Bagian 2

922 75 1
                                    

Suasana hati Lesty tak secerah cuaca Bandung hari ini. Seperti kehilangan semangat, Lesty duduk lesu di belakang meja kasir sambil memutar-mutar ponselnya. Tak ada pesan ataupun panggilan telepon dari Rizky sejak pagi. Semalam, Rizky hanya mengirim pesan singkat, menanyakan apakah Lesty sudah pulang ke rumah atau belum.

Lesty sudah bilang kepada kedua orangtuanya kalau hubungannya dengan Rizky mungkin tidak akan bisa berlanjut, namun Lesty tidak menyangka hal yang ia sangka akan terjadi secepat ini.

Seperti sudah mengetahui apa yang terjadi semalam pada anak gadisnya, ayah dan ibu Lesty tidak mau banyak bertanya. Mereka sudah hafal sifat Lesty yang tidak mau diganggu kalau suasana hatinya sedang tidak baik. Mereka akan menunggu Lesty, menceritakan sendiri apa yang terjadi malam tadi.

"De, kamu ajak main Rara aja gih! Bukannya kalau minggu online shop Rara juga libur ya?" Lilis, ibu Lesty mencoba membujuk Lesty agar ia bisa menghibur dirinya sendiri dengan cara melewatkan Minggu cerah ini dengan bermain, bukan menjaga mesin kasir di kedai mereka.

"Iya, De! Biar ayah aja yang jaga kasir. Toh gak terlalu rame juga." Ujar ayah Lesty.

"Biasanya hari minggu kedai kita rame banget ya, Yah? Apa gara-gara Dede hari ini murung terus makanya kedai kita rada sepi?" Lebih tepatnya bukan bertanya, tapi ibu Lesty menyindir Lesty yang sedari kedai buka selalu murung.

"Ih, ibu mah! Apaan sih? Iya deh iya, ini Dede mau nelpon Rara. Mau ngajak main. Awas ya nanti kalau Dede udah keluar terus kedai jadi rame, Dede disuruh balik lagi. Kan biasanya ayah sama ibu gitu " Lesty mulai mencari kontak Rata untuk segera menelponnya.

Sementara ayah dan ibu Lesty terkikik melihat tingkah Lesty. Lesty memang kadang bersifat kekanakan meski umurnya kini sudah menginjak 22 tahun. Namun, dalam mengambil keputusan, Lesty selalu bersikap dewasa, lebih dewasa dari kakak laki-lakinya Randi yang terpaut usia 3 tahun.

"Selamat siang!"

"Eh neng Rara panjang umur!" Ujar ayah Lesty.

"Hah? Lagi pada ngomongin aku?" Rara lalu mencium tangan ibu dan ayah Lesty bergantian.

"Iya. Ajak main Dede, gih! Ayah mau ke belakang dulu ya..." Ayah Lesty pamit ke belakang, melanjutkan pekerjaannya merapikan barang-barang belanjaan untuk keperluan kedai.

"Kebetulan, Les! Aku mau minta kamu nganter aku ke konveksi. Aku mau ngasih desain baju baru buat diproduksi." Ujar Rara sambil tersenyum.

"Ya sudah, sana!" Perintah ibu Lesty, ia segera menggantikan posisi Lesty,  menyuruh Lesty agar tidak lagi berdiri dibelakang meja kasir.

"Minta doanya ya, bu! Mudah-mudahan baju yang sekarang laris lagi kaya kemarin. Izin minjem Lesty dulu juga." Rara mencium tangan ibu Lesty, lagi.

"Iya, neng! Amiin." Jawab ibu Lesty.

"Hayu, Les! Gak usah ganti baju lah! Udah rapih kok. Gak usah pake jaket juga, gak bakalan kepanasan! Aku bawa mobil sekarang."

"Oke, bos! Bu, pamit dulu yah. Nitip izin sama ayah!" Lesty mencium tangan ibunya.

"Iya."

"Assalamualaikum." Lesty pamit.

"Waalaikumsalam."

Lesty akhirnya menemani Rara pergi ke konveksi baju dengan mobil putih milik Rara.

"Eh, ya ampun, lupa."

"Kenapa, Ra?"

"Tadi mau minta minum di kedai, haha. Tenggorokan kering banget gara-gara tadi teriak-teriak. Habis, tadi di jalan ada orang naik motor nabrak mobil gue dari belakang. Udah gitu kabur. Untung mobil gue pas dilihat gak lecet."

Kopi Dangdut Buatan Lesty ( #leslar )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang