Aku melirik layar ponsel yang menampilkan ruang percakapan bersama Namjoon, pesan balasanku sudah diterima dan di bacanya membuatku memasukkan ponsel ke dalam saku celana dan memandang ke arah lapangan yang berisi Yoongi dan teman-temannya. Mereka tidak sedang bertanding, hanya bermain bersama untuk mengisi waktu luang sebelum akhirnya nanti akan sibuk dengan dunia pekerjaan.Percayalah, Yoongi sebenarnya malas datang, ia sendiri yang bercerita padaku tapi beberapa temannya terus-terusan mengajaknya sambil berucap kata-kata menyedihkan seperti, "Ayolah bermain sekali saja, setelah ini kita'kan tidak tahu kapan akan bertemu lagi. Anggap saja sebagai saat terakhir."
Lalu di jawab oleh Yoongi, "Kau sedang mengucapkan permintaan terakhir sebelum meninggal ya?"
Beruntung temannya bermental baja, berhati mulia dan tidak mudah tersinggung. Yoongi dan mulutnya memang ajaib, aku heran kenapa dulu bisa tertarik padanya ya? Karna kalau dipikir-pikir sepertinya ia jarang sekali berkata manis padaku.
"Aww!" Aku mengadu saat Yoongi dengan seenaknya menyentil keningku, sebuah tindakan yang berhasil membuatku kembali sadar.
"Kudengar ini lapangan kosong, jangan keseringan melamun." Aku bergidik, memilih merapatkan tubuh perlahan ke arah Yoongi yang hanya melirikku sambil mengeleng kecil.
"Kapan kalian bertanding?" Tanyaku mengalihkan topik, "Ramai juga ya yang datang melihat kalian. Kau yakin ini kalian hanya bermain biasa bukan bertanding?"
Yoongi mengeleng, "Lalu kenapa ramai sekali yang datang?" Aku menatap penjuru kursi stadiun yang terisi penuh, memang tidak sebanyak kala pertandingan resmi kampus sih.
Yoongi mengedikkan bahu membuatku memukul bahunya sebal, "Kalau punya mulut tolong digunakan, oppa." Yoongi menoleh cepat, keningnya berkerut menampilkan ekspresi yang membuatku terkekeh, "Kenapa? Bukankah dulu kau pernah memintaku memanggilmu begitu? Oppa?"
"Jangan membuatku mengumpat, Ji. Rasanya terdengar mengelikan. Dulu memang iya, tapi sekarang tidak."
"Oppaaa," Yoongi menatapku tajam berharap hal tersebut dapat membuatku berhenti tapi bukan Jisoo namanya kalau cepat berhenti. Kami berbincang hal lain tapi aku tetap menyematkan panggilan 'oppa' diakhir, rasanya menyenangkan melihat Yoongi yang sebal. Kapan lagi coba melihatnya begitu? Dia'kan jarang berekspresi.
"Oke, oke. Aku berhenti, tapi jangan pergi. Aku tidak punya teman di sini." Kalau tahu stadiun akan ramai begini mungkin aku akan mengajak satu atau dua temanku untuk menemani, rasanya aneh sekali sendirian di tengah keramaian, ditambah aku tidak kenal sama sekali dengan orang-orang di sekitarku ini.
"Biasanya kau mudah berbincang dengan orang baru?"
"Beda kasusnya kalau mereka sudah datang bergerombol begini. Lihat," Aku meminta Yoongi untuk menatap pada beberapa tempat yang dipenuhi oleh wanita yang saling bergerombol, "Akan aneh kalau aku tiba-tiba datang menghampiri dan mengajak berbincang. Akan terlihat sok akrab."
"Kau memang sok akrab." Aku berdecih.
"Coba katakan siapa yang tiba-tiba mengajakku berbicara padahal tidak saling kenal?"
"Ck, iya aku memang sok akrab. Sudahlah, kau menyebalkan. Sana pergi ke teman-temanmu kalau begitu."
Yoongi tertawa lalu menepuk kepalaku beberapa kali, "Merajuk?" Aku tidak membalas perkataannya dan hanya melirik sinis, hal yang menghantarkan tawa kembali ke wajahnya.
"Tidak ada yang lucu, kenapa tertawa?"
Yoongi menghiraukan pertanyaanku dan justru bertanya hal lain, "Kenapa tidak mengajak temanmu kalau begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend
FanfictionLife without love is like a tree without blossoms or fruit. Better to have loved and lost than never to have loved at all. You know you're in love when you can't fall asleep because reality is finally better than your dreams. ➵ft. Suga from BTS ©Der...