Malam harinya, mungkin lebih tepat sudah tengah malam, Suga pulang ke apart. Menyadari bahwa aksi nya yang memilih pergi disaat sedang membahas perihal tadi sore adalah sebuah kesalahan. Berharap ketika dia pulang, Jimin sudah pergi ke alam mimpi dan paginya bisa langsung bergegas pergi ke kampus tanpa harus berinteraksi dengan Jimin.
Namun sayang, harapannya tidak terkabul dengan mulus. Dilihatnya Jimin yang tertidur di sofa mulai membuka mata saat didengarnya suara pintu yang terbuka lirih.
Jimin memicingkan mata, mencoba memfokuskan pandangannya yang terlihat samar karena minimnya lampu penerangan. Terlihat ada si manis dengan pakaian yang sama dengan pakaian yang dia kenakan tadi sore.
"Gula?"
"Ji-min?"
"Biar aku yang tidur di sofa. Suga tetep di kamar, ya?"
Suga masih terdiam, sampai Jimin melanjutkan kalimatnya. "Kamu mandi dulu gih terus langsung istirahat. Aku udah siapin air panasnya."
Suga menatap Jimin sambil terdiam. Bahkan setelah perkataan kasarnya tadi sore, Jimin masih terlihat baik-baik saja seolah sedang tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua. Berbeda dengan Suga yang kalap dan bergelut dengan pikirannya tiada henti.
"Obrolan tadi-"
"Dilanjut besok pagi ya sayang, kamu istirahat dulu." Jimin tersenyum dengan tulus, matanya ikut menyipit.
Perbedaan pendapat dan keinginan dalam sebuah hubungan itu hal yang wajar. Jangankan dalam hubungan sepasang kekasih, bahkan dihubungan pertemanan saja sering terjadi. Untuk perdebatan yang cukup serius sepertinya baru dialami Suga dan Jimin, biasanya hanya sebatas berdebat ingin makan lauk apa, tapi kali ini sepertinya hubungan mereka memang harus diberi sedikit bumbu penyedap.
Suga terdiam, tidak membalas kalimat Jimin karena dia sendiri bingung harus merespon apa. Maka melenggang pergi menjadi hal yang dia lakukan. Memasuki kamar dan menyalakan lampu, duduk di sisi kasur dan menatap pantulan wajahnya lewat kaca besar di lemari.
Suga menghembuskan nafas berat, ada begitu banyak hal yang menganggu nya akhir-akhir ini. Ingin sekali bicara jujur dan terbuka pada kekasihnya, tapi Suga sudah berkesimpulan sendiri bahwa Jimin total akan marah padanya. Suga sayang Jimin, sangat. Tapi kenapa dia begitu brengsek dengan menyembunyikan hal yang tidak seharusnya dia lakukan?
Memilih untuk menyegarkan pikiran dengan mandi di jam satu dini hari, Suga melangkah ke kamar mandi dengan handuk di tangan. Kali ini sudah jauh lebih segar dan lebih baik yang dia rasakan.
Sudah setengah dua, Suga yang hendak tidur jadi teringat dengan Jimin. Melangkah dengan pelan lalu menyalakan lampu tidur di atas meja samping televisi, Suga kemudian mendekat hingga sampai tepat di depan sang kekasih yang sudah tertidur di sofa. Memandanginya dengan penuh ketenangan, Jimin total buat Suga merasa semakin bersalah.
Setelah cukup puas memandang wajah sang kekasih, Suga mendekat hingga menghapus jarak dengan ikut bergabung tidur di sisi sofa yang masih kosong. Memeluk Jimin erat dengan membenamkan wajahnya pada dada Jimin yang total bikin cowok itu bangun.
"Gula?"
"Jimin, maaf."
"Kenapa, hmm?"
"Maafin aku, salahku karna kasar sama kamu."
Jimin memilih untuk mengabaikan Suga, dia malah menciumi rambut si pacar yang harumnya menyeruak keluar sehabis mandi. "Wangi banget, baru mandi ya?"
"Aku lagi ngomong, JIm."
"Besok pagi kita bahas, ini udah waktunya istirahat."
"Tapi maafin aku kan?"
"Besok ya ngobrolnya. Good night sayang, sleep well."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran • MinYoon •
Aléatoire- Sequel "My Sugar" - Ini kisah Jimin yang udah bisa dapetin si kating manis pujaan hati. Si kating manis yang ternyata punya segudang rahasia besar. Siapa sangka, sosok dingin Suga berubah jadi tambah manis di mata Jimin. Saat si manis Suga sudah p...
