Tepat setelah acara ulang tahun Jaehyun, Yunho langsung melajukan mobilnya menuju rumah wanita yang sedari tadi tidak menjawab telfonnya, dia tau jika ada sesuatu yang tidak beres diantara hubungan mereka dan dia sangat yakin jika hal tersebut akan terus Sarah pendam kecuali Yunho yang akan menggalinya sendirian.
Setelah sampai di pekarangan rumah Sarah, mata Yunho langsung menangkap cahaya lampu yang masih menerangi kamar Sarah yang menandakan sang wanitanya masih terbangun. Langkah tegapnya perlahan menuntunnya menuju pintu kayu dengan pahatan yang terkesan mewah itu, jemarinya menekan bel pintu rumah Sarah namun tidak ada satupun jawaban dari sang penghuni rumah tersebut.
Ting
Ting
Ting..
Sudah ketiga kalinya Yunho menekan bel rumah Saras, dan saat jemarinya hendak memencet bel ke-empat tiba-tiba perempuan dengan rambut penjang itu keluar dengan wajahnya yang sedikit pucat, lingkaran kantung matanya bahkan tercetak dengan jelas namun hal tersebut tidak bisa menutupi keindahan setiap inchi pahatan wajahnya.
"Apa?" Tanyanya ketus.
Wanita itu sudah muak dengan drama kehidupan yang tuhan berikan padanya, membiarkannya berdiri pada papan catur yang membuatnya tidak bisa berjalan bebas, di bungkam, bahkan menjadi pihak yang lemah.
Tangan Yunho berusaha untuk meraih tangan wanitanya yang bergelantung bebas, namun wanita itu dengan cepat menghempaskan tangannya hingga membuat Yunho mengernyitkan dahinya, "Sarah, saya tidak akan pernah bosan mengingatkanmu untuk mengatakan jika ada sesuatu yang salah di antara kita, jangan diam seperti ini. Ingatkan saya, Ra".
Yunho memang lelaki dewasa yang cerdas, dia mengerti lebih dari 3 bahasa dan masih banyak kelebihan-kelebihan lain yang dia miliki yang tidak bisa di jelaskan dalam satu waktu, namun mungkin semua kelebihan yang Yunho miliki tidak berlaku malam ini karena dia sendiri tidak faham makna dibalik pandangan sendu Sarah.
"Sarah, kita ini—"
"Kita ini nggak ada!" Teriak Sarah memotong perkataan Yunho.
Pandangan yang sendu nan indah kini telah lenyap tunduk dengan amarah yang meratui diri Sarah, netranya menatap tajam lelaki dengan perawakan tegap yang masih terkejut dengan hal yang baru saja dia katakan. Sudah lebih dari satu tahun Sarah mempertanyakan eksistensinya di hidup Yunho, apakah kehadiran Sarah hanya sebagai pemeran pembantu di hidup Yunho ataukah sebagai pemeran yang sangat penting hingga tanpa kehadirannya cerita Yunho tidak akan berjalan, namun setelah Sarah mengingat beberapa hal dia faham jika dirinya tidak sepenting itu.
"Ra, maksut kamu apa? Kita itu ya aku dan kamu. Kita" jelas Yunho penuh dengan penekanan.
Sarah menyunggingkan sebelah bibirnya membentuk senyum yang penuh dengan ejekan, dia tidak mengejek Yunho namun sedang mengejek bayangannya yang terlihat sangat menyedihkan, "sejak kapan kamu berani melabeli dirimu dengan diriku menjadi Kita? Sejak kapan, jawab aku!".
Yunho dibuat terbungkam oleh pertanyaan Sarah yang datang bak rintik hujan yang menyerang secara bersamaan, bahkan saat Yunho menggunakan payung pun rintik tersebut akan membuat genangan yang siap menjebak kakinya untuk memasuki genangan tersebut.
"Nggak bisa jawab, kan? Karena nyatanya kita itu nggak ada apa-apa dan bahkan kalau kamu anggap kita punya hubungan maka aku lebih memilih keluar dari hubungan yang aneh ini".
Benar, hubungan apa yang berjalan seaneh hubungan Yunho dan Sarah. Hubungan yang berawal dari kedua manusia yang sedang mencari potongan puzzle hatinya dan takdir tuhan mengatakan jika mereka sama-sama memiliki potongan yang bisa melengkapi satu sama lain, namun bagaimana jika sebenarnya tuhan membuat ukuran potongan puzzle yang tertukar itu hampir sama dan bukan semestinya di gunakan untuk melengkapi lingkah puzzle lainnya?
"Ra, kita bicarain pelan-pelan ya dan aku nggak pernah berharap kalau kita bakal berhenti secepat ini" pinta Yunho.
"Sampai kapan?"
"—Sampai kapan kamu jebak aku di hubungan aneh ini? Sampai kapan aku harus bohongin diri aku sendiri dan bertingkah seperti orang bodoh yang dicintai padahal nyatanya kamu datang sewaktu but—".
Yunho membungkam Sarah dengan mencium bibir wanita itu, dia tau selama beberapa bulan terakhir ini Sarah selalu diam-diam mempertanyakan tentang hubungan mereka yang Yunho sendiri tidak bisa menjawab dengan penggalan kata. Yang Yunho tau, dia mencintai Sarah sebagai seorang wanita dan kehadiran Sarah bak peluk hangat yang selalu Yunho cari saat semua terasa sesak, dan bahkan Yunho tidak bisa memilah sebuah kata yang bisa mendeskripsikan perasaannya kepada seorang wanita berumur 20 tahun yang sudah mengalungkan tangannya di leher Yunho.
Tidak peelu gigitan kecil untuk membuat Sarah membuka mulutnya dan membiarkan Yunho mengeksplorasi setiap inchi dari bagian dalam mulutnya seolah bertemu sapa dengan lidah Sarah. Dan pergerakan terbilang sangat ahli bukan seperti remaja yang sedang jatuh cinta namun lebih tepatnya seperti manusia yang berlomba untuk menghabiskan makanan lezat setelah lama kelaparan.
Saat Yunho menekan leher Sarah untuk memperdalam ciuman mereka, tiba-tiba sarah merintih hingga membuat Yunho berhenti dan menatap Sarah khawatir, "Ra, maaf" ucapnya saat menyadari ujung bibir Sarah yang berdarah.
Saat menyadari bibirnya berdarah, Sarah hanya mengusap bibir merah mudanya menggunakan ibu jarinya. Matanya menelisik memandangi sekitar rumahnya dan saat tau jika tidak ada satupun orang disana, dia langsung menarik Yunho masuk kedalam rumahnya dan kembali mencium Yunho dengan ciuman yang lebih intens. Yunho yang tau kemana arah permainan Sarah langsung membawa wanitanya kedalam gendongannya dan dengan hati-hati berjalan menuju kamar Sarah tanpa memutus ciuman mereka.
Perlahan Yunho membaringkan Sarah diranjangnya, di pandangnya mata dengan pupil cokelat redup yang terhampar temaramnya cahaya lampu kamar Sarah. Nafas yang memburu seolah beradu menghabisi oksigen yang mengitari mereka dan menyaksikan bagaimana Sarah memandang Yunho dengan tatapan sendu yang kali ini hanya Yunho yang tau, dan mulai malam ini Yunho mengerti bahasa Sarah, bahasa yang dulu tidak pernah terucap dan selalu membuatnya menerka-nerka namun kali ini Yunho faham betul, pandangan itu seolah membisikkan jika dia tidak membutuhkan ribuan lembar essay dengan diksi-diksi indah namun dia menginginkan sebuah aksi yang bisa membuatnya faham dan terbungkam.
"Ra?"
Sarah tertegun dengan panggilan Yunho yang berbeda dengan biasanya, kali ini terdengar ratusan kali lebih lembut dan bahkan bisa membuat kupu-kupu di dalamnya beterbangan.
"Ra, maaf untuk tidak mengerti maksud kamu. Maaf sudah membuatmu menunggu lelaki yang mencari kata-kata yang pas untuk perasaannya padahal yang kamu butuhkan hanya bukti"
"Stop talking, and give me a proof. Show me", tantang Sarah.
Saat mendengar tantangan dari Sarah, adrenalin Yunho serasa terpacu. Mata tajamnya kini melembut dan berwarna lebih gelap sembari memandangi setiap inchi wajah wanita yang berada di bawah kungkungannya. Dan setelah Sarah menganggukkan kepalanya, Yunho langsung membuka satu persatu kancing kemeja Sarah hingga membuat netranya dengan leluasa memandangi tubuh indah dengan pencahayaan redup yang menambah kesan intim malam ini.
Melihat Yunho yang menatapnya dengan lekat menimbulkan efek semburat merah di pipi Sarah, jemarinya langsung meraih garis rahang Yunho agar menatapnya karena dia terlalu malu saat mata Yunho melihat tubuhnya yang kini terekspos bebas, bibir mereka saling bertaut namun kini tidak berjalan lama karena Yunho beralih menciumi seluruh wajah Sarah dan beralih ke ceruk leher wanitanya yang membuat Sarah perlahan meremas pelan rambut Yunho untuk memperdalam hisapan-hisapan kecilnya.
Yeah, you've found my sweet-spot, batin Sarah.
Wanita itu hanya bisa mendongakkan kepalanya sembari menggigit bibir bawahnya agar lenguhan nakal tidak keluar dari bibirnya. Mulutnya memang terdiam, namun matanya yang terpejam seolah mengatakan jika dia benar-benar menikmati setiap karya yang Yunho ciptakan di tubuhnya sampai membuat Yunho tersenyum puas saat menatap Sarah.
"Ra, do you prefer vanilla or rough?" Bisik Yunho.
"Give me something that can make me taste both of them".
KAMU SEDANG MEMBACA
If I can't have you
FanfictionSarah, seorang mahasiswi yang bertahan dilingkup ramainya hidup di ibu kota. Hidupnya dipenuhi oleh sesuatu yang sangat rumit, entah itu tugas akhir, romansa anak muda yang menjebaknya disebuah piramida hitam yang sangat mengejutkan. Dia Sarah, dan...