Aku tengah memandang diri di cermin kala suara seruan milik Mama masuk ke telinga, bersamaan dengan terbukanya pintu kamar setelah sebelumnya ketukan terdengar. Mama yang juga mengenakan gaun sama denganku hanya berbeda modelnya tersenyum memandangku, "Aduh, anak Mama cantik sekali ya. Pantas Yoongi bisa tahan lama menjadi kekasihmu."
Aku mengelak, tersipu malu dan Mama justru tertawa kecil. "Jangan terlalu cantik nanti tamunya bingung siapa yang mempelai wanitanya."
"Mama,ih. Tentu saja Yuri-eonni yang paling cantik."
"Yasudah, yasudah. Ayo, kita keluar, yang lain sudah menunggu." Aku mengangguk, meraih ponsel dan tas kecilku lalu berkaca sejenak kembali untuk memastikan riasanku rapi sebelum keluar mengikuti Mama. Di ruang tamu sudah menunggu dua lelaki tampan yang tak lain adalah Papa serta Namjoon.
Namjoon menghembuskan nafas lega begitu matanya bersitatap denganku, bangkit dari duduknya lalu mengenakan tuxedo. Jarang-jarang loh, seorang Namjoon mau direpotkan menggunakan tuxedo. Kalau bukan karna yang menikah adalah Yuri, yang notaben sepupu dekat kami, aku ragu Namjoon mau mengenakan tuxedo. Biasanya saat datang ke pesta pernikahan, Namjoon cenderung hanya menggunakan kemeja, katanya gerah lagipula yang menikah dan menjadi pusat perhatian toh bukan dirinya, untuk apa repot-repot mengenakan tuxedo.
"Aduh, yang terlihat tampan menggunakan tuxedo." Namjoon mendengus tapi tak lama ikut terkekeh bersamaku.
"Semua sudah siap?" Kami semua mengangguk saat Papa bertanya, lelaki paruh baya itu melirik jam di pergelangan tangannya lalu meraih kunci mobil. "Yoongi akan langsung datang ke sana, sayang?"
Aku sebenarnya tidak tahu harus merasa senang atau tidak kala Mama memintaku mengajak Yoongi ikut serta dalam pernikahan Yuri ini. Aku senang karna eksitensi Yoongi bisa diterima baik oleh keluargaku, tapi aku tidak senang ketika sadar bahwa mengajak Yoongi ke pernikahan Yuri sama saja dengan mengenalkan pemuda itu pada keluarga besarku secara tidak langsung. Aku takut kalau Yoongi mungkin akan merasa tidak nyaman berada di sana, belum lagi kalau misalnya kami bertemu dengan Bibiku yang suka mengosip, bisa ditanya yang macam-macam nantinya.
"Iya, Pa. Yoongi akan langsung ke sana, aku sudah mengirimkan alamatnya kok."
"Oke kalau begitu. Perginya biar Papa yang menyetir, nanti pulangnya Namjoon." Dan dengan begitu kami sekeluarga segera pergi meninggalkan rumah menuju pernikahan Yuri.
"Ji, nanti suruh Yoongi tunggu dulu, biasanya di depan pintu masuk akan di check undangannya. Yoongi'kan tidak punya undangan." Aku mengangguk mengiyakan ucapan Namjoon, tanganku lantas bergerak mengetik ulang perkataannya barusan untuk dikirim lewat pesan singkat kepada Yoongi.
'Aku sudah sampai.'
Loh, kenapa bisa cepat sekali?
'Tunggu sebentar kalau begitu,
aku masih dalam perjalanan.
Kau pakai tuxedo, Yoon?''Iya, kemarin kau'kan yang
memaksaku memakainya.''Hehe, biar Namjoon-oppa
punya teman.''Iya-iya.'
Perjalanan untungnya tidak memakan waktu lama, mobil yang Papa kendarai akhirnya tiba di gedung tempat berlangsungnya pernikahan Yuri. Kasihan Yoongi kalau harus menunggu di sana seorang diri, kelihatan seperti anak hilang nantinya.
"Pelan-pelan, Ji. Tidak sabar sekali mau bertemu Yoongi." Aku mendengus mendengar kalimat jahil Namjoon, lelaki yang berjalan di sampingku mengulas senyum menyebalkannya lantas membuat Mama dan Papa tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend
FanfictionLife without love is like a tree without blossoms or fruit. Better to have loved and lost than never to have loved at all. You know you're in love when you can't fall asleep because reality is finally better than your dreams. ➵ft. Suga from BTS ©Der...