"Kok jarang terlihat mesra?"
"Kalian selama pacaran telah melakukan apa saja?"
"Bagaimana sih gaya kalian berpacaran?"
Kalimat yang ada di atas tersebut adalah contoh sedikit dari pertanyaan yang sering aku dengar, rata-rata bertanya mengenai gaya berpacaranku dengan Yoongi, mereka bingung dan penasaran mungkin lebih tepatnya.
Berdasarkan ucapan yang sering kudengar, 'katanya' aku dan Yoongi itu tidak terlihat seperti sepasang kekasih, memang sih mereka terkadang memergoki kami bergandengan tangan tapi ya hanya itu tidak lebih. Akibatnya banyak yang mulai berspekulasi, bertingkah bak pengamat profesional dan mengatakan bahwa hubungan kami aneh.
Aku tidak mempermasalahkannya pada awalnya, tapi lama kelamaan jadi gerah sendiri ketika mendengarnya. Kenapa pula mereka sangat ingin tahu mengenai hubungan kami, padahal kami bukan artis terkenal yang harus dicari tahu.
"Wajahmu kenapa murung begitu?" Yoongi datang dengan membawa sekotak susu untukku dan kopi untuknya. Aku dengan senang hati menerimanya, dan ia lalu mengambil tempat di sampingku.
"Kenapa?" Ia mengulang kembali pertanyaannya tepat setelah aku menyedot minuman milikku, walau tidak sepenuhnya memusatkan atensi padaku tapi aku tahu Yoongi sedang menanti jawaban.
"Tidak apa, bukan masalah yang penting."
"Terus kenapa kau memisahkan diri?" Aku menoleh ke kiri, di mana terlihat beberapa teman seangkatanku sedang asik mengobrol bersama.
"Aku tidak terlalu dekat saja dengan mereka." Aku tidak sepenuhnya berbohong karena di antara sekitar delapan sampai sepuluh orang di sana, aku memang tidak dekat dengan mereka. Hanya sekadar tahu nama dan wajah, mengobrol juga biasa hanya mengenai pelajaran.
Lalu entah bagaimana, mereka tiba-tiba saja bertanya mengenai hubunganku dan Yoongi. Kalau sebatas hanya bertanya apa aku dan Yoongi masih menjadi sepasang kekasih mungkin aku tidak masalah, tapi mereka justru bertanya hal-hal aneh.
"Bukankah biasanya kau sok kenal dan sok dekat dengan semua orang?" Aku menoleh dan mengerutkan kening tidak terima, "Apa? Aku mengatakan fakta."
"Tergantung orangnya dulu." Mau mengelak sepertinya percuma, jadi diiyakan saja.
"Alasan."
"Ih, serius. Aku kalau mau ramah juga lihat-lihat orangnya dulu."
"Memangnya mereka yang di sana kenapa?"
"Menyebalkan, masa bertanya pertanyaan a-" Ah, sial.
Yoongi tersenyum puas, "Bertanya apa?" Kalau sudah begini, percuma ditutupi.
Aku berdecak sebal tapi akhirnya menceritakan juga mengenai pertanyaan yang kudapat tadi dari mereka. "Hanya karena itu? Biarkan saja, tidak penting juga kok." Semua juga menurutmu tidak penting, tuan Min
"Iya tahu, tapi sebal. Bukan sekali dua kali mendengarnya. Memangnya kita seaneh apa sih?"
"Hmm, bagimana ya. Menurut kau sendiri, hubungan kita aneh tidak?"
"Tidak."
"Yasudah." Yoongi mengedikkan bahunya dan kembali minum membuatku kesal karena jawaban tidak jelasnya itu.
"Loh, kok jawabannya hanya begitu?"
"Lalu mau bagaimana lagi? Kita sendiri yang menjalani hubungan ini, jadi yang paling penting itu pendapat milik kita bukan mereka. Lagipula setiap orang memiliki cara untuk menunjukkan kasih sayangnya masing-masing." Ucapan itu agaknya menjadi tamparan untukku, apa yang Yoongi katakan ada benarnya. Untuk apa aku terlalu memikirkan sampai kesal ucapan orang lain yang tidak tahu-menahu mengenai hubunganku?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend
FanfictionLife without love is like a tree without blossoms or fruit. Better to have loved and lost than never to have loved at all. You know you're in love when you can't fall asleep because reality is finally better than your dreams. ➵ft. Suga from BTS ©Der...