Sudah seminggu berlalu semenjak kepergian Kenma dari rumah mereka. Kuroo benar benar dibuat stress hanya karena kepergian surai puding itu. Bahkan pola makannya sudah mulai tidak teratur. Tidur pun sering larut malam walau ia sudah mengantuk. Tetapi otaknya masih terus memikirkan bagaimana keadaan Kenma sekarang.
Ia menyesal jujur saja. Setelah berbulan bulan lamanya, ia baru menyesali hal itu sekarang. Betapa bodohnya. Menyesal di saat semua sudah terlambat. Di saat ia sudah mencapai titik paling atas untuk mengecewakan istrinya sendiri.
"Aku memang bodoh karena sudah menyia nyiakanmu.."
☁️ It's Hurt.. ☁️
Sementara di sisi lain, Kenma masih lagi menyesap teh buatan sahabatnya, Hinata Shoyo yang kini sudah berganti marga menjadi Kageyama Shoyo. Ia memang sudah merencanakan hal ini sejak awal. Lebih tepatnya, Hinata dan Akaashi yang merencanakannya.
Jika Kenma sudah merasa jengah dan lelah dengan sikap pasangannya, ia di izinkan oleh Hinata sekaligus Kageyama untuk menginap di rumah mereka sampai kapan yang Kenma inginkan. Tetapi mungkin waktu itu tidak terlalu lama, karena Kenma juga pasti akan merasa tidak enak jika sudah merepotkan kedua pasangan itu dalam waktu yang tidak sebentar.
"Huh..." Ia menghela nafasnya dan mengalihkan pandangan kearah lain. Menatap kearah luar dan melihat orang orang yang dengan mesra nya bergandengan tangan bersama dengan pasangan masing masing, hanya akan membuatnya teringat dengan Kuroo.
Ia jujur masih kecewa dan masih kesal dengan pemuda itu. Tetapi di sisi lain, ia merindukannya.
Ia juga tidak menyangka bahwa akan merindukan seseorang yang bahkan sudah menyakiti perasaannya terus menerus. Cinta memang bodoh. Apalagi jika sudah jatuh pada orang yang salah.
"Tapi... apa Kuro memang sudah tidak lagi mempedulikanku?"
☁️ It's Hurt.. ☁️
"Huh? Memberi saran?"
Kuroo menghela nafas. "Mhm. Bisakah kau memberiku saran, apa yang harus aku lakukan sekarang? Semua sudah seperti benang kusut. Dan aku benar benar kehabisan ide saat ini.."
Kuroo menyangga kepalanya menggunakan salah satu tangannya. Pusing. Kepalanya sungguh pusing. Entah karena belum makan sejak pagi tadi, atau memang karena urusan rumit yang tengah ia hadapi sekarang.
"Aku tidak bisa memberi saran apa apa. Satu satunya cara agar hubunganmu dengan Kenma kembali membaik adalah dengan meminta maaf." Ucap sahabatnya dengan nada tegas yang jarang ditampilkan.
"Tapi aku bahkan tidak tahu Kenma berada dimana sekarang.."
Ia meletakkan kepalanya diatas meja frustasi. Ingin menyerah, tetapi jika ia menyerah sekarang, maka urusan akan semakin panjang dan tidak akan pernah terselesaikan.
Sementara di sebrang telepon, Bokuto menghela nafasnya. Ingin marah, tetapi berusaha ia tahan. Bahkan Akaashi yang kini tengah berada di sebelahnya, hanya mengalihkan pandangan kesal kearah luar kala mengetahui bahwa suaminya itu tengah bertelepon dengan Kuroo. Orang yang sudah berani menyakiti perasaan salah satu sahabat dekatnya.
"Ajak dia ke suatu tempat." Jawab Bokuto dengan singkat.
"Kemana?"
"Ck. Pikir sendiri aho. Aku lelah jika terus kau tanyai hal seperti itu! Kau tahu kan bahwa kau yang telah memulai semuanya?!" Bokuto tanpa sadar berteriak. Meninggikan suaranya karena emosi.
Kuroo sendiri tidak bisa membalas dengan amarah. Karena perkataan Bokuto memang sepenuhnya benar. Ini adalah seluruh kesalahannya dari awal sampai akhir.
Bagaimana cara ia memperlakukan Kenma selama ini. Seluruh permintaan maaf palsu yang selalu ia katakan pada Kenma. Dan sikap seenaknya yang terkadang membawa seorang wanita masuk kedalam rumah mereka.
Sebodoh itu rupanya seorang boss dari perusahaan terkenal yang kini telah berjaya dan sukses.
"Ajak dia ke taman. Minta maaf disana. Kalau dia menolak, pikir cara lain." Bokuto akhirnya memberi saran. Dengan nada yang masih kesal dengan Kuroo.
"Huh... baik—"
"Setelah kau minta maaf, jangan ulangi lagi kesalahanmu seperti sebelumnya! Berapa kali kau sudah menipu Kenma dengan kata maaf mu itu?!" Akaashi menimpali dengan nada tinggi. Marah, emosi, kesal. Seluruh perasaan itu tercampur pada dirinya sekarang kala nama "Kuroo Tetsurou" sudah tersebut.
"Ha'i ha'i..." Kuroo menjawab dengan nada lesu. Ia memijit bagian pelipisnya kala mendengar Akaashi yang kembali memberi ceramah. Tapi mungkin ini adalah hukuman. Karena sudah nekat mengecewakan orang yang benar benar setia berada di sisi nya sampai detik ini.
Dan berakhir pergi karena sudah tidak tahan lagi dengan kehidupannya yang seenaknya sendiri.
"Jika aku berada di posisi Kenma saat ini, sudah lama aku menceraikanmu!"
"..." Kuroo kembali menyangga kepalanya. Rasa pusing kembali bertambah. Ia seharusnya sudah melakukan acara makan siangnya sejak tadi, tetapi tidak ia lakukan hanya demi memikirkan cara untuk memperbaiki hubungannya dengan Kenma.
Tapi perkataan Akaashi memang ada benarnya. Kebanyakan orang jika memiliki pasangan yang bersikap seenaknya seperti dirinya, mereka pasti akan merasa tidak tahan dan jengah dengan sikap pasangannya. Berakhir untuk pergi memikirkan acara perceraian, mungkin adalah jalan terbaik walau perlu mengambil resiko besar.
Tetapi Kenma tidak melakukannya. Ia bahkan hanya mengatakan bahwa dirinya hanya akan memberi jarak dari Kuroo sementara. Tidak langsung memutuskan untuk bercerai dan berpisah dengan lelaki brengsek seperti dirinya saat ini.
"Aku sudah salah mengambil tindakan."
☁️ It's Hurt.. ☁️
Kuro ❤
19.25
"Kenma, bisakah kita bertemu besok pagi?"• TBC •
Yo! Ok jadi d sini Rei cuma mau ngasi tau aja kalo mungkin bakal banyak adegan "ngegantung" d sini
Like pas adegan apa tiba tiba tbc biar seru ehe :vOk see you next chap! ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐭'𝐬 𝐇𝐮𝐫𝐭.. || 𝐊𝐮𝐫𝐨𝐊𝐞𝐧 ✓
Fanfiction─── ∙ ~ 𝙆𝙪𝙧𝙤𝙤 𝙏𝙚𝙩𝙨𝙪𝙧𝙤𝙪 𝙭 𝙆𝙚𝙣𝙢𝙖 𝙆𝙤𝙯𝙪𝙢𝙚 ~ ∙ ─── ❝ Sudah berapa kali kau mengatakan 'maaf'? Tapi apa hasilnya? Kau tetap tidak ada perubahan, Kuro.. ❞ Kenma Kozume. Seorang lelaki manis yang masih berusaha bertahan di sisi p...