6. CONNECTION

16 1 0
                                    

Suasana sepi, saat seluruh alam terlelap dalam tidur, Vasillias, raja para Elf yang dihormati seluruh eakyat Kerajaan Aranour terbangun. Dalam tidurnya dia bermimpi, hal yang sangat terjadi pada kaum Elf.

"Demi Valar Yang Agung!"

Psyche, sang ratu, yang berbaring di sisinya ikut terbangun, melihat keadaan suaminya yang berkeringat dingin, timbul kerutan tajam di dahinya. Bertanya dengan lembut sambil mengelus pundak."Ada apa, Hervenn nín? Apa yang mengganggu tidurmu?"

Raja berusaha mengembalikan fokus, mengelus lembut tangan sang istri, menjawab singkat. "Mimpi."

"Mimpi? Apa? Bagaimana?" ratu bertanya antusias sekaligus khawatir, bagaimanapun kaum mereka tidak pernah bermimpi. Kalaupun ada mimpi, itu pasti merupakan suatu pertanda.

"Orome*, dan Ulmo*."
(Orome adalah nama Dewa Hutan bangsa Elf kuno. Sedangkan Ulmo adalah nama Dewa Air dan penguasa lautan.)

Wajah Psyche memucat. Siapa bangsa Elf yang tidak pernah mendengar kisah dua dewa yang dikutuk saling mendampingi tapi harus terpisah karena kisah cinta mereka yang terlarang?

"Mereka datang, diantar Nienna*. Tangan mereka bergandengan erat. Nienna menatap dengan air mata menggenang, melepaskan mereka."
(Nienna adalah Dewi Belas Kasih sekaligus Dewi Ratap Tangis, pasangan terpilih untuk Ulmo)

"Bagaimana anda bisa tahu kalau itu mereka?"

Raja menggeleng beberapa saat sebelum menjawab, "Tidak, aku tidak tahu, aku hanya merasa yakin jika itu mereka."

Keyakinan seorang raja bukanlah hal yang bisa dipertanyakan.

Terdiam dalam waktu lama, entah apa yang dipikirkan oleh kedua pemimpin Kerajaan Aranour tersebut.

*****

Malam semakin larut, tapi Ruin masih belum bisa memejamkan mata, pikirannya berkelana. Melirik kembali buku catatan kuno yang tersimpan di atas meja, mendesah.

Ia masih tak habis pikir, dalam keadaan terluka saja ketangkasan Tav bisa dibilang di atas rata-rata prajurit kaum Elf, selama ini dia berlatih dengan banyak prajurit, sangat jarang ada yang bisa menangkis serangan jarak dekat seperti yang dilakukan Ruin pada Tav beberapa waktu lalu. Bahkan Maethor kadang masih tidak bisa melakukannya.

Tidak mengherankan jika Elf tidak terlalu tangkas, kebanyakan Elf diberkati dengan Sihir bawaan saat mereka lahir. Bagi Elf, sihir sudah menyatu dengan kehidupan sama seperti napas mereka. Sihir ini bisa digunakan untuk menyerang sekaligus sebagai perlindungan dari serangan sihir lain.

Ruin sendiri kurang memahami bagaimana cara kerja sihir bawaan, karena dirinya memang tidak memiliki elemen sihir bawaan. Secara fisik dia memiliki gambar api di dada kirinya, yang seharusnya dia memiliki elemen api, namun bahkan sampai detik ini, dia tidak sedikit pun bisa menguasai elemen api.

Raja, yang juga memiliki lambang api di telapak tangan, bisa dengan mudah mengendalikan api bahkan dalam keadaan tertidur. Sedangkan dalam kasus Ruin, bukan hanya tidak bisa menguasai elemen api, yang berhasil membuatnya diakui dan mendapat gelar Daggor O'cëan adalah elemen air.

Menatap kedua tangannya yang terangkat, mengarahkan telapak tangan ke arah nyala lilin di tengah ruangan, berusaha memusatkan perhatian. Satu, dua, tiga, empat, lima, menghela napas frustasi, Ruin menjatuhkan kembali tangan yang terangkat ke pangkuan.

Kenapa memiliki gambar apu, di saat dia sama sekali tidak bisa mengendalikan?

Beralih ke teko di samping lilin, dari tempatnya dia bahkan bisa mencium aroma lembut air. Menjentikkan jari tengah dan ibu jari, jari telunjuk membentuk gerakan mengangkat, bulir air keluar dari leher teko.

GELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang