864

89 18 0
                                    

10 tahun yang lalu, kekacauan di Paradis terjadi. Marina mendengar mengenai fakta bahwa ternyata ada manusia lain di luar tembok. Dan setelah itu semua terjadi tanpa ia tahu. Kekacauan terjadi tanpa adanya aba-aba. Manusia-manusia di luar tembok menyerang Paradis, kemudian dinding yang selama 100 tahun lebih melindungi mereka runtuh dan berubah menjadi Raksasa, kemudian berjalan menjauhi pulau.

Terdengar keren bagi sebagian orang tapi tetap saja itu adalah mimpi buruk untuk orang-orang yang mencintai kedamaian seperti Marina. Ia sempat berpikir apakah memang benar ini adalah jalan satu-satunya yang dapat orang-orang "atas" itu lakukan. Banyak korban nyawa dan juga harta yang berjatuhan akibat dari kekacauan itu.

Marina sendiri benar-benar beruntung karena sekali lagi dapat terhindar dari hal itu. Ia selamat dan mengungsi dengan sebagian penduduk lain.

10 tahun kemudian, sekarang, semua mulai membaik. Kekacauan itu berhasil dihentikan dan manusia-manusia di luar pulau setuju untuk berdamai dengan manusia di pulau Paradis. Pembangunan dilakukan di berbagai tempat dengan waktu yang cukup lama.

Tidak ada lagi tembok-tembok yang membatasi setiap daerah. Tembok-tembok itu telah menjadi Raksasa sebelumnya, dan telah menghilang. Wilayah juga telah diperluas.

Marina menatap sebuah kedai teh di ujung jalan, yang entah sejak kapan berada disana. Selama ini ia yang selalu lewat jalan itu tidak pernah melihat kedai teh itu sebelumnya. Itu hanyalah bangunan kecil dua tingkat yang tidak berpenghuni, sepertinya seseorang sudah menyewanya.

Suara lonceng terdengar begitu Marina membuka pintu. Oh, sebuah ide yang bagus. Tidak ada pengunjung lain di dalam sana selain Marina. Dia sendiri juga tidak melihat satupun orang yang bekerja. Kenapa kedai ini sepi sekali?

Ia mendekat ke arah meja yang mirip dengan meja bar. Tidak ada siapapun di baliknya. Tidak ada tulisan bahwa kedai ini tutup atau buka, tapi pintunya tidak dikunci. Marina juga bisa melihat deretan berbagai kotak penyimpanan teh di lemari yang ada di balik meja bar itu.

Tak lama Marina mendengar suara langkah kaki beradu dengan tangga kayu. Sepertinya pemiliknya berada di lantai dua. Atau mungkin memang tinggal disana?

Marina hanya diam, tidak berucap ketika melihat siapa yang turun dari tangga. Seorang laki-laki berdandan rapi dan bertubuh sedikit pendek yang ia kenal. Marina tertawa dalam hati. Ingatannya cukup tajam sepertinya, sampai dia masih mengenali Kapten Levi setelah waktu yang lama ini. Dia tidak menyangka bahwa orang itu masih hidup.

"Apa kau ingin pesan teh?"

Marina mengangguk. "Apa Anda pemilik kedai ini?"

"Ya.", jawabnya singkat kemudian beralih menuju ke balik meja bar. Levi mempersiapkan segala yang ia butuhkan.

"Apa Anda punya teh bunga mawar?"

Levi mengangkat kepala, menatap Marina. "Tidak. Aku hanya punya teh hitam dan teh hijau disini."

Marina menghela napas, orang ini sepertinya tidak benar-benar berniat untuk membuka kedai teh.

"Kalau begitu teh hitam saja. Buatkan dua cangkir. Aku akan menunggu disana.", Marina menunju meja yang ada di pojok ruangan. Jika dilihat-lihat, kedai ini tidak memiliki terlalu banyak meja. Seperti didesain khusus untuk tempat menenangkan diri.

Tak lama Levi datang dengan sebuah nampan berisi dua cangkir teh. Sepertinya orang ini menjalankan kedai sendirian. Tidak ada pekerja lain disini.

"Teh yang lainnya untuk Anda.", Levi yang bersiap berbalik hanya menatap datar pada Marina. Agaknya menanyakan maksud dari perkataan gadis itu.

"Aku tidak bisa meminum dua cangkir teh sekaligus."

"Lalu kenapa kau pesan dua?"

"Untuk mengobrol dengan Anda, mungkin? Duduklah dan minum tehnya bersamaku."

"Dan kenapa Aku harus menurutimu?"

"Aku akan lebih senang jika minum teh sambil mengobrol dengan seseorang. Tapi jika Anda sibuk, tidak masalah."

Levi menghela napasnya dan menyerah, memilih untuk menuruti Marina dan duduk di hadapannya.

"Apa Anda baru membuka kedai ini?"

"Hm."

"Begitu, ya. Pantas saja tidak ada orang lain yang bekerja disini."

"Aku tidak berniat untuk mempekerjakan orang lain. Diriku saja sudah cukup."

"Anda akan kewalahan jika tempat ini ramai nanti."

Levi meminum tehnya. Marina baru menyadari bagaimana cara orang itu meminum teh. Ia meminum dengan cara yang unik, tidak seperti orang lain kebanyakan. Namun yang mencuri perhatian Marina bukan hanya itu. Levi telah kehilangan dua jari di tangannya. Itu pasti karena kekacauan 10 tahun yang lalu.

"Aku senang melihat Anda lagi setelah sekian lama. Tidak menyangka Anda masih hidup setelah kekacauan itu."

"Aku hanya beruntung.", Levi kembali meminum tehnya. "Kau bilang senang melihatku lagi, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Marina mengangguk. "Tapi sudah lama sekali, wajar jika Anda tidak ingat."

"Begitu, ya."

"14 tahun? Ah tidak, lebih lama dari itu. Kita pertama bertemu 17 tahun lalu, di bar di distrik Trost. Lalu 5 tahun kemudian, di bar di distrik Ermich. Dan sekarang, disini."

"Kita hanya bertemu dua kali sebelumnya? Dan kau mengingat itu?"

"Ya. Karena hanya Anda satu-satunya yang mencari teh di sebuah bar. Atau mungkin bisa juga karena takdir?"

"Takdir?"

"Jika tiga kali bertemu dengan seseorang secara tidak sengaja, itu bukan kebetulan, tapi takdir."

"Takdir, ya? Mungkin saja."

Tuan Kedai Teh (Levi Fanfiction) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang