01

740 15 0
                                    

"Kita rancang masadepan, dan lupakan masa lalu."


•°•°•°•°•°•°•

            Hari ini Dara hanya berdiam diri saja dirumah. Tak ada yang perlu dilakukan. Semenjak menikah ia hanya tinggal bersama Aby dirumah ini. Tak mewah, namun terlihat nyaman untuk di tinggalin.

Dara pernah mengusulkan Aby untuk tinggal dirumahnya saja, tanpa harus pindah lagi. Sayang jika tak di tinggalin. Karena Bunda dan Ayahnya juga jarang dirumah. Lebih sering di luar kota ataupun luar negeri, untuk melakukan perjalanan bisnis.

Dara sudah terbiasa di tinggal di rumah karena ia juga tak mesti di rumah. Ia juga harus bekerja juga. Ia mengurus perusahaan yang ia bangun sendiri sejak ia lulus kuliah dulu. Dulu perusahaan miliknya sangat kecil bahkan di lirik pun tidak. Namun seiring berjalannya waktu sekarang sudah bisa menjadi perusahaan yang besar, dan juga banyak yang menginvestasikan ke perusahaannya.

Dulu sang Ayah ingin Dara untuk mengurus kantornya saja, karena Dara adalah anak mereka satu-satunya. Namun ia bertekad untuk bekerja keras dari nol, hingga seperti sekarang. Menurutnya berusaha sendiri itu akan, membuat kita tau, bagaimana caranya bersyukur. Bukan hal yang instan saja yang ia inginkan tapi juga prosesnya. Agar ia lebih bisa menghargai sebuah proses.

Ketika ingin membangun perusahaan ini, ia sempat putus asa karena tak ada satupun yang ingin menjadi relasi bisnisnya. Tapi ia bertekad dalam hati untuk menjadi perempuan yang tidak putus asa, seperti dulu lagi. Sudah cukup ia melewati masa itu.

"Huft," dengus Dara ketika mengingat masa dimana ia menjadi orang putus asa dulu.

Dara sedang bersantai sekarang di depan televisi. Pekerjaan rumah sudah di kerjakannya. Rasanya lelah ketika harus melakukannya sendiri. Biasanya ia menggunakan jasa pembantu di rumahnya. Namun sekarang berbeda. Ia ingin sekali mbok yang bekerja dirumahnya dulu. Bekerja disini bersamanya. Namun Aby ingin seperti ini berdua saja. Entahlah apa yang di ingin suaminya itu.

"Eh suami ya?" ucap Dara dengan terkekeh menatap langit ruang tv.

Ia tak menyangka, jika sang Ayah menikahkannya dengan Aby. Ternyata Aby bekerja di kantor milik Ayahnya. Pantas saja dulu ketika ia kesana, tak jarang melihat Aby yang satu lift dengannya.

"Ayah, ada-ada aja sih ya. Bisa banget jodohin anaknya," ucap Dara sambil memijit pelipisnya.

Dara masih ingat masa itu, dimana ia masih di sekolah menengah atas dulu. Rasanya memang beda ketika sekarang. Semuanya sudah berubah saja, karena sudah melewati waktu yang begitu panjangnya. Di umurnya yang ke 24 tahun ia menikah dengan Aby.

Jika di tanya apakah perasaannya terhadap Aby ketika sekolah menengah atas dulu, sudah pasti berbeda. Sudah tak lagi sama. Semenjak itu ia mulai menutup diri dengan seorang pria. Tapi sekarang ia diyakinkan oleh Edo teman satu fakulitasnya dulu.

Jika mengingatnya rasanya aneh. Ia yang meyakinkan jika tak semua orang itu sama seperti lelaki yang menyakitinya dulu. Edo adalah lelaki yang baik untuknya. Ia yang selalu ada ketika ia merasa sedih, bahkan ketika masih mengingat masalalunya dulu.

Namun takdir sudah berbeda, sekarang ia di pertemukan lagi dengan orang yang pernah membuatnya terluka sedalam-dalamnya. Lelaki yang menjadi cinta pertamanya di usianya yang masih remaja dulu.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang