Terik sinar matahari menyelinap untuk membangunkan sepasang manusia yang masih memejamkan mata mereka dengan tangan memeluk satu sama lain seolah tidak ingin dilepaskan, kedua manusia itu adalah Yunho dan Sarah.
Terik matahari bukanlah kandidat yang kuat untuk membangunkan mereka, apalagi kicauan burung gereja yang berjajar di jendela kamar Sarah. Hingga sebuah dering telfon milik Sarah berbunyi dan memaksa Sarah untuk meraih ponselnya yang tergeletak di nakas, pandangannya bahkan masih buram untuk melihat nama yang terpampang di layar ponselnya namun dia tetap mengangkat panggilan tersebut.
"halo?"
"Sarah astaga anak perempuan, cepet bukain pintu. Ibu udah didepan" jawab Ibu.
"HAH--?! Ibu ngapain kesini?" teriak Sarah karena terkejut hingga mmebuat Yunho yang awalnya masih tertidur kini terbangun oleh teriakan Sarah, sementara Sarah masih membulatkan mulutnya tak percaya dengan kedatangan ibu yang tiba-tiba dan kini wanita itu sudah menunggu di depan rumahnya.
Yunho yang baru saja terbangun langsung berusaha memahami suasana, dengan Sarah yang memanggil seseorang di telfonnya dengan sebutan Ibu maka Yunho berspekulasi jika wanitanya sedang berbicara dengan Ibunya, dia berusaha bergerak setenang mungkin hingga tidak menimbulkan suara.
"Loh ibu nggak boleh kesini?".
Sarah mengacak-acak rambutnya frustasi, bukan itu yang dia maksud namun seharusnya ibunya mengabari satu hari sebelum kedatangannya, bukan seperti ini.
"Yaudah tunggu sebentar, Sarah lupa naruh kunci", alibinya.
Setelah memutus sambungan telfon, Sarah langsung memandang Yunho yang juga memandangnya. Wanita itu menghembuskan nafas dalam, memaksa otaknya untuk berfikir bagaimana caranya agar sang ibu tidak bertemu dengan Yunho atau semuanya akan habis didepan mata.
"Kamu sembunyi di kamar mandi –eh tapi nanti kalau ibu ke kamar mandi gimana?"
"oh, kamu tunggu disini aja –ih tapi ibu sering ngecek kamarku"
"kamu bisa lompat dari jendela nggak?"
Yunho memandangi Sarah yang berbicara dan membiarkan wanitanya seolah bermonolog tanpa membalas perkataan wanitanya sedikit pun, bukan maksud Yunho untuk tidak membantu Sarah mencari jalan keluar tapi dia berfikir jika dia menjelaskan kepada Ibu sarah mengapa dia harus sembunyi.
"Ra, tenang. Kenapa harus sembunyi?" tanya Yunho.
"aku bisa jelasin ke ibu kamu tanpa harus sembunyi-sembunyi, Rah" Lanjutnya namun Sarah menggelengkan kepalanya.
"Dan gimana nanti respon ibu kalau tau anak perempuannya tidur dengan duda yang lebih tua dari anaknya? –I know this kinda rude dan bukan maksudku nutupin kamu dari ibu, tapi sekarang bukan waktunya".
Sarah mencoba menjelaskan semuanya dengan gamblang kepada Yunho, dia berfikir jika hubungan mereka normal di kalangan manusia maka sudah sedari lama dia akan meneriaki seluruh manusia di belahan dunia jika lelaki yang sedang berdiri dengan tatapan kecewa sembari memandangnya ini adalah lelakinya.
"nanti aku ajak Ibu keluar beli sarapan, kalau kamu udah denger mobil aku keluar nanti langsung keluar aja. Kunci pintu depan taruh di pot bunga mawar, oke?"
Perlahan Sarah membaya Yunho kedalam dekapannya, menghirup aroma maskulin yang sangat kentara seolah hal itu sangat adiktif baginya dan setidaknya aroma ini lah yang bisa menjadi salam perpisahannya hari ini sebelum berpisah dan bertemu entah kapan saat semesta berteman dengan mereka.
"hati-hati" bisik Yunho sembari mencium puncak kepala Sarah.
Kedua manusia itu saling dihantui rasa bersalah, saat sang perempuan merasa bersalah tidak bisa mengenalkan pasangannya kepada sang ibu maka di sisi lain ada sang lelaki yang merasa bersalah dan mengutuk dirinya karena telah membawa wanitanya kedalam lingkaran hitam yang tidak berujung.
Mata Yunho tak berkedip seakan mengekori pergerakan Sarah yang perlahan meninggalkannya di kamar berukuran 4X5 itu, diraihnya ponsel hitam keluaran terbaru miliknya dari dalam jas hitam yang tergeletak di lantai karena semalam. Jemarinya membuka sebuah aplikasi pengirim pesan dan mengetikkan beberapa kata untuk dia kirimkan kepada Sarah sebelum benar-benar pergi dari rumah Sarah.
|Gatsby
Rah, mungkin kamu akan marah kalau saya terus-terusan meminta maaf, tapi kali ini saya benar-benar meminta maaf karena telah membawa kamu kedalam sebuah hubungan yang tidak jelas ini.
Rah, bukan hanya maaf yang ingin saya ucapkan tetapi kata terima kasih juga ingin saya berikan ke kamu, terima kasih sudah memilih saya untuk bersama kamu entah kebersamaan kita hanya sebagai transit sementara atau pelabuhan selamanya, tapi yang saya ketahui pasti adalah saya akan terus mengagumi dan mencintai kebaradaan kamu dimanapun.
Terima kasih atas hari kemarin, terima kasih atas malam yang indah semalam, dan mari terus berterima kasih atas beberapa hari ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I can't have you
FanfictionSarah, seorang mahasiswi yang bertahan dilingkup ramainya hidup di ibu kota. Hidupnya dipenuhi oleh sesuatu yang sangat rumit, entah itu tugas akhir, romansa anak muda yang menjebaknya disebuah piramida hitam yang sangat mengejutkan. Dia Sarah, dan...