Minggu sore itu langit begitu mempesona. Setelah solat ashar, Ikhsan ikut kegiatan bakti sosial bersama Alyaz, Raynanda dan anggota UKM Baqi lainnya di daerah Gerlong. Tak disangka Husna, perempuan yang ia kagumi itu ternyata ikut juga kegiatan bakti sosial tersebut. Begitu teduh dan bersahaja, begitu pikir Ikhsan. Ikhsan tanpa sadar sesekali melirik Husna saat kegiatan bakti sosial berlangsung.
Raynanda yang mengetahui itu menyenggol pinggang Ikhsan sambil becanda "Tundukkan pandangan, kang." Ucap Raynanda yang langsung disambut kaget oleh Ikhsan. Ia hanya membalas dengan senyuman. Kegiatan bakti sosial di daerah Gerlong sudah selesai dilanjut rapat evaluasi sebentar kemudian pulang.
"Kang Ikhsan suka sama teh Husna?" Ucap Raynanda. Suasana masjid Al-furqon, UPI masih ramai. Untung Raynanda mengucap itu dengan suara yang kecil sehingga tak begitu kedengeran oleh orang lain.
"Husna?" Ucap Ikhsan kaget. "O jadi perempuan itu namanya Husna." Ucap Ikhsan dalam hati.
"Iya yang pakai gamis hitam sama kerudung biru tua tadi itu namanya teh Husna. Cantik, ya? Beliau emang primadona kang di sini ahahaha"
"Banyak banget ikhwan yang suka sama beliau. Ngajinya bagus, beliau orangnya menjaga, aktif organisasi dakwah, dan orangnya lembut, tapi tegas ke lawan jenis. Idaman pokoknya!" Jelas Raynanda. Suasana sore itu begitu sejuk. Langit masih memancarkan keindahannya dibalut dengan sinar matahari yang tak terlalu terang. Cocok untuk ngobrol-ngobrol dengan teman atau mengerjakan tugas kuliah.
Ikhsan masih diam, tapi wajahnya tak mampu menyembunyikan degupan kencang yang sedari tadi sudah menjalar ke seluruh tubuh.
"Kemarin aja kang saya dengar beliau udah ada yang mau lamar, tapi sama teh Husnanya ditolak!"
Ikhsan sedikit terkesiap. Pandangannya langsung beralih ke Raynanda, tapi tetap berusaha tenang dan tak menunjukkan kekagetannya."Ditolak? Kenapa? Kok kamu bisa tau gitu Ray?"
"Siapa yang gak tau atuh kang. Berita tentang teh Husna mah pasti cepet nyebarnya! Ya karena tadi seperti saya bilang teh Husna itu primadona di sini. Sekecil apapun berita tentang beliau pasti langsung pada tau." Kata Raynanda.
Tak lama setelah itu, perempuan yang sedang dibicarakan pun muncul dari arah dalam masjid. Husna tampak anggun dengan gamisnya yang menjuntai indah. Ia sama sekali tak melirik ke arah sekitar. Husna langsung memakai sepatunya dan beranjak pergi dari masjid Al-Furqon untuk pulang.
"Lihat kan kang! Teh Husna bahkan gak melirik ke orang sekitar. Tapi bukan karena beliau sombong melainkan karena beliau tau ada lebih banyak ikhwan di sekitar sini dibanding akhwatnya. Jadi, beliau memilih untuk menjaga pandangannya!" Tukas Raynanda. Ikhsan yang sudah tau hukum menundukkan pandangan yang sudah dijelaskan Siddiq beberapa hari lalu jadi semakin kagum dengan Husna. Ia tau perempuan yang sedang dikaguminya ini bukan perempuan biasa. Perempuan yang didambakan oleh banyak lelaki soleh. Perwujudanan bidadari dunia.
Sekejap Ikhsan menyadari dirinya tak sebanding dengan laki-laki di luar sana yang mungkin sedang merasakan hal yang sama dengan dirinya. Yaitu jatuh cinta pada Husna. Tapi Ikhsan juga tak bisa menampik semakin hari rasa kagumnya semakin memuncak.
"Sejak kapan kang Ikhsan suka sama Teh Husna?" Ucap Raynanda santai. Angin sepoi-sepoi menyapa mereka di tengah sore.
"Emang saya kelihatan banget ya Ray?"
Ray tersenyum menandakan iya kalau Ikhsan kelihatan menaruh hati pada primadona itu."Wajar sih kang kalau akang suka sama teh Husna juga. Teh Husnanya cantik, teduh, dan yang terpenting bisa menjaga dari yang bukan mahram. Jadi, saya juga ngerti." Lanjut Raynanda.
"Dia anggota UKM Baqi juga?" Tanya Ikhsan.
"Betul kang. Beliau adalah salah satu mentor baca Al-Qur'an di UKM Baqi. Malah saya dengar beliau juga salah satu santriwati tahfidz Qur'an di Pesantren Daarut tauhid. Mantul, kan? O iya selain Baqi, teh Husna juga ikut organisasi dakwah Tutorial UPI. Banyak ikutan organisasi islami beliau mah kang. Makanya jadi primadona di sini juga!" Raynanda menjelaskan begitu antusias dan detail seolah ia adalah orang yang paling tau betul sosok Husna.
"Tapi kang Ikhsan jangan khawatir. Bukan kah jodoh itu yang ngaturnya Allah? Jadi, kang Ikhsan tinggal deketin Allah-nya terus minta deh buat dijodohin sama Teh Husna ehehe. Doa sama takdir itu bertengkar loh kang di langit. Siapa yang kuat dia yang menang. Kalo kang Ikhsan doanya kuat banget, insya Allah teh Husna jodohnya sama akang walaupun banyak laki-laki yang mau meminang teh Husna. Kaya cerita Ali sama Fatimah. Banyak banget lelaki yang menurut Ali saleh bukan main dan mau meminang Fatimah, tapi ternyata Fatimahnya menolak dan memilih Ali. Romantis, kan? Jadi tugas kita mah doa, ikhtiar, sama perbaiki terus hubungan kita sama Allah. Begitu kang!" Kata Raynanda pelan seolah tau apa yang sedang dipikirkan Ikhsan.
"Yang megang hati manusia kan Allah ya kang. Jadi, deketinnya ya Allah bukan manusianya." Lanjut Raynanda berusaha meredakan kekhawatiran Ikhsan.
"Ah kamu bisa aja Ray!" Ikhsan tersipu malu mengetahui Raynanda sudah tau kalau dirinya menyukai Husna. Alyazpun muncul dari arah pintu masuk masjid membawa tiga botol minuman dingin dan beberapa cemilan yang baru saja ia beli dari ibu-ibu penjual di sekitaran Al-Furqon. Yaitu bu Eli.
Bersambung..
Ditunggu vote dan komentarnya ya.
Jangan lupa baca karya terbaruku "Terus beranjak". Terimakasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Sajadah
Spiritual[Chapter 1, 2, 3, dan 4 belum direvisi.] Kisah hijrahnya seorang pemuda bernama Ongku Ikhsan dan perjalanannya dalam mengejar cinta Allah. Bagaimanakah kisahnya? Silahkan dibaca :)