05

1 1 0
                                    

"Aku ingin menyerah jika sikapmu seperti ini, tapi jika aku kenyerah bagainana dengan usahaku selama ini"

**

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan benar saja kak Nata tidak datang ke rumah, aku sedang menonton TV sambil nyemil keripik, jam tujuh lewat lima menit pintu rumahku di ketuk oleh seseorang, tanpa pikir panjang aku langsung membukanya, siapa tau saja tamu atau ada yang penting.

"Hai ...,"

"Kak Nata?!"

"Iya, kenapa?"

Kak Nata tertawa untuk pertama kalinya, pasti ia sedang menertawakan aku yang terkejut, dasar Nata the Koko.

"Kok kakak bisa di sini?"

"Kan kakak sudah bilang, kakak tau semuanya tentang kamu dari Dino,"

Ah sial benar juga mereka berdua kan bersahabat, di tambah aku pernah dekat dengan kak Dino.

"Masuk dulu kak,"

Aku mempersilahkan kak Nata masuk dan menunggu aku bersiap di ruang tamu.

Aku memakai celana jins dan sweater berwarna pink soft karena cuacanya sedang dingin jadi rambut aku biarkan tergerai, aku memasukan handphone dan dompet ke tas selempang ku lalu aku menemui kak Nata yang sedang menunggu.

"Maaf lama,"

Kak Nata hanya mengangguk, lalu berdiri.

"Yuk,"

Aku pun mengangguk lalu jalan lebih dulu, setelah pintu terkunci dengan rapat, aku menyusul kak Nata ke halaman rumah yang sudah duduk di motornya. Kak Nata menyodorkan sebuah helm aku menerimanya lalu memakainya.

Tiga puluh menit berlalu aku dan kak Nata sampai di sebuah mall.

"Kak, kok mall?"

Aku memberikan helm sembari melihat-lihat.

"Gramedia juga kan ada di mall,"

Benar juga yang di katakan kak Nata.

"Oh iya, aku kira bakal ke toko Gramedia nya langsung,"

"Kejauhan,"

Aku kembali tertawa, kak Nata selalu benar sepertinya, padahal katanya cowok selalu salah.

Kami masuk ke dalam mall cukup ramai padahal masih jam tujuh, kami langsung menuju lantai tiga untuk menuju Gramedia.

Aku melirik kak Nata, malam ini aku baru sadar kak Nata terlihat lebih keren memakai baju bebas seperti ini kaus putih di balut dengan jaket hitam dan celana jins, biasanya aku hanya melihatnya saat memakai seragam sekolah saja.

Kak Nata juga sangat baik dan ramah, dia type orang yang tidak pandang bulu, terlihat tulus dalam mengerjakan sesuatu, aku jadi tidak tega untuk menggunakan kak Nata sebagai bahan balas dendam, apa aku harus mengakhiri semuanya disini saja.

Tanpa aku sadari, tiba-tiba kak Nata menarik lenganku di eskalator, ternyata ada koper besar yang jatuh di eskalator, jika tidak di tarik pasti aku juga ikut terjatuh bersama koper besar itu, aku membuang nafas lega.

"Jangan melamun, Dy,"

"Iya kak makasih ...."

"Emang mikirin apa sih? Sampai enggak denger koper jatoh padahal kenceng,"

"Ah aku itu anu apa eemm ...."

Duh kenapa aku gugup seperti ini ya.

"Ada masalah,"

HATE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang