7 - Surat Konseli

10 2 4
                                    


Salma menikmati lemon cake yang dipesannya, ia tidak perduli orang-orang di sana membicarakan wajahnya yang rusak. Nampaknya Salma sudah bisa membangun mental dan memberanikan diri untuk menunjukkan dirinya saat ini. Jenna pun merasa lega dengan kemajuan psikologis Salma saat ini.

"Jenna, boleh kan aku bungkus dua lemon cake lagi untuk anak ku ?" Tanya Salma sambil memainkan garpu.

"boleh." Jawab Jenna dengan singkat.

Setelah selesai mereka beranjak keluar dari toko itu. Di mobil ketiga pelayan dan supir Salma sudah menunggu. Jenna menghampiri mereka dan memberikan satu kotak berisi empat kue untuk mereka. Jenna berdiri di luar pintu mobil dan tersenyum kepada ke empat orang itu.

"Selamat ulang tahun bu Jenna !" ujar mereka dengan kompak.

"terima kasih !" jawab Jenna. Tiba-tiba Jenna merasa aneh kenapa mereka bisa tahu hari ulang tahunnya.

Jenna bertanya kepada ke empat orang itu "kalian kok bisa tahu hari ini saya ulang tahun?" ia mengernyitkan dahi karena penasaran.

"Kata bu Salma tadi pagi, kita harus mengucapkan selamat ulang tahun ke Ibu." Ujar sang sopir.

"oohh !" ujar Jenna, ia masih penasaran. Ia merasa bahwa tidak pernah memberitahukan kepada siapa pun hari ulang tahunnya termasuk kepada Salma.

Jenna memperhatikan Salma yang duduk di samping sopir sibuk membersihkan sepatu ungu nya. Ia menatap wajah perempuan itu dalam-dalam sambil berpikir kemudian pikirannya menjadi buyar seketika saat Salma memberikan kotak kecil berwarna ungu lavender kepadanya.

"Selamat ulang tahun Jenna !"

Jenna membuka kotak itu, pada saat dibuka Jenna terkejut saat melihat cardigan bunga-bunga berwarna lilac. "aku tahu ini warna kesukaan mu, tapi ini akan menjadi hadiah favorit ku. Terima kasih ya !" ujar Jenna.

"Jenna, besok hari ulang tahun ku. Aku juga mau hadiah !" balas Salma.

Jenna tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "oke !".

***

Keesokan harinya Jenna datang ke Villa untuk melihat perkembangan Salma. Ia menemui Salma di kamarnya yang sedang sibuk di meja kerjanya. Tangannya penuh dengan tinta karena pulpennya yang bocor. Jenna yang baru saja datang langsung menghampiri dan membantunya membersihkan tinta itu.

"Ini pulpen murahan. Aku baru saja pakai dua kali tapi sudah begini." Ujar Salma.

"Bagaimana kamu menggunakannya?" tanya Jenna.

"aku pakai untuk menulis !" Jawab Salma. Ia mempraktikkan caranya menulis kepada Jenna.

"rupanya kamu senang menulis sekarang." Ujar Jenna sambil memujinya. Jenna merasa senang karena terapi menulis yang diajarkannya dapat dilakukan perlahan-lahan oleh Salma.

"ya aku senang melakukannya." Balas Salma.

Jenna bertanya kepada Salma "apa boleh ku lihat tulisan mu ?"

Salma terdiam sejenak, ia berpikir untuk memberikan buku hariannya kepada Jenna. "tidak. Ini rahasia !" jawabnya.

Jenna tidak memaksa Salma untuk mengijinkannya membaca bukunya. "it's okay!" ujarnya sambil tersenyum.

Jenna mencari cara agar apapun yang ditulis Salma dapat dibacanya. "hmm...Salma, dua minggu ke depan aku tidak bisa mengunjungi mu !" Ujar Jenna.

"mau kemana?, apakah akan pergi jauh?" Salma bertanya penasaran.

"aku akan pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan." Tukas Jenna.

Wajah Salma berubah menjadi sedih, ia berharap Jenna selalu mengunjunginya setiap hari tanpa absen. Ia duduk dengan lemas di kursi sambil mencuil-cuil tisu yang telah digunakannya untuk membersihkan tinta di tangannya.

"apa gunanya pergi ke luar kota ?, mau menyelesaikan apa?" Tanya Salma, emosinya mulai terpancing.

"ada pasien yang perlu ku tangani disana." Tukas Jenna dengan tenang.

Salma bersungut-sungut. "aku juga pasien yang harus kamu tangani, kan?"

"Ya." Jawab Jenna dengan singkat.

Mata Salma membelalak. "kamu tidak punya alasan lain untuk tidak pergi ke luar kota?"

"aku punya jalan keluarnya !" Ujar Jenna.

"apa?"

Jenna menjelaskan kepada Salma "bagaimana kalau selama dua minggu kamu menulis surat untuk ku. Surat yang kamu tulis dititipkan kepada pak Endro untuk di kirim ke kantor pos."

"TIDAK MAU, AKU LEBIH SUKA KAMU TIDAK PERGI !"

Saking kesalnya, Salma meninggalkan Jenna begitu saja di kamarnya. Tanpa sepatah kata, ia pun pergi menuju taman sendirian. Tinggallah Jenna sendirian di kamar itu. Ia pun memanggil ketiga pelayan dan supir Salma. Jenna menjelaskan kepada mereka kalau ia tidak akan datang ke Villa selama dua minggu. Jika Salma menitipkan surat untuknya, maka pak Endro harus mengantarkan surat itu ke tempat praktek Jenna. Jenna pun meminta pak Endro berpura-pura pergi untuk mengirim surat ke kantor pos dan merahasiakan rencananya ini.

Jenna pun bergegas pulang, ia sengaja melewati Salma yang duduk di taman. Ia yakin Salma melihat Jenna berjalan melewatinya, namun ia membuang muka karena kesal dengan Jenna. Saat Jenna memasuki mobil, Salma mulai memperhatikannya dari jauh. Dan Ketika mobil itu sudah berjalan menjauhi villa, Salma memutuskan untuk mengejar Jenna sambil berteriak nama Jenna berkali-kali.

***

Salma baru merasakan sensasi marah yang diacuhkan. Selama beberapa hari ia mengamuk dan membanting barang-barang yang ada di kamarnya. Dan membuat ketiga pelayannya kewalahan. Mereka ketakutan Ketika Salma mulai tantrum, dan tidak jarang salah satu diantara mereka menelepon Jenna dan memohon untuk datang ke Villa. Tapi Jenna menanggapinya dengan ringan. Ia hanya berkata kepada ketiga pelayan itu, bahwa Salma harus bisa mengatasi tantrum nya sendiri.

Hingga akhirnya Salma menemukan titik lelah dari kemarahannya, ia mulai mengambil kertas dan mencoba untuk menulis surat kepada Jenna. Awalnya ia tidak bisa berfokus dengan apa yang ingin dituliskan, berkali-kali ia mencoret-coret kertas dan menyobek-sobeknya. Sampai akhirnya ia bisa menulis apa yang ingin dituliskannya pada surat itu.

Dear Jenna,

Jenna terapis ku, guru ku, sahabat ku. Aku yakin kamu muak dengan marah ku. Aku juga !, lelah sekali saat berteriak-teriak dan menangis. Aku beritahu ya, aku tidak bisa hidup sendirian.

Kamu tahu ?, di saat orang-orang membicarakan wajah ku yang rusak. Aku senang bisa acuhkan mereka dan tetap berfokus dengan lemon cake ku. Itu karena motivasi dari mu.

Jenna, aku ingin sembuh. Jika aku sudah percaya diri untuk berjalan-jalan keluar dan menyetir sendirian. Aku akan menjemput mu untuk jalan-jalan dan berbelanja.

Jenna, aku ingin mengoperasi wajah ku dan hidup dengan normal. Aku ingin menunjukan kepadanya kalau aku hidup dan kuat.

Aku pernah berkata kalau karma itu akan berlaku sama saat ia melakukannya kepada orang lain. Apa aku pernah berkata seperti itu kepada mu?. Aku pikir sudah ya !. kamu akan mendapatkan karma baik Jenna.

Sungguh, aku tidak tahu lagi apa yang harus ku tulis dalam surat ini. Cepatlah pulang. Jika kamu sudah kembali aku janji tidak akan marah-marah lagi. Sudah dulu ya aku capek.

Salma melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam amplop.

Ia meminta supirnyauntuk segera dikirim ke kantor pos. Ia ingin surat itu dikirim dengan poskilat. Supirnya mengiyakan dan bergegas pergi mengantarkan surat itu.


Guys, 

Rencananya hari ini aku mau ngga terlalu produktif. Tapi nampaknya apapun yang direncanakan akan sebaliknya ya. Atau aku memang yang kurang perencanaan? *LOL

Aku, ngga ada rencana untuk melanjutkan nulis setelah upload Bab 6 tadi. Tapi..... rasanya antara otak dan tangan ku nggak sinkron. hehehe

BTW, please support aku dengan vote dan feed back kalian yah.

Love you :*

BAD SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang