🌹 4

1.1K 143 2
                                    

Aku pernah bilang belum sih kalau Yoongi itu super duper mageran? Kerja nya kalau sedang tidak kuliah itu ya tidur di rumah. Berpacaran dengan Yoongi jangan harap saat malam mingguan ia datang dan mengajak kencan. Impossible.

Banyak yang bilang aku beruntung karena bisa berkencan dengan Yoongi. Huh, dasar. Memang ya orang selalu menilai sesuatu hanya dari luarnya dan berdasarkan pemikiran dangkal mereka, tidak tahu seperti apa Yoongi sebenarnya.

"Dek!" Suara Namjoon menginterupsiku dari menghina Yoongi. Kalau ada dosa karena menghina kekasih, mungkin dosaku sudah segunung.

Aku menuruti perintah Namjoon untuk keluar kamar. Demi kerang ajaib, sedang apa Yoongi di sini?

Aku tidak salah lihat itu benar-benar Yoongi? Aku tidak berhalusinasikan?

"Dek, sedang apa di situ?" Suara Namjoon terdengar kembali menarikku dari kegiatan memandangi Yoongi, "Bersiap sana, Yoongi mau mengajak kencan." Lanjutnya sebelum menghilang menuju dapur, untaian kalimat yang cukup membuatku terkejut itu terdengar.

Bukannya masuk ke kamar, kakiku justru melangkah menghampiri Yoongi yang tengah duduk menonton televisi, berdiri tepat di hadapannya.

Yoongi menatapku sekilas lalu kembali menatap ke televisi usai aku memanggilnya.

"Kau sehat'kan?" Tanyaku dan Yoongi berdeham, aku memegang kening Yoongi dan tidak panas. Tapi tumben sekali ia datang dan mengajakku kencan.

Namjoon datang membawa dua kaleng cola, melemparkan satu untuk si tamu, "Biasanya mengomel kalau Yoongi tidak dateng tapi sekarang saat ia datang justru diditanya aneh-aneh."

"Aku bingung, oppa."

Belum sempat aku mencoba menjelaskan alasan bingungku, lelaki yang terpaut beberapa tahun di ataski tersebut memberi titah kembali, "Sudah sana siap-siap." Ia menunjuk arah kamarku dengan dagu.

Aku kembali ke kamar dan bersiap dengan cepat, memoleskan sedikit makeup lalu bergegas turun kembali dengan membawa tas kesayanganku. Setelah berpamitan pada Namjoon -karna ayah dan ibu sedang tidak ada di rumah- kami berdua bergegas pergi.

"Yoon, kok tumben dateng?" Suaraku terdengar melontarkan pertanyaan di sela-sela alunan musik,

"Ingin saja." Selain sikap mager, Yoongi juga irit sekali kalau bicara, seolah ia akan jatuh miskin kalau banyak bicara. Yoongi sepertonya penganut paham, 'Diam itu emas.'

"Kita mau kemana?" Sedari tadi mobil berjalan lelaki di sampingku ini memang tidak menyebutkan tempat spesifik yang akan kami kunjungi.

"Nonton."

"Film?"

"Terserah."

"Terserah aku maksudnya?" Yoongi berdeham, membuatku meraih ponsel dan mulai mencari film apa yang sedang di putar di bioskop saat ini, "Small f*ot?"

Yoongi mengeleng sebagai tanggapan,

"Ayolah, Yoon. Itu aja yah. Lagi booming. Katanya lucu." Aku merengek, teringat akan ucapan temanku kalau film tersebut lucu.

"Tidak mau."

"Ish, Yoon. Please." Aku menatapnya penuh harap tapi yang ditatap malah membuang arah pandang. Kurang sabar apa aku sebagai kekasihnya?

"Tidak."

"Ck, yaudah terus mau nonton apa?"

"Terserah."

Astaga. Sabar Jisoo, sabar. "Kita lihat nanti di sana saja." Itulah keputusan final si tuan Min ini. Ingatkan aku untuk stok kesabaran saat berkencan dengannya lain kali.

Dalam hati aku berdoa semoga filmnya kartun semua, walau aku tahu itu tidak mungkin. Sesampainya di biskop, film yang bergenre action ternyata sudah mulai dan yang tersisa hanya film kartun dan drama romantis. Yoongi tentu memilih kartun dibandingkan drama romantis. Katanya kebanyakan nonton drama romantis bisa membuat kita lupa kalau hidup itu tidak seindah drama.

Menit-menit pertama film diputar Yoongi masih ikut menonton, lalu pada pertengahan film aku merasakan bahuku memberat, dan ternyata Yoongi tidur.

Aku tidak memperdulikan Yoongi dan fokus menonton, sesekali tertawa saat yeti tersebut melakukan tindakan aneh.

Film selesai dan aku mencoba membangunkan Yoongi, beruntung kami duduk di pojok sehingga tidak menyita banyak perhatian dari para penonton lainnya.

Aku mengunjang tubuhnya tapi pemuda itu tak kunjung bangun, bergerak saja tidak, benar-benar diam. Sulit memang membangunkan Yoongi, harus mempunyai kekuatan ekstra.

"Yoon, bangun." Ia bergumam sebagai tanggapan, membuatku kembali melanjutkan aksiku.

"Yoongi-ah. Yoongi-oppa." Berulang kali memanggilnya tapi ia masih diam. Matanya terpejam tapi alisnya berkerut, pertanda bahwa ia sebenarnya mendengarkan ucapanku.

Salah satu daya tarik Yoongi -menurutku- adalah sikap tidak mudah ditebaknya, seperti saat ini misalnya, lelaki tersebut tiba-tiba menunjuk pipinya sendiri dengan mata terpejam membuatku bingung.

"Cium dulu." Sikap Yoongi kadang galak seperti wanita sedang datang bulan, namun bisa juga berubah menjadi seperti anak kecil yang minta dibelikan permen.

Tidak mau membuang waktu lagi aku segera mengecup pipinya, karena kalau tidak begitu ia tidak akan mau bangun. Bioskop sudah mulai sepi, nanti kami malah diusir petugas.

Yoongi segera bangun dan menyunggingkan senyum tipisnya.
Dasar pria.[]

=====

My Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang