🌹 8

1K 112 3
                                    


Aku mengerutkan kening saat setelah mendapati pintu rumah tertutup rapat, Mama tidak ada di rumah? Aku merogoh saku dan meringis saat mataku melihat beberapa pesan masuk dari mama dan Namjoon, serta panggilan tak terjawab dari mama.

| 'Mama dan papa hari ini tidak bisa pulang, ada urusan. Kau bersama Namjoon baik-baik di rumah ya, kalau ada apa-apa segera telpon. |
|Ji, kau sekarang ada di mana nak? Kenapa tidak angkat telpon?'|

Aku mengetikkan balasan untuk Mama, tidak ingin membuat wanita paruh baya itu khawatir padaku, setelahnya beralih untuk membuka pesan milik Namjoon.

"Kita mau berdiam di sini saja?" Suara dengan nada datar itu memasuki indera pendengaran membuatku menoleh, lupa kalau ada sosok lain di sini. Aku lalu merogoh tas untuk mengambil kunci cadangan yang biasa aku simpan di sana dan menyodorkan pada Yoongi.

Ia mendengus tapi tetap mengambilnya dan membuka pintu menyisakan aku yang berdiri di belakang sembari membaca pesan Namjoon.

|'Kau di mana? Masih bersama Yoongi?|
|Sudah pulang belum?|
|Ji, ini sudah sore, kau di mana?|
|Aku sepertinya tidak bisa pulang, kau tidak apa sendirian? Ada skripsi serta proposal yang harus diurus.|
|Ji?'|

Belum sempat aku mengetikkan pesan untuk membalas Namjoon, tahu-tahu sebuah telpon darinya masuk.

'Kau di mana? Sudah sampai rumah belum? Masih bersama Yoongi? Ini sudah sore, kenapa pesanku tidak di balas sama sekali.'

'Oppa, satu-satu tanyanya. Aku sudah di rumah, masih bersama Yoongi dan aku tidak dengar tadi. Ponselnya di silent.'

'Syukurlah. Mama tadi mencarimu juga, beliau tidak bisa pulang. Kau tidak masalah sendirian di rumah?'

'Kalau aku bilang masalah, kau memangnya akan pulang?' Aku membawa tungkai masuk, hendak mengambil air untuk minum saat aku mendengar helaan nafas Namjoon di sebrang sana.

'Maaf ya, proposal dan skripsi ini menyusahkan. Aku usahakan pulang.'

'Tidak perlu, aku tak apa. Oppa jangan terlalu memaksakan diri, nanti kau kelelahan. Sudah katakan pada Mama kalau kau tidak pulang?'

'Justru itu, aku ingin memintamu jangan katakan apapun pada Mama, kau tahu sendirikan ia pasti akan marah padaku. Serius, Ji. Ini mendesak sekali.'

'Baiklah.'

'Aku akan mentraktirmu makan nanti ya. Hari-hati di rumah, kunci pintu rapat dan telpon aku bila terjadi sesuatu.'

'Hm.'

'Sampai jumpa.'

Aku menutup sambungan telpon lalu meraih gelas dan menengak isinya, berjalan menuju kulkas, berharap kalau mama sudah memasak sesuatu dan aku hanya tinggal menghangatkan, tapi sayangnya tidak ada.

"Namjoon tidak pulang?" Aku menoleh, melihat Yoongi tengah berbaring santai di sofa, ia bertanya tapi matanya tertuju pada televisi.

"Tahu dari mana?"

"Aku mendengarmu barusan."

"Menguping ya,"

"Bukan menguping, tapi memang kedengaran." Aku hanya bergumam malas lalu membuka kulkas kembali, menatap satu-satu bahan makanan yang ada di sana. Nasi goreng sepertinya pilihan yang tepat.

"Yoon, kau mau makan lagi tidak?" -lagi? Iya, tadi kami memang sudah makan sebelum pergi menonton film, tapi entah kenapa perutku lapar lagi. Dasar aku.

My Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang