Eomma

6.6K 630 1
                                    

Ting-tong! Ting-tong!

Ah, berisik sekali!

Aku segera membuka selimut dan keluar kamar menuju pintu rumah.

Krek!

"Siapa?" Tanyaku sambil membuka pintu. Seorang lelaki tinggi dengan kedua tangan penuh plastik berukuran besar tengah berdiri di depanku. Ia tersenyum simpul.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanyanya. Ia memperhatikanku dari atas sampai bawah. Apa maksudnya? Aku mengangkat bahu.

"Yah, seperti yang bisa kau lihat," Kataku sambil memperhatikan seluruh tubuhku. Sebentar, aku masih pakai..

"AH! AKU MASIH PAKAI PIYAMA!" Teriakku. "JANGAN LIHAT!" Aku segera kembali ke kamarku. Aku menoleh dan melihat Chanyeol masuk ke rumahku dan menutup pintu. Aku segera menutup pintu kamar dan mengganti bajuku.

"Better-lah," aku memakai sweater dan stocking. Aku segera keluar.

"Cil, makan, yuk," kata Chanyeol sambil merogoh kantong plastik yang dibawanya. Aku segera duduk di sofa yang sama.

"Kau bawa makanan?" Tanyaku dengan hidung kembang kempis. Chanyeol melirikku.

"Hidungnya santai, dong," katanya sambil tertawa. Aku menggembungkan pipiku. "Kau suka ini kan?" Chanyeol mengeluarkan sesuatu dari kantong.

Su.. SUSHI!

Ya, aku sangat suka makanan Jepang. Selain karena aku pernah tinggal di sana, masakan Jepang itu benar-benar pas di lidahku.

"Astaga! Thanks, Chanyeol!" Aku secara tidak sadar menghambur ke Chanyeol, memeluknya.

"Kau berat, Cil," Chanyeol menepuk-nepuk punggungku. Aku melepaskan pelukanku dan menaikan kedua alis dengan kesal.

"Chanyeol! Kau mau minum apa?" Aku tersenyum lebar. Aku harus membuatkannga minum, setidaknya. Atas kebaikannya membawa makanan. Chanyeol menaikan satu alisnya.

"Aku sudah membelikan banyak minuman untuk kita," katanya.

"Ya sudah! Ayo kita makan! Aku belum makan sama sekali, nih," kataku sambil membuka tutup sushi. Mata Chanyeol membelalak.

"Kau belum makan sama sekali?" Tanyanya.

"Iywah," Kataku dengan mulut penuh. Ia langsung beranjak dengan muka panik.

"Kenapa belum? Kau ini sedang sakit! Kalau aku tidak datang, nyawamu mungkin sudah hilang entah kemana! Mama sudah membuatkan makanan untukmu, kan?"

Yakali, deh. Cuman gara-gara tidak makan sampai jam 4 sore nyawa bisa melayang. Eh, bisa juga sih.

"Biasanya sih, sudah," kataku. Ia langsung berlari ke dapur dan membuka tutup panci.

Masa bodoh dengan apa yang dia lakukan, pokoknya aku harus mengisi perut! Aku segera mengaduk isi kantong, dan menemukan bungkusan berbentuk tabung. Aha, aku tau apa isinya. Aku segera membuka bungkusan itu. Tuh kan! Isinya kimbap!

Aku segera melahap makanan yang di bawakan Chanyeol. Aku beralih pada kantong yang satunya. Wow, ayam!

"Cil, nih," Chanyeol tiba-tiba muncul di hadapanku sambil membawakan nampan.

"Apa itu?"

"Nasi goreng buatan eommamu. Kau belum makan, kan?" Tanya Chanyeol. Aku segera menunjukan bekas makanan yang ku makan tadi. Mata Chanyeol membelalak.

"JANGAN DI HABISKAN SEMUA, DONG! ITU KAN BUATKU JUGA!" Katanya. Aku cengengesan.

"Masih ada beberapa, kok," Kataku sambil mencari bungkusan yang masih utuh. Yep, masih ada kok. "Makan sama-sama, yuk," aku memberikan senyum pada Chanyeol. Ia menatapku bete. Ia duduk di seberangku.

"Niatnya dari awal emang makan bersama." katanya. Ia mengambil bungkusan kimbap.

Dan sepanjang hari itu kami menghabiskan waktu berdua.

Dengan perut kekenyangan, aku dan Chanyeol menatap layar TV. Acara kali ini adalah acara makan-makan. Kalau saja aku tidak menahannya, mungkin aku akan muntah mengingat berapa banyak bungkusan makanan yang telah habis kumakan.

Tiba-tiba, terdengar kunci yang di masukan ke lubang kunci. Aku dan Chanyeol serempak menoleh. Kami berpandangan.

"Itu," Chanyeol menatapku dengan pandangan bingung sekaligus takut. Aku menghela nafas.

"Mama, kok," Kataku. Chanyeol bergidik.

"Apa yang akan di pikirkannya jika anak gadisnya berduaan dengan lelaki yang baru di temuinya beberapa kali?" Tanya Chanyeol. Aku ikut memandang pintu ngeri. Kenapa baru terpikir sekarang?!

"Aku harus keluar. Keluar dari jendela kamarmu," Kata Chanyeol. Air mukanya begitu panik.

"Tunggu dulu!" Kataku sambil menahannya.

Tiba-tiba, pintu terbuka. Aku dan Chanyeol serempak menoleh dengan panik.

As-ta-ga.

Mama. Ia menoleh ke arah kami.

"Loh, ada Chanyeol?" Tanyanya.

Dan ajal kami sudah di depan mata.

......

HAAAAI...

Sori yang ini bener" dikit soalnya lagi keabisan ide eheheheheheheh...

Oiya aku mau ngucapin makasih banyak buat yang udah vote. Kaget loh liat notifnya. Makasi banyaaak...

Oiya btw udah pada ngambil rapot? Smoga pada bagus bagus, yaa!

Annyeong~~!

2 April 2015
31 Desember 2015
5 Januari 2017 22:55

LuckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang