4. Nembak

821 84 35
                                    

Kantin fakultas Teknik masih jadi favorit Can. Tempatnya semi outdoor. Aroma makanan, keributan mahasiswa kelaparan, dan keluhan tentang nilai ujian terasa akrab dan menyenangkan.

Tin dan Can memasuki kantin yang luas. Seperti biasa, Can memindai tempat itu. Nggak sulit menemukan Ae di antara kerumunan mahasiswa. Cowok itu sedang mengantre beli makan siang.

Di sudut paling ujung Can melihat teman-temannya. Kla, Tekno, Pond berada satu meja.

Tekno melambai heboh ke arahnya.
Saat mendekat, Can baru menyadari kehadiran orang asing di situ. Tidak asing sebenarnya karena beberapa kali dia melihatnya di kelas Tin.

"Duduk Can, Tin..."
Mereka duduk sebelahan.

"Kenalin nih Pete." Tekno nunjuk cowok yang duduk malu-malu di grup mereka.

Can menyalaminya, mengabaikan rasa canggung dan tidak nyaman yang ia rasakan. Pond melirik Can, lalu Tin, lalu Pete bergantian. Tapi ia tidak mengatakan apa-apa.

"Kamu suka makan di sini juga Tin?" Tiba-tiba Pete bertanya. Can mengernyit. Pakai aku kamu.

"Hm." sahut Tin pendek.

"Loh, Pete dan Tin udah kenal?"

Ae yang baru datang bertanya, ia membawa dua piring nasi Padang di tangannya. Satu dia letakkan di depan Pete. Satu untuk dirinya sendiri. Can semakin cemberut.

"Dia sepupu aku. Kita juga sekelas." Pete menjelaskan dengan tenang.

"Oooohhh..."

Tekno udah kenal Ae karena mereka satu klub sepak bola. Kla pacar Tekno, dia selalu ngintilin kemana pun cowoknya itu berada. Sedangkan Pond dengat bakat keponya ikut klub jurnalis, tapi sering nongkrong bareng anak mapala dan sepakbola.

"Can, mau makan apa? Gue yang pesenin." Tin berdiri.

Can tergeragap dari lamunan apapun yang sedang pikirkan.

"Serah lo aja deh." sahut Can lemas.

Makan siang diselingi bercandaan garing dan obrolan nggak jelas.

"Pete, kamu belum jawab pertanyaan aku tadi." kata Ae saat mereka selesai makan.

"Harus banget ya jawab di sini?"

"Iyalah. Biar banyak saksinya."

"Oke." jawab Pete pendek.

"Jadi, kamu pacarku sekarang?" Wajah Ae sumringah.

Pete mengangguk, tersenyum malu-malu.

"Ciyeeee...!!" Semua orang menyoraki pasangan baru jadian itu dengan heboh.

Can duduk diam seperti patung, tidak bisa beranjak. Ia bahkan lupa cara bernapas.

Tiba-tiba semua puzzle tersusun, seluruh jalinan cerita tertata. Tapi dia tidak termasuk di dalamnya.

Detik itu Can sadar, ia hanya penonton di pertunjukan yang bahkan tidak mengijinkan dirinya terlibat.

Can menahan sengatan panas di matanya. Ia menghambur pergi.

.

.

.

END

Please vote n follow  yaaak...







Maret 13 2021

BROFRIEND • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang