24

1.1K 231 18
                                    

Chapter 24

"Kim Taehyung! Dia adalah ayah dari anak ku. Dan dia yang telah membawa anak ku, Dong Hae. Aku ingin sekali bersama anak ku. Tidak bisakah kau membuat Taehyung menyerahkan anakku padaku?"

Mata Dong Hae rasanya ingin loncat keluar dan masuk kedalam piring Sooyoung yang isinya sudah seperti makanan kucing saat ini. Kim Taehyung katanya? Kim Taehyung rekan kerja barunya yang baru saja berteman dengannya akhir-akhir ini? Yang orangnya agak kaku dan kalau sekalinya bicara itu setiap kata yang keluar dari mulutnya tidak pernah disaring? Kim Taehyung yang itu? Benar-benar yang itu? Dong Hae menelan salivanya. "Kau serius Park Sooyoung? Kurasa kau mulai mabuk."

"Tidak-tidak! Aku tidak mabuk dan aku serius, Dong Hae." Kepala Sooyoung menggeleng-geleng ketika menjawab. Ia juga menambahkan. "Kau bisa bertanya langsung padanya nanti kalau kau tidak memercayaiku."

"Tidak mungkin!"

Sooyoung mengerucutkan bibirnya, menggerak-gerakan bibirnya kekanan dan kekiri persis Tae Soo. "Kau sudah dua kali mengatakan tidak mungkin, tahu tidak? Ini semua kenyataannya, Lee Dong Hae, kenyataan!"

KENYATAAN? JADI INI BUKANLAH MIMPI BURUK? TAPI KENAPA? KENAPA BISA DAN KENAPA HARUS KIM TAEHYUNG? Dosa apa yang Dong Hae perbuat dimasa lalu hingga semuanya jadi begini, ya Tuhan? Dong Hae meraih botol red wine yang sebelumnya sudah hampir dihabiskan oleh Sooyoung. Ia menenggaknya langsung karena sisanya memanglah tinggal sedikit kemudian ia menyeka mulutnya terlebih dahulu sebelum kembali menatap Sooyoung yang sebenarnya sangat cantik dan juga menggemaskan kalau sedang mabuk begini. Ah... melihatnya membuat semangat Dong Hae untuk mendapatkan perempuan itu kembali meluap-luap. "Oke, kalau memang ucapanmu itu semuanya adalah kenyataannya, jadi artinya kau dan Taehyung sudah resmi bercerai bukan? Setahuku Taehyung seorang duda anak satu yang kaya raya hingga menjadi incaran semua perempuan yang mengenalnya. Jadi seharusnya kalian memanglah sudah tidak punya hubungan apapun kecuali rekan kerja saat ini bukan?" Dong Hae berkedip-kedip seperti orang cacingan lagi sebelum melanjutkan setelah ingat akan sesuatu. "Kalau aku pikir-pikir kalian menjadi rekanan karena aku juga yah? Ah kenapa bisa aku mempertemukan kalian dan menjadikan kalian berdua rekanan sih?"

Sooyoung tersenyum, menertawai wajah bodoh Dong Hae yang lucu. Satu tangannya terangkat untuk memanggil pelayan. Ia ingin memesan satu botol red wine lagi. Tapi Dong Hae yang seolah mulai mengerti dengan apa yang diingankan Sooyoung, segera membalikan tubuhnya dan berkata jangan bawakan alkohol lagi pada meja mereka ke pelayan hingga Sooyoung harus kembali mengerucutkan bibirnya sebal.

"Kenapa sih? Akukan sudah jujur padamu soal kehidupan pribadiku ini. Kenapa kau sekarang menghalang-halangiku untuk minum?"

Dong Hae menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apa yang harus ia katakan pada Sooyoung kalau sebenarnya dia bukan menghalangi, tapi dia hanya tidak ingin membuat Sooyoung semakin mabuk dan membuat rencananya malam ini menjadi kembali gagal. Padahal tadi Dong Hae sudah sangat senang saat Sooyoung menghubunginya dan mengajaknya untuk pergi makan malam. Ia juga sudah menyiapkan semuanya untuk rencana pengungkapan cintanya malam ini pada Sooyoung. Tapi sepertinya ia memang harus kembali mengurungkan rencananya malam ini. Situasi yang tengah Sooyoung hadapi sepertinya tidak mendukungnya. Dong Hae tersenyum, senyuman bodohnya. "Hem... Aku hanya tidak ingin kau pengar nantinya Sooyoung. Jadi lebih baik kita makan saja, bagaimana?"

"Kenapa kau seperti Sarah yang selalu menyuruhku makan sih? Dasar kalian para tukang atur!"

"Karena aku menyayangimu Sooyoung. Kau kan idola nomor satuku yang selalu berada dihatiku. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu, makanya ak-"

"Apa kau masih saja mengidolakanku setelah tahu kalau aku pernah menikah dan sudah melahirkan seorang anak, Dong Hae?" Sooyoung seketika kembali menjadi seorang penyela ucapan yang handal.

So I Married with a ModelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang