadi ia tak melepas jaket Edo lagi dari tubuhnya. Selain dingin, ia juga merasa nyaman. Jangan salah jika ia bersama Edo memang sedekat ini.
"Hm, sama-sama Dara," balas Edo mengambil jaket itu dan di letakan ke jok belakang mobil.
Dara langsung keluar setelah melepas seltblet nya, lalu mengendong tas miliknya di samping. Setelah keluar Dara menutup pintu mobil itu lagi dengan Edo yang membuka kaca mobil itu, karena Dara yang menunduk.
"Makasih Do, udah di anterin. Kamu hati-hati ya. Sampai jumpa," ucap Dara tersenyum manis, sambil melambaikan tangannya pada Edo.
Edo membalas dengan anggukan dan senyuman pada Dara, sambil melambaikan tanga.
"Aku masuk ya," Dara sambil berlalu.
Edo masih memperhatikan Dara masuk ke dalam rumah. Dara tak melihat ada mobil Aby di rumah. Lampu juga mati, di pikir Aby berati belum pulang.
"Hm, mungkin belum pulang kali ah," oceh Dara acuh membuka pintu dengan kunci yang di bawa tadi.
Kunci rumah ada tiga. Satu padanya, satu pada Aby, satu di simpan di rumah untuk cadangan. Biar enak kalo pergi siapa yang balik duluan ntar.
Dara mencari kunci rumah di dalam tas nya dan membuka pintu. Ia tak langsung ke kamar, melainkan menyalakan lampu, lalu berjalan ke dapur untuk cuci tangan, kaki, serta wajahnya.
"Dia emang beneran belum pulang apa?"
Dara duduk di meja makan untuk minum, serta merilekskan bagian tubuhnya. Dara mendongakkan kepalanya ke atas.
"Capek juga ternyata duduk kelamaan di mobil. Hampir sebulan gue gak ngumpul. Makin ngerasa beda aja, apa kalo gue gak ikut ngumpul mereka, pada ngomongin gue ya? Ah, bodo amat. Gue juga gitu kalo salah satu di antara kita gak ada."
Dara menundukkan kepalanya di atas meja. Ia merindukan orangtuanya sekarang. Ia tak menyangka akan menikah secepat ini. Apa lagi menikah dengan orang yang tak di sukainya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RandomAdara Fradella Ulani & Abimanyu Damar Bwana Mereka berdua di pertemukan lagi setelah sekian tahun berpisah. Aby, sempat ingin menolak pernikahan ini. Namun setelah tau bahwa perempuan itu adalah Dara. Dirinya tak jadi menolak dan menyetujui keingina...