Tritt... Tritt..
Aku ngantuk sekali. Ah, berisik. Apa sih, itu? Oh, ponselku. Siapa yang menelepon pagi pagi begini?
Incoming call from Chanyeol
Astaga! Lelaki ini!
"Pagi?!" Aku bertanya padanya.
"Ya! Eunae-ya! Kau pasti baru bangun!" Teriaknya.
"Suaramu tidak bisa di kecilkan? Menganggu, tau," Aku bersungut-sungut.
"Kalau tidak begitu, kau bisa tidur lagi. Tidak taukah kau sekarang jam berapa?" Eh? Sekarang?
Astaga. Jam 10. Pagi.
"Aku mau cuci muka dulu! Jangan di tutup!" Aku langsung melempar ponselku dan segera mengambil handuk. Rencananya, hari ini aku dan Chanyeol akan sarapan bersama di cafe. Tapi, sepertinya rencana kami menjadi makan siang bersama.
Aku segera memakai kemeja yang tidak ku kancing, lengkap dengan sehelai sweater. "Chanyeol!"
"Apa?"
"Jemput aku, dong," rengekku. Ia mendesah.
"Berangkat sendiri! Kau kira aku sopir?" Katanya. Ya sudah, sih. Kalau memang tidak mau santai, dong.
"Kau dimana?"
"Sudah 1 jam aku di cafe." Nadanya jutek sekali. Oke, aku salah kali ini.
"Tunggu aku di sana! Aku lari, deh!" Aku langsung menutup sambungan telepon.
"Mama," Derap kakiku saat menuruni tangga terdengar sangat keras. "Aku mau pergi ke Nano Cafe menemui Chanyeol," Mama mengerutkan keningnya. Oh, yang benar saja. Masa ia lupa?
"Chanyeol. Yang tinggi dan jutek itu. Yang kutemui kemarin-kemarin," Jelasku membantu mama mengingat-ngingat. Sejenak, Mama langsung membulatkan mulutnya.
"Oke, Mama ingat" katanya. "Jangan pulang malam-malam!"
Aku langsung keluar dan berlari menuju Nano Cafe. Bawaanku tidak ada yang kelupaan kan? Oh, tidak ada. Baguslah.
Aku terus menyusuri jalan. Sambil menengok kanan kiri mencari Nano Cafe.
Ah! Itu dia! Sekitar 25 meter lagi!
"Booo!" Aku mengagetkan Chanyeol. Badannya sama sekali tidak bergerak. Tak lama, ia menoleh dengan tampak super jutek.
"Apa?" Katanya. Aku menggembungkan mulutku. "Maaf, ya. Aku tidak kaget." jawabnya yang sukses membuatku cemberut.
"Aku mau ini," aku menunjuk pada pancake. Ia memajukan badannya untuk melihat apa yang ku tunjuk. Oke, dari dekat wajahnya tampan sekali. Eh? D-dari dekat?
"Ini?" Ia menatapku. Jarak wajah kami tidak lebih dari 10 cm. Aku tidak menjawab dan hanya menatapnya lekat-lekat. Ia yang sadar sedang di perhatikan olehku langsung balas menatapku. Satu detik, dua detik, tiga detik, empat detik.
"AH! JANGAN DEKAT-DEKAT!" Aku mendorongnya.
"Ah! Maaf!" Ia langsung menjauhkan wajahnya dan aku memalingkan wajahku dengan sok sedang melihat sekeliling. Ia mengangkat tangannya, dan seorang pelayan pun datang. "Pancake satu, ya. Minumnya apa?"
"Hot Chocolate, deh,"
"Baik, Mohon tunggu sebentar," pelayan itu meninggalkan kami.
Kami hanya berdiam. Sekali-sekali mencuri pandang padanya. Dan setiap aku mencuri pandang padanya, saat itu juga dia menyadarinya dan langsung tersenyum. Hampir tiap menit aku lelah melihatnya tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/32789757-288-k364015.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky
FanfictionSejak berakhirnya hubunganku dengan Kai, aku bertemu dengan seorang lelaki bertubuh tinggi yang memberiku sapu tangannya saat aku menangis. Awal pertemuan kami menyebalkan sekali. Bagaimana bisa dia tidak meminta maaf padaku setelah menabrakku? Na...