864 (5)

76 20 1
                                    

"Selamat pagi, Levi.", Levi membuka matanya ketika didengarnya suara Marina bersamaan dengan suara ketukan pintu kamarnya. Harusnya Levi tidak kaget dengan kedatangan Marina di rumahnya sepagi itu. Beberapa hari yang lalu, Levi sakit. Ya, orang yang pernah dijuluki sebagai manusia terkuat itu bisa sakit juga. Sakit demam pula.

Marina merasa heran ketika sore hari pergi ke kedai, pintu kedai masih terkunci. Ia kemudian menanyakan kepada pemilik rumah di samping kedai itu, apakah mereka melihat Levi atau tidak. Mereka bukannya sering melihat laki-laki itu, tapi memang hari itu tidak ada satupun dari mereka yang melihatnya.

Kemudian Marina meminta izin untuk menggunakan jendela di lantai dua rumah yang paling dekat dengan tempat tinggal Levi. Ya, dia memanjatnya agar bisa sampai ke jendela tempat tinggal Levi. Pemilik rumah agaknya was-was karena itu, takut gadis itu terjatuh, tapi dia tidak bisa melarangnya.

Marina mengetuk kaca jendela Levi berulang kali, tidak ada yang terjadi. Kemudian setelah mengetuk untuk yang keempat kalinya, gorden jendela itu terbuka. Ada Levi disana, menatap Marina dengan sedikit terkejut. Dia membuka jendela itu, membairkan Marina masuk.

"Apa yang kau lakukan di jendelaku?", tanyanya. Marina yang masih sedikit mengatur napas beralih menatap Levi. Laki-laki itu tampak pucat, suaranya juga terdengar serak.

"Pintu kedaimu terkunci. Kau sakit, ya?"

"Hanya tidak enak badan."

"Kau pasti belum makan. Berikan kunci depanmu.", Levi menurutinya. Marina kemudian pergi lewat pintu di kedai dan tak lama kembali dengan membawa beberapa bungkus makanan hangat. Marina mengembalikan kunci itu, namun salah satu kuncinya hilang. Dia bilang dia akan membawa satu untuk berjaga-jaga jika ini terjadi lagi.

Dan begitulah, bagaimana bisa Marina datang ke tempat tinggal Levi pada pagi hari. Dia memastikan Levi untuk sarapan sebelum memulai aktivitas, dan akan pergi setelahnya. Dia memiliki pekerjaan lain selain di kedai ini.

"Kau, sarapanlah juga. Setiap pagi Aku tidak bisa menghabiskan semua ini."

Marina tidak keberatan tentu saja. Itu akan menghemat waktunya. Dia dapat langsung pergi ke tempatnya bekerja setelah dari sini. Dan begitulah bagaimana sarapan bersama menjadi rutinitas baru bagi Marina dan Levi.

Levi mendecih ketika Marina memberikannya segelas susu sambil mengatakan bahwa itu bagus untuk tulang.

"Jika kau berharap Aku akan tumbuh tinggi, itu tidak akan terjadi. Aku sudah terlalu tua untuk tumbuh tinggi."

"Memang berapa umurmu?", Marina selalu penasaran dengan itu. Dulu Marina merasa Levi berumur belasan, jadi berapa umurnya sekarang. 20an akhir, atau mungkin 30?

"Jika itu sudah berlalu 10 tahun, berarti sekitar 40, atau mungkin lebih? Anggap saja 45 tahun."

Marina hampir memuntahkan air yang ada di mulutnya, berujung ia tersedak. "Kau? 45 tahun? Yang benar saja!", protesnya. Levi sama sekali tidak terlihat seperti laki-laki berumur 40-an. Apa itu efek dari tinggi badannya yang tidak terlalu tinggi?

"Kau sendiri berapa?"

"Aku? 38."

"Jadi kau lebih muda ya?"

Marina merasa tidak enak. Selama ini dia memperlakukan Levi seperti orang yang lebih muda darinya.

"Yah, itu sisi baiknya. Kau terlihat jauh lebih muda."

Mereka kemudian melanjutnya sarapan mereka. Marina segera membersihkan semua alat makan yang mereka gunakan ketika selesai. Levi pernah melarang Marina melakukan itu sebelumnya, tapi Marina tetap bersikeras. Dan itu berakhir dengan mereka yang setuju untuk bergantian dalam hal memasak dan mencuci alat makan.

Omong-omong masakan Levi cukup enak. Dan masakan Marina? Jangan tanya Levi, dia terlalu malu untuk menjawabnya karena masakannya tidak dapat dibandingkan dengan milik Marina. Perbedaannya terlalu jauh.

"Baiklah, aku pergi dulu. Sampai bertemu nanti sore."

"Tunggu. Dimana kau bekerja di pagi hari?"

"Aku? Di Panti Asuhan. Kenapa?"

"Tidak. Hanya bertanya. Sampai bertemu nanti."

Tuan Kedai Teh (Levi Fanfiction) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang