Aku menepuk lengan Jimin, ia tidak bisa serius sedikit ya? Sekarang'kan sedang rapat, bisa-bisanya dia malah menonton kartun.
Jimin tak mengubrisku, dan tetap asik menonton kartun lewat ponselnya. Kadang aku bingung dengan Jimin, playboy kok sukanya nonton kartun begini.
Kami sedang rapat untuk membicarakan mengenai acara bulan depan, malas sih sebenarnya. Apalagi yang memimpin rapat bukan Namjoon, tapi Miran. Aku sudah pernah bilang belum sih kalau Yoongi itu populer dan punya banyak fans? Nah, Miran itu adalah salah satu dari sekian banyak fans Yoongi.
Aku tidak menyukainya bukan karena ia menyukai Yoongi, tapi sikapnya itu loh. Ia suka semena-mena menyuruh kami melakukan ini dan itu dengan dalih 'senior' dan 'wakil ketua senat'. Iya, walaupun menyebalkan begitu dia wakil senat. Aku heran kenapa Namjoon bisa memilihnya.
Namjoon dan beberapa senior tingkat akhir seperti Hoseok dan Yoongi sedang pergi, jadi rapat kali ini Namjoon mempercayakan Miran untuk memimpinnya.
Karena bosan mendengar ocehan Miran, akhirnya aku ikut menonton kartun bersama Jimin. Aku menutup mulut menahan tawa saat larva berwarna kuning dan merah itu beraksi.
"Ekhem." Mampus! Aku dan Jimin ketahuan ternyata, semua pasang mata menatap ke arahku tak terkecuali Miran.
"Jimin, Jisoo. Pintu keluar terbuka lebar kalau kalian mau keluar." Miran itu sepertinya fans sejati Yoongi, buktinya ia mengikuti sarkasme Yoongi.
Kami terdiam dan Jimin berinisiatif meminta maaf. Rapat berjalan kembali dengan aku dan Jimin yang terus menyalahkan satu sama lain dengan berbisik.
"Jisoo-shi." Panggil Miran saat aku hendak keluar bersama Jimin, Jimin ikut berhenti dan kami menatap Miran bingung.
"Kau bisa pergi." Miran mengusir Jimin, dan aku tahu pemuda tersebut sedang terlihat kesal tapi menahan untuk tidak mendengus di depan wajah Miran.
"Aku duluan." Aku mengangguk sembari tersenyum dan menatap Jimin berlalu,
Setelah lelaki itu pergi, Miran masih diam. Ia justru sibuk membereskan kertas-kertas hasil rapat, "Kau tahu'kan kalau yang kau lakukan saat rapat tadi salah?" Sial, dia membahas masalah aku menonton dengan Jimin tadi.
"Aku tidak tahu kenapa kau dan Namjoon sangat berbeda sekali." Apa-apaan dia, kenapa jadi membandingkanku begitu?
"Sunbae, kalau-"
"Bawa itu ke ruang auditorium." Potong Miran lalu menunjuk kardus yang berada di pojokkan, ia tidak salah? Aku harus membawa kardus sebesar itu?
"Tapi bukankah itu tugas logistik?"
"Memang. Tapi itu hukuman untukmu." Jawabnya enteng, lalu menatap ku dengan wajah menyebalkannya.
"Tapi-"
"Kau mau protes?" Sial, Miran memang sialan. Aku mendengus lalu mengangkat kardus itu, berat sekali. "Lift di lantai ini mati jadi kurasa kau harus naik tangga." Double sialan.
"Taruh tas mu di sini. Aku tidak mau kau kabur nanti." Ishh, sabar Jisoo, sabar.
Mengangkat kardus keluar dari ruangan saja aku sudah kesusahan begini, padahal jaraknya hanya beberapa langkah. Bagaimana mengangkatnya sampai ke lantai atas? Benar-benar menyebalkan.
Lagipula kenapa hanya aku yang dihukum? Kenapa Jimin tidak? Bukannya aku iri atau apa tapikan- Ah sudahlah.
Aku meletakkan kardus di pojok auditorium dengan sebal, badanku remuk semua sekarang. "Jisoo?" Jungkook- salah satu anggota dari logistik menyapaku, ia terlihat bingung dengan kehadiranku di sini, "Sedang apa?"
"Miran-sunbae menyuruhku membawa itu." Aku bersusah payah menjawab pertanyaan dari lelaki yang seangkatan denganku, tersengal.
"Untuk apa ia menyuruhmu membawanya ke sini? Itu memang sengaja ditaruh di ruang rapat." Aku menoleh tidak percaya, mulutku menjadi gatal untuk menyumpah serampah tapi tidak bisa, aku terlalu lelah. Untuk bernafas saja kesusahan begini.
Jungkook sepertinya mengerti aku kesulitan bernafas jadi dia tidak berbicara lagi, "Aku ambilkan air ya."
Aku mengangguk dan mengipasi wajahku dengan tangan, "Ngapaiin di sini?" Yoongi tahu-tahu sudah ada di hadapanku, kenapa ia suka datang tiba-tiba begitu, sih.
"Ishh..Yoon..hh..jangan kagetin." Yoongi mengerutkan keningnya dengan bingung karna aku menjawab terbata-bata, "Aku capek." Lanjutku tapi rupanya ia
masih tidak mengerti."Aku menghubungimu tadi."
"Aku tidak bawa ponsel" Mengangkat tangan untuk menunjukkan bahwa tidak ada benda persegi panjang tersebut
"Oh, sunbae." Jungkook datang lalu menyodorkan sebotol air padaku, "Jisoo disuruh mengangkat kardus itu ke sini oleh Miran-sunbae dan sekarang ia kelelahan." Jungkook dengan sukarela bercerita dan setelah itu wajah Yoongi mengeras.
"Di mana Miran sekarang?"
"Mau apa, Yoon?" Firasatku tidak enak, apalagi wajah Yoongi berubah menjadi menyeramkan begitu.
"Di ruang rapat kurasa." Jungkook mengambil alih menjawab,
"Tunggu di sini." Titahnya lalu berjalan meninggalkanku dan Jungkook.
Oh, tidak. Ini tidak baik.
"Kook, aku pergi. Terimakasih airnya." Rasa lelahku semua menguap dan terganti menjadi rasa panik. Aku berlari mengikuti Yoongi, jalannya kenapa cepat sekali.[]
=====
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend
FanfictionLife without love is like a tree without blossoms or fruit. Better to have loved and lost than never to have loved at all. You know you're in love when you can't fall asleep because reality is finally better than your dreams. ➵ft. Suga from BTS ©Der...