d u a b e l a s

484 44 17
                                        


"Aku bilang jangan ketemu di kampus, nanti Jimin curiga."

Yoongi menyeret Hoseok menjauh dari area yang sedikit ramai. Keduanya lagi ada di kampus, ada di fakultas seni lebih tepatnya. Jarak yang tidak terlalu jauh dari fakultas Hoseok, membuat dia sering dengan sengaja menghampiri Yoongi walau hanya sebatas menyapa. Tentu saja tanpa sepengetahuan Jimin.

"Gedung anak DKV jauh dari sini, tenang aja."

"Jimin sering tiba-tiba ke sini, kalo ketauan gimana?"

Hoseok tertawa, membuat Yoongi mengernyit bingung. "Sebegitu takutnya?"

"Hoseok!" Yoongi meninggikan suara. Menarik tangan Hoseok dengan paksa untuk meninggalkan tempat keduanya berdiri. "Kita ngobrol di mobil."

Suasana parkiran cukup sepi, kendaraan yang terparkir pun tidak begitu banyak yang artinya sudah banyak mahasiswa yang meninggalkan area kampus.

Saat berada di mobil pun tidak langsung ada yang membuka suara, keduanya memilih diam beberapa saat. Saling menyisakkan diam yang membuat sedikit canggung, hingga Hoseok menginterupsi keheningan yang tercipta.

"Sebulan sekali itu kurang, Yoon."

Membuat Yoongi memutar bola matanya tidak habis pikir, ditatapnya Hoseok saat dia menjawab kalimat orang di depannya itu. "Itu perjanjian awal kita. Nggak ada ketemu di kampus, cuma ketemu di apart kamu sebulan sekali. Toh aku nggak batasi chat kita."

"Tapi kamu slow respon, aku mana tahan kalo begitu."

"Hos, kamu tau prioritasku siapa. Aku juga tinggal sama Jimin, dia nanti curiga kalo aku sering main ponsel kalo lagi sama dia."

Hoseok mendengus, "Jimin terus, selalu Jimin."

"Aku pikir kamu bakal ngerti,"

"Iya, aku ngerti. Awalnya aku ngerti." Kata Hoseok serius. "Awalnya aku bisa ngertiin kalo hubungan kita emang cuma sebatas perselingkuhan? Bahkan aku nggak yakin nyebutnya gimana."

Yoongi mengangguk membenarkan apa yang Hoseok katakan. "Kita cuma saling butuh buat ngelepasin emosi kita masing-masing."

Kalimat Yoongi mendapat bantahan langsung dari Hoseok, "Enggak, kita lebih dari itu. Kita bahkan saling sayang, jangan bohongin diri kamu, aku tau."

Dan Yoongi selalu dibuat bingung dengan perasaannya sendiri. Terdiam tanpa bersuara dengan pikiran yang penuh dengan pertanyaan mengenai kenapa dia melakukan ini semua yang berakhir dengan menyakiti hati semua orang dan mengenai apa yang sebenarnya dia rasakan. Atau bahkan dia sebenarnya mati rasa?

"Aku udah ngelepas kamu demi Jimin, demi Tuhan aku udah nyoba relain kamu kalo kamu berakhir sama Jimin. Tapi kamu-" Hoseok menjeda kalimatnya. "Di sex sebelum kamu jadian sama Jimin kalo kamu lupa, aku ingetin lagi." Katanya. "Permintaan sex terakhirku sebelum kamu jadi milik Jimin, kamu minta aku, kamu minta aku jadi punyamu karna dengan itu kamu juga bisa dapetin Jimin," Hoseok menjeda lagi kalimatnya, tersenyum kemudian setelah melihat perubahan raut wajah lelaki manisnya itu. "Sedangankan kalo kamu pilih Jimin, kamu nggak bisa dapetin aku juga." Pipi dibelai lembut, baik Hoseok maupun Jimin sama-sama memberikan sentuhan lembut yang sumpah mati membuat Yoongi menggila.

"Itu artinya kamu memang sayang aku 'kan?"

Harusnya Yoongi bisa menjawab dengan tegas bahwa dia memang sayang dengan Hosoek. Harusnya bisa.

Bukannya lupa, Yoongi justru ingat betul, dia tahu, dan dia sadar akan kalimatnya saat itu. Hoseok hanya minta sex terakhir sebelum dia seutuhnya menjadi milik Jimin, namun Yoongi dengan serakah justru meminta lebih.

Dengan menjadikan Hoseok menjadi miliknya juga.

Ciuman lembut di bibir Yoongi, hanya sekilas, dengan senyuman manis yang Hoseok berikan serta kelanjutan dari kalimat-kalimatnya. "Kamu yang serakah, sayang. Kamu minta aku dan Jimin sekaligus. Lalu ketika aku minta hak yang harusnya kamu kasih ke aku juga, kamu nggak suka? Kenapa kamu seenaknya begini?"

"Kamu nyudutin aku?"

"No!" Hoseok tersenyum, mencoba menarik kembali emosi Yoongi yang mulai terpancing. "Aku bicara kenyataan."

"Aku begitu?"

"Yes, you are."

Yoongi kembali terdiam. Cepat atau lambat, baik Jimin atau Hoseok pasti akan memberikan kesempatan Yoongi untuk sekali lagi memilih di antara keduanya. Atau justru melepas keduanya?

"Udah empat bulan, sayang. Bahkan aku nggak diberi kesempatan sehari aja buat jadi punyamu seutuhnya, mau sampai kapan?" Tanya Hoseok.

"Perjanjian awal kita nggak begini, Hos."

"Iya, sebatas sex sekali ditiap bulan. Iya aku tau itu, tapi lama-lama aku capek juga."

"Aku bebasin kamu punya hubungan sama siapa aja,"

"I know, tapi nggak ada yang se-spesial kamu."

Yoongi total bungkam, dia sendiri juga lelah dengan semua ini. Semakin lama perasaannya pada Hoseok juga mulai terlihat samar, pilihan untuk terus mengakhiri hubungan gelap ini atau justru tetap melanjutkan seketika menjadi serangkaian hal yang membuatnya sakit kepala.

Yoongi belum siap, perasaannya masih acak dan tidak beraturan.

"Aku capek, kita bahas lain kali."

Hoseok mendekat, memberikan ciuman yang kali ini diberi sedikit lumatan. Yoongi menerimanya dengan suka rela, mengurungkan niatnya untuk enyah dari tempat itu, membiarkan tangannya bergerak sesuai hati nurani untuk mengalungkan kedua tangannya pada leher Hoseok. Keduanya saling menikmati ciuman intim di sore hari yang cerah, membiarkan angin menembus melewati kaca mobil yang tidak tertutup.




Menyisakan sepasang mata yang menatap keduanya dengan senyuman yang- memprihatinkan?




👬👬👬

Vote n comment juseyo-
Jangan lupa jaga kesehatan ya!

Pacaran • MinYoon •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang