21

1.1K 247 117
                                    

Chapter 21

Tanpa peduli dengan wajah Tae Soo yang kelihatan sekali kebingungan, Sooyoung melanjutkan apa yang seharusnya tidak ia katakan. "Aku bilang aku ibumu, Kim Tae Soo! Aku ibumu. Jadi panggil aku ibu! Pang-"

"Cukup Park Sooyoung, hentikan!" Taehyung berkata sambil mendekati putrinya dengan panik kemudian ia langsung menggendongnya.

Tae Soo yang masih bingung, menatap wajah ayahnya hingga Taehyung hanya bisa membalasnya dengan tersenyum sebelum kembali membuka suaranya saat mantan istrinya yang suka sekali berbicara itu masih diam ditempatnya. "Maksud Sooyoung, dia ingin menjadi ibumu. Bukankah setiap orang yang bertemu denganmu selalu ingin menjadi ibumu? Itu karena Tae Soo anak yang baik dan manis, makanya semua ingin sekali menjadi ibumu."

"Benarkah?" Tae Soo bertanya ragu, matanya kini beralih menatap Sooyoung. "Kenapa?"

Taehyung taku-takut melirik Sooyoung yang sekarang masih saja diam seperti bukan dirinya. Dan seolah tidak menyia-nyiakan kediaman Sooyoung, ia menurunkan Tae Soo lalu menoleh untuk menatap Yong Dae. "Jung Yong Dae, tolong bawa Tae Soo ke mobil! Aku akan segera menyusul kalian." Setelahnya, Taehyung kembali menatap putrinya, tersenyum. "Tae Soo, tolong tunggu ayah dan Sooyoung dimobil yah. Jangan menyusahkan Yong Dae dan jadilah anak yang manis, oke!"

Tae Soo menganggukan kepalanya, menurut pada ayahnya lalu berjalan membelakangi ayahnya dan Sooyoung sambil bergandengan tangan dengan Yong Dae. Yong Dae juga tadi sempat menganggukan kepalanya sambil tersenyum sebelum meraih tangan Tae Soo dan menuntunnya untuk berjalan ke mobil seperti apa yang ayahnya Tae Soo katakan dan minta padanya barusan.

"Apa kau benar-benar sudah kehilangan kewarasanmu?" Taehyung baru menghadap kearah Sooyoung dan kembali bicara padanya ketika Tae Soo dan Yong Dae sudah benar-benar tidak terlihat dari penglihatannya. Ia juga menambahkan. "Tae Soo  baru genap berusia lima tahun beberapa hari yang lalu Sooyoung. Demi tuhan, wajahnya bahkan kelihatan sekali kebingungan tadi."

Sooyoung memejamkan kedua matanya, perlahan menundukan kepalanya (Menyembunyikan air mata yang lagi-lagi menetes kepipinya).

"Aku faham kalau kau menyalahkanku. Aku sadar aku salah. Tapi tidak bisakah kau berpikir jernih? Demi anakmu, Sooyoung! Kalau kau ingin sekali mengaku sebagai ibunya, setidaknya carilah waktu yang tepat dan jelaskan padanya perlahan hingga dia mengerti. Jangan terlalu tiba-tiba seperti barusan! Bagaimana kalau dia punya pemikiran aneh yang nantinya malah membencimu? Dia..." Taehyung tidak mampu berkata-kata lagi saat sadar kalau mantan istrinya itu kembali menangis dalam diamnya. Pada akhirnya Taehyung berjalan mendekati Sooyoung. Kakinya baru berhenti melangkah setelah berdiri dan berjarak satu langkah dari Sooyoung. "Maafkan aku dan berhentilah menangis, Park Sooyoung! Kita harus cepat kembali ke mobil, Tae Soo dan Yong Dae menunggu."

Berhenti menangis? Sooyoung juga inginnya begitu. Tapi air matanya sangat brengsek hingga terus saja menerobos dan mengalir begitu saja. Ia juga menyesal. Sangat menyesal. Dan penyesalannya bertambah saat mantan suaminya yang tidak kalah brengsek dari air matanya itu mengatakan kalau bisa saja Tae Soo membencinya kalau tahu ia ibunya. Dan bagaimana kalau seandainya itu benar terjadi? Sooyoung kan pergi waktu dulu. Sooyoung kan meninggalkan putrinya itu hingga putrinya kehilangan sosok ibunya sedari bayi. Semua pemikiran itu menyerang Sooyoung hingga rasanya ia tidak mampu berkata-kata lagi. 

"Park Sooyoung!" Taehyung mengangkat satu tangannya, ingin meletakannya diatas salah satu bahu Sooyoung, ingin membelainya dan meredakan tangisannya. Tapi ia urungkan! Tangannya yang sudah terangkat malah kembali turun. "Ku mohon berhentilah menangis dan ayo kita kembali!"

"Aku harus kembali kemana?" Sooyoung mengangkat kepalanya, membiarkan Taehyung melihat wajahnya yang dibanjiri air mata. "Aku harus kembali kemana? Aku tidak punya tempat untuk kembali. Jadi lebih baik kau saja yang menyusuk Tae Soo!" Setelahnya, Sooyoung membalikan tubuhnya dan berjalan berlainan arah dari yang seharusnya.

So I Married with a ModelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang