Chapter 4

3.4K 399 96
                                    

"Hmmm...."

Hinata menatap kearah langit langit kamarnya. Sembari membantu Kenma untuk memikirkan jawaban yang akan ia berikan pada Kuroo. Antara 'ya' atau 'tidak' untuk menerima ajakan lelaki itu kembali ke rumah mereka sebelumnya.

Sementara Akaashi hanya menyangga kepalanya menggunakan salah satu tangan. Menatap kearah lantai dengan pandangan bingung. Ia ingin saja memberi sekali lagi kesempatan pada Kuroo, tetapi ia hanya takut jika kesempatan itu tidak digunakan dengan baik. Dengan arti lain, Kuroo kembali mengulangi kesalahannya.

Tetapi mendengar Kenma yang berkata bahwa Kuroo juga sempat menangis saat mengatakan hal itu, bukankah membuktikan bahwa perkataan Kuroo bukanlah perkataan main main? Seharusnya kata kata itu bisa dipercaya. Walau Kuroo sudah berkali kali membohongi Kenma dengan ucapan kata 'maaf' dan memberinya harapan palsu.

"Aku ingin saja kembali.. tapi aku juga butuh saran dari kalian.." Kenma berkata dengan pelan. Sembari pandangan ia arahkan pada lantai kamar milik Hinata dan Kageyama.

Akaashi dan Hinata hanya saling bertatapan bingung. Melihat Kenma yang seperti itu, tidak tega juga jika mereka tidak mengizinkan Kenma untuk kembali ke rumahnya yang sesungguhnya. Lagipula itu adalah hak Kenma. Mereka tidak bisa melarang.

"Baiklah. Kami setuju saja jika kau ingin kembali ke rumah mu bersama dengan Kuroo-san. Tapi kalau dia menyakiti perasaanmu lagi, kau bilang saja pada kami." Ucap Akaashi disertai dengan senyum tipis di wajahnya.

"Benar! Kau tidak perlu ragu untuk bercerita dan memberi kabar pada kami! Bahkan jika Kuroo-san kembali menyakiti perasaanmu, kami siap untuk menerror nya setiap hari."

Kenma hanya terkekeh mendengar jawaban Hinata. Ia bersyukur memiliki dua sahabat yang selalu ada di sisinya sampai sekarang. Yang ingin menerima Kenma apa adanya dan selalu ingin mendengarkan curhatan curhatan kehidupan rumit yang tengah dialaminya.

"Arigatou na, Shoyo.. Keiji.."

☁️ It's Hurt.. ☁️

Ding dong!

Bel rumahnya berbunyi, membuat Kuroo berdecak kesal. Tidak tahu jika dirinya tengah pusing memikirkan jawaban yang kira kira akan Kenma berikan padanya.

Jika itu adalah salah satu dari wanita yang bekerja di kantornya, ia berjanji pada diri sendiri untuk menampar wanita itu. Sebagai peringatan untuk tidak mengganggu kehidupannya lagi yang tengah rumit karena ulahnya sendiri.

Ceklek

"Ada ap—"

"..."

Kuroo memandang tidak percaya kearah seseorang yang kini tengah berada di hadapannya. Seseorang yang tengah ia tunggu tunggu. Sekaligus seseorang yang sejujurnya ia rindukan.

"Kenma?"

Kenma menampilkan sebuah senyum tipis kearah Kuroo. "Tadaima..."

☁️ It's Hurt.. ☁️

"Jadi, Shoyo dan Keiji memberi mu izin untuk kembali tinggal bersamaku?" Tanya Kuroo pada Kenma yang kini tengah menyesap teh favoritnya.

"Mhm.."

Kuroo kemudian menampilkan senyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya kearah Kenma dan berbisik, "Aku janji tidak akan mengecewakan mu lagi."

Kenma hanya tersenyum mendengar ucapan Kuroo. Ia harap ucapan itu dapat dipegang sebagai janji dan tidak akan di ingkari oleh suaminya.

"Janji?" Kenma mengangkat jari kelingkingnya, sementara Kuroo hanya terkekeh lalu menautkan jari kelingking miliknya pada Kenma.

"Janji.."

☁️ It's Hurt.. ☁️

20.00

Kuroo dan Kenma kini tengah berada di dalam kamar mereka. Menonton film bergenre action favorit keduanya. Dengan Kenma yang berada di pangkuan Kuroo, dan Kuroo yang memeluk pinggang Kenma dari belakang sembari meletakkan dagunya pada bahu Kenma.

Sesekali menggigit sekaligus mengecup leher Kenma bagi memberinya tanda bahwa Kenma hanyalah miliknya seorang.

Ting!

Kuroo mengambil ponsel yang berada di sebelahnya, lalu membuka pesan yang baru saja masuk kedalam ponselnya. Ia berdecih kesal kala melihat nama yang tertera pada layar ponsel.

"Siapa?" Tanya Kenma bingung kala melihat wajah malas Kuroo.

"Karyawan di tempat kerja ku. Dia bilang ingin datang, tapi aku melarangnya." Jawab Kuroo kesal lalu kembali memeluk tubuh mungil istrinya.

Ding dong!

"Ish!"

Kuroo mulai merasa terganggu. Ia harap seseorang yang baru saja membunyikan bel rumah mereka, bukanlah karyawan yang tadi mengiriminya pesan. Kuroo malas jika harus bertemu dengannya.

Bukan apa apa. Tetapi sekarang, Kuroo sudah sadar bahwa ia membenci wajah wajah menggoda namun menjijikan menurutnya itu. Terlebih, dia yang selalu dijadikan sasaran untuk mereka goda.

Ceklek

Dan ya, perkiraannya benar. Tepat dihadapannya sekarang, seorang wanita dengan pakaian tidak tertutupnya, berdiri dihadapannya. Tengah memeluk Kuroo tanpa rasa bersalah dan tanpa rasa peduli bahwa lelaki itu sudah memiliki seorang istri.

"Ck, menyingkir dariku." Kuroo mendorong wanita itu sampai hampir terjatuh, membuatnya terkejut dan tidak percaya dengan apa yang baru saja Kuroo lakukan terhadap dirinya.

"Kuroo-san—"

"Tetsu?" Kenma berjalan turun dari lantai dua. Menghampiri suaminya yang tengah berbincang dengan seorang wanita. Yang ia tebak bahwa wanita itu adalah salah satu karyawan yang bekerja di perusahaan suaminya.

"Ada apa?" Tanya Kenma bingung kearah Kuroo. Sementara Kuroo yang melihat Kenma datang dan berdiri di sebelahnya, segera merangkul dan mencium bibir mungil istrinya. Sembari kedua bola matanya, melirik kearah wanita tadi yang dipenuhi dengan ekspresi terkejut dan tidak percaya.

"Kuroo-san.." Ia berkata dengan lirih. Satu bulir air mata yang entah palsu atau tidak, menetes dan membasahi pipinya. Sementara Kuroo yang memandang, hanya menatap tanpa rasa peduli.

"Gomen, tapi untuk hari ini dan seterusnya, jangan mengganggu kehidupanku lagi bersama Kenma. Masih banyak diluar sana orang orang yang membutuhkan pasangan. Kau cari saja sendiri dan jangan lagi mencampuri urusan hidupku."

Kuroo segera berjalan masuk kedalam rumah. Sembari merangkul Kenma, lalu mengunci pintu utama. Membiarkan wanita tadi yang masih setia berada di depan rumah mereka dengan rasa emosi sekaligus kecewa.

"Awas saja kau.."

.




.




.




.




.




"Kenma."

• TBC •


#protectkenmasquad ✊🏻

𝐈𝐭'𝐬 𝐇𝐮𝐫𝐭.. || 𝐊𝐮𝐫𝐨𝐊𝐞𝐧 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang