3. Love-line.

125 19 1
                                    

Sarah memejamkan matanya sembari merasakan air hangat yang membuat badannya sediit rileks setelah seharian berkutat di studio untuk mengerjakan tugas akhir sebagai syarat kelulusannya, beberapa percikan cat warna bahkan masih menempel di sela-sela jari Sarah.

Hembusan nafasnya terdengar sangat tenang, bahkan suara musik seakan memeluk badannya yang rapuh.

|Sarah
Proposal pameranku sudah di ACC, tinggal eksekusi!
Apakah aku akan mendapatkan hadiah?

Jari Sarah langsung menekan tombol kirim, sebenarnya proposal Sarah sudah disetujui sedari beberapa hari yang lalu namun dia memilih waktu yang tepat untuk memberi tau lelakinya tentang pencapaian yang dia nantikan setelah sekian lama.

Sebuah hadiah yang Sarah inginkan bukanlah hadiah seperti mobil mewah ataupun tas gucci keluaran terbaru dengan edisi terbatas, hadiah yang dia inginkan hanyalah makan malam bersama dan bermalam sembari menceritakan hal-hal aneh di dunia sampai matahari menyombongkan gurat jingganya di ufuk timur.

Mungkin hubungan Sarah dan Yunho belum berjalan lama, namun 11 bulan bersama lelaki berumur 37 tahun itu seakan cukup untuk membuat Sarah tau akan isi dunia dari pandangan yang berbeda. Jika Sarah diciptakan untuk ratusan keluhan yang melekat di bibirnya maka Yunho dilahirkan dengan ribuan bahkan jutaan kata motivasi yang selalu terucap di setiap hembusan nafasnya, "dasar bayi tua" cibir Sarah saat mengingat bagaimana Yunho bertingkah di hadapannya.

Yunho tidak pernah kehabisan topik perbincangan saat bersama Sarah, mereka seakan di ciptakan dengan jumlah sel otak yang sama persis dan memang di ciptakan untuk melengkapi satu sama lain. Bahkan Yunho sangat senang saat menemukan wanita yang bisa memahaminya setelah bertahun-tahun menutup diri karena gugatan perceraian dari mantan istrinya, bagi Yunho menemukan Sarah adalah keajaiban yang tuhan berikan cuma-cuma kepadanya.

Bahkan hanya memfikirkan Yunho seolah meningkatkan pasokan glukosa di tubuhnya yang awalnya lemas kini segar kembali, sungguh lelaki tersebut sudah menanam sihir di dalam diri Sarah.

Diraihnya bathrobe untuk membalut badannya sebelum dia terserang flu. Setelah keluar dari kamar mandi, Sarah langsung duduk di depan cermin riasnya. Tangannya meraih sebuah hair-dryer dan menggunakannya untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

Sepertinya perasaan Sarah sangat baik hari ini, dia bahkan bergumam mengikuti nada musik yang terputar sembari menggunakan pelembab badannya. Netranya bahkan tak pernah mengerjap seolah mengagumi wajah cantiknya yang terpantul di cermin, "wah bidadari dari surga sebelah mana nih?" Monolognya.

Sebuah notifikasi panggilan masuk mengganggu kegiatan Sarah untuk mengagumi dirinya. Layar ponselnya menampilkan nama kontak yang akhir akhir ini jarang menghubunginya, dia adalah ibu.

"Ibu kemana aja astaga" ucapnya saat panggilannya terhubung, Sarah tidak berbasa basi karena geram dengan Ibunya yang akhir-akhir ini tidak membalas pesan bahkan tidak mengangkat telfonnya.

"Lagi musim hujan jadi susah sinyal, kamu disana gimana, Ra?".

"Ara disini baik-baik aja, sehat, gendut, tambah cerewet" cicitnya.

Terdengar suara tawa renyah dari sebrang telfon, "Kamu kapan pulang? Ibu kangen, nih" tanya Ibu.

Sarah adalah wanita yang cerdas, dia bisa menjawab ribuan soal matematika atau bahkan menggambar sebuah bangunan dari berbagai perspektif namun saat dihadapkan pertanyaan kapan dia akan menengok kampung halamannya, dia kangsung membisu seolah kehilangan kata-kata. Bukannya dia bertindak seperti kacang yang lupa akan kulitnya, namun menginjakkan kaki di desa kelahirannya maka sama seperti siap untuk di cerca pertanyaan-pertanyaan yang sangat mengganggunya.

"Pulang to nak, Ibu di rumah kangen loh sama kamu".

"Nanti kalau urusan Sarah sudah selesai, pasti Sarah pulang" ucap Sarah seakan berjanji, janji yang selalu dia ucapkan setiap tahun kepada Ibunya.

"Ra, kamu tau si Lastri yang jadi bidan itu? Itu loh temen kamu SD, kemarin ngasih undangan buat nikah. Kamu kapan Ra bawa Jaehyun ke rumah?".

Sarah lupa untuk memberi tau ibunya jika hubungannya dengan Jaehyun telah berakhir tepat satu tahun yang lalu, dia takut untuk menghancurkan ekspektasi ibunya yang sudah menganggap Jaehyun sebagai anak lelakinya, "Bu, Ara sama Jaehyun udah nggak bareng lagi, maaf ya" ucap Sarah dengan lirih.

Terdengar hembusan nafas ringan dari sambungan telfon ibu, Sarah tau Ibu kecewa.

"Sekarang kamu sendiri?" Tanya Ibu yang lagi-lagi membuat Ara terbungkam.

"Mau ibu cariin cowok?" Sambungnya.

Sarah menggelengkan kepalanya kuat-kuat seolah Ibu akan melihatnya, "Nggak usah bu, Sarah sudah ada yang baru kok".

"Siapa? Kenalkan ke ibu, jangan sembarang percaya sama lelaki".

Ucapan Sarah sepertinya selalu membawa petaka, bagaimana bisa dia mengenalkan Yunho yang berumur 17 tahun lebih tua darinya, bahkan lelaki itu berstatus duda anak satu yang pasti saat Ibu mendengarnya dia akan langsung menolak mentah-mentah tanpa kesempatan apapun.

Sarah hanya bisa terkekeh sebagai tanggapan ucapan Ibunya.

"Yasudah pokoknya hati-hati sama lelaki, jangan mudah percaya sama lelaki yang keliatannya baik ya, Ra. Jaga diri, Jaga hati, Nanti kalau ada waktu Ibu kesana nengokin kamu, Ibu tutup ya".

"Iya, Bu jangan lupa mak—" belum sempat Sarah menyelesaikan ucapannya, sambungan panggilannya dengan Ibu sudah ditutup secara sepihak oleh Ibu.


Sarah adalah anak sulung dan cucu perempuan pertama yang sangat di nantikan oleh kakek neneknya, bahkan lebih dari separuh hidup Sarah dia habiskan untuk bersama Kakek dan Neneknya hingga membuatnya tidak terlalu dekat dengan Ayah dan Ibunya. Namun, setelah kepergian Nenek dan Kakeknya, Sarah seperti manusia yang haus akan kasih sayang namun membisu saat mengucapkan keinginannya akan hal-hal tersebut hingga Yunho datang bak manusia dengan tangan terbuka yang akan selalu menyambutnya dengan pelukan hangat.

Dan tentang hubungan mereka, mungkin sebagian dari kalian berfikir jika Sarah dan Yunho sebebas hubungan orang lain, namun nyatanya hubungan mereka baru sebatas bermalam sembari menceritakan bagaimana hari-hari mereka berlalu, dan beruntungnya Yunho adalah lelaki dengan simbol air yang sangat tenang walaupun saat menghadapi fikiran dan tingkah Sarah yang sangat liar (in sexual ways), lelaki itu tidak ingin melakukan hal-hal bebas bersama Sarah bukan karena dia tidak memandang Sarah sebagai wanita namun Yunho sangat menghormati Sarah hingga dia berfikir jika hal-hal tersebut hanya akan merusak masa depan wanita cerdas yang dia yakini mempunyai masa depan yang cerah.

Pernah suatu malam Sarah menggoda Yunho, dia mengenakan pakaian satin hitamnya yang memberikan kesan elegan di tubuhnya yang sangat kecil di banding lelaki berumur 37 tahun itu. Semalaman Sarah menjelma menjadi cobaan yang dikirimkan tuhan untuk Yunho, namun Yunho tetaplah Yunho, lelaki yang mempunyai pendirian yang sangat kuat bahkan di tengah badai panas yang Sarah buat. Dengan lembut Yunho menutup badan Sarah dengan selimut putih, dia memeluk Sarah sembari berkata "Sarah, saya bukan lelaki yang berhak untuk mendapatkan semua ini. Bahkan jika memang tuhan mengizinkan saya untuk memiliki kamu, mungkin malam ini belum waktunya bagi saya untuk memiliki kamu sepenuhnya".

If I can't have you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang