Aku melirik jam tanganku. Jam 6. Aku seharusnya sudah ada di rumah.
Tritt.. Tritt..
Hanphoneku lagi lagi berbunyi. Tanpa ba-bi-bu lagi aku langsung mengangkatnya tanpa melihat nama penelfon.
"Ya, halo?"
"EUNAE! MAMA SANGAT MENGKHAWATIRKANMU! KENAPA KAU BELUM PULANG? KAU ADA DIMANA? BIAR MAMA JEMPUT," teriak suara di seberang sana. Aku menjauhkan handphone dari telingaku.
"Ergh. Ya, aku bisa pulang sendiri. Mama tunggu saja di rumah. Apa? Iya, iya. Iya, pasti. Iya, aku akan kembali tanpa kurang sedikitpun. Iya. Iya, oke. Dadah, love you," aku menutup telfon.
Ya, Mamaku adalah orang yang sangat parno. Aku harus menghubunginya setiap saat agar ia tau aku baik baik saja.
"Mama, aku pulang," aku masuk ke dalam rumah. Dan mendapati Mama sedang membaca buku.
"Sudah makan?" Tanyanya.
"Tadi makan ramyeon dengan Hana,"
Aku segera naik ke kamarku yang ada di atas. Dan segera membaca buku-buku pinjamanku.
....
Ehm, ngantuk sekali rasanya. Aku menoleh pada jam dinding. Jam 11. Aku benar-benar ngantuk. Terang saja, kemarin aku tidur jam 4 dan menyelesaikan semua buku pinjamanku.
Aku menatap meja belajarku dengan tatapan kosong. Bengong, tepatnya.
Setelah beberapa menit bengong, aku langsung mencuci muka, dan mengganti baju.
"Pagi, Mama," aku menguap sambil turun tangga.
"Pagi, sayang. Apa rencanamu hari ini?" Tanya Mama tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah.
"Aku ingin jalan-jalan saja," aku melewati Mama, lalu memakai sepatu.
"Dengan Jong-" Mama memutus perkataannya. "Sendirian?"
"Mau sama siapa lagi?" Aku tertawa pahit. "Aku berangkat"
"Tidak makan dulu?"
"Aku sekalian cari sarapan, kok. Mama mau ku bungkus?"
Mama menggeleng. "Mama mau hemat,"
"Baiklah, aku berangkat,"
Aku berjalan tanpa arah. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sejak berakhirnya hubunganku dengan Kai.
Aku benar-benar rindu padanya. Menyebalkan.
Aku segera membelokkan diri ke tempat Cafe-Cafe berjejer dengan indahnya. Aku memutuskan pilihan pada 21st January Cafe. Entah apa maksud dari 21st January itu.
"Aku langsung pesan saja. Cappucino hangat dan roti panggang," aku menyodorkan kembali menu yang di berikan pelayan padaku. Pelayan itu mengangguk.
Ah, aku akan menonton acara Idol mingguan saja lewat handphone.
Aku segera mengeluarkan handphone dan menonton acara Idol Mingguan yang sudah lewat di Youtube.
Jam-jam pun berlalu. Badanku terkulai lemas di bangku. Aku benar-benar bosan. Kalau saja Kai tidak mengakhiri hubungan kami, saat ini pasti aku tengah dalam rangkulan Kai.
Kalau begini caranya aku tidak akan bisa move on selamanya dan menjadi nenek-nenek berstatus jomblo yang tinggal di sebuah pondok kecil bersama buku-bukunya.
Aku segera memanggil pelayan untuk membayar pesananku. Setelah membayar, aku langsung beranjak pergi untuk berjalan-jalan.
Aku melirik ke arah anak-anak yang sedari tadi sangat berisik. Ah, mereka adalah lelaki-lelaki dari sekolah elit. Aku pernah melihat mereka keluar dari sekolah elit dekat sekolahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky
FanfictionSejak berakhirnya hubunganku dengan Kai, aku bertemu dengan seorang lelaki bertubuh tinggi yang memberiku sapu tangannya saat aku menangis. Awal pertemuan kami menyebalkan sekali. Bagaimana bisa dia tidak meminta maaf padaku setelah menabrakku? Na...