Masa Lalu

1.4K 53 14
                                    

Hari itu, Sidiq sudah meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk itikaf di masjid Daarut Tauhid, dekat kampus. Hari itu adalah hari kamis. Di masjid Daarut Tauhid sudah menjadi kegiatan rutin setiap hari kamis menyelenggarakan kajian maraton dari sejak sore sampai jumat subuh. Dan Sidiq sudah berdiam diri di sana sejak sore. Melantunkan dzikir, membaca Al-Qur'an dan menikmati indahnya siraman rohani yang di sampaikan oleh ustadz Abdullah Gymnastiar atau yang lebih dikenal sebagai aa Gym setelah shalat ashar. Hatinya sedang butuh ketenangan. Akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengusik hatinya.

Ia memejam mata. Sekelebat bayang-bayang masa lalu, terutama saat dirinya berada di bangku SMA terlintas. Dulu ia adalah sosok yang bandel bahkan pembuli. Dulu ia hampir pernah membuat salah satu korban buliannya bunuh diri hingga akhirnya ia dipanggil oleh kepala sekolah dan mendapat pembinaan. Kedua orang tuanya yang dikenal sebagai sosok yang baik dalam ilmu agama akhirnya ikut tercoreng nama baiknya. Tak menyangka bahwa anak laki-laki yang mereka harapkan akan menjadi sosok yang baik ternyata berkelakuan diluar ekspektasi mereka.

Tak lama setelah kejadian itu, Sidiq mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya tapi Allah masih berkenan menyelamatkan dirinya untuk hidup. Dari situlah ia bertekad untuk memperbaiki segalanya. Memperbaiki jalan hidupnya dan kembali ke jalan Allah.

Bayang-bayang masa kelam itu sulit Sidiq lupakan. Sidiq terus berdzikir. Memuji nama Allah yang sampai saat ini masih memberikannya kesempatan untuk terus berupaya mejadi baik. Beberapa tetes air mata turun dari kedua pelupuk matanya. Betapa malunya ia pada Allah yang Maha Baik atas segala kebaikan dan Rahmat-Nya yang diturunkan kepadanya sedang ia sebenarnya masih sering lalai terhadap perintah-Nya. Juga terhadap teman-temannya, ia malu. Dirinya dikenal baik, memiliki akhlak lembut dan tidak memiliki masalah apapun. Padahal dirinya memiliki masa lalu kelam. Masa lalu yang hanya ia, keluarga dan Allah yang tau. Masa lalu yang mendorongnya untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi saat ini.

Sidiq masih memejam mata. Ketenangan yang diinginkannya perlahan hadir. Mengalir ke seluruh tubuh. Memang benar, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang. Itu yang dirasakan Sidiq. Ia makin tenggelam dalam nama-nama cinta Allah.

Sebenarnya hal yang membuat dirinya begini akhir-akhir ini adalah ketika beberapa hari lalu Ikhsan menceritakan traumanya berjalan sendiri dalam keramaian kepada Sidiq. Ikhsan bercerita bahwa penyebabnya itu adalah saat ia tak mampu menolong atau membela salah satu temannya yang dibuli oleh sebuah kelompok di sekolahnya dulu hingga temannya memutuskan untuk bunuh diri. Rasa bersalah Ikhsan membawanya membayangkan bahwa dirinyalah yang sebenarnya membuli orang itu. Dan perasaan Sidiq pun terbawa pada masa lalu.

"Aku berdosa ya Allah. Aku bersalah ya Allah." Ucap Sidiq lirih. "Laa laaha Illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya)." Doa yang terucap Nabi Yunus Alaihissalam ketika beliau berada dalam perut ikan paus pun terucap di bibir Sidiq. Air matanya makin mengalir deras. Lantunan Al-Qur'an di sekitar semakin membawa perasaannya larut dalam memohon ampun kepada Allah.

"Aku berdosa ya Allah. Aku telah dzolim." Ia menutup seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Astaghfirullaha wa atubu illaih"  Ia mengucapnya beberapa kali. Kepalanya tertunduk. Ia tak peduli orang-orang disekitarnya akan berpikiran apa melihat dirinya menangis. Yang penting ia ingin Allah tau bahwa ia benar-benar menyesal perihal masa lalunya.

"Hai anak adam, selama kalian berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikan ampunan kepada kalian atas semua dosa yang kalian lakukan tanpa Kupedulikan. Hai anak adam, seandainya dosa-dosamu mencapai ketinggian langit, kemudian kalian memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni semua dosa yang telah kalian lakukan tanpa Kupedulikan. Hai anak adam, seandainya kalian datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa sepenuh bumi, kemudian kalian datang kepada-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatupun, niscaya Aku akan datang dengan membawa ampunan sepenuh bumi, hadits riwayat At-Tirmidzi. Antum ingatkan?" Sultan tiba-tiba datang dari arah belakang. Kemudian duduk di samping Sidiq. Baru kali itu Sultan melihat sosok ketua rohisnya berwajah sesedih itu. Walau ia tak tau kesalahan mana yang membuat Siddiq menangis tersedu-sedu seperti itu, tapi ia tak mau temannya terlalu larut dalam kesedihan.

Cinta di Atas Sajadah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang