Hamba-Hamba Terpilih

2.3K 86 25
                                    

Begitu kelas selesai, semua mahasiswa langsung berhambur keluar. Begitupun dengan perempuan berkerudung biru langit, Husna dan teman baiknya, Farrah. Mereka langsung melesat keluar melewati mahasiswa lain untuk segera sampai ke lift. Tak lama kemudian lift terbuka. Ternyata lift lantai lima tersebut sudah terisi, tinggal muat untuk dua orang lagi. Husna dan Farrah cepat-cepat masuk. Lift terbuka di lantai satu. Semua keluar.

"Na! Aku masih penasaran mengenai lelaki di koridor tadi." Ujar Farrah sambil menyenggol sikut Husna. Tapi temannya tampak acuh.

"Tuh kan! Kamu tuh selalu cuek kalau ngomongin tentang laki-laki. Kenapa sih Na kamu kaya anti banget sama laki-laki?"

"Menjaga dari yang bukan mahram, tepatnya." Dengan cepat Husna menyahut. Kerudung biru langitnya begitu panjang menjuntai. Gamis panjangnya-pun secara sempurna menutup seluruh aurat. Beberapa pasang mata terpesona oleh kecantikan Husna yang baru saja keluar dari lift. Di mata mereka, Husna tampak anggun bak seorang putri. Husna yang tau dirinya diperhatikan, langsung mempercepat langkah. Mereka keluar dari gedung fakultas bahasa menuju arah masjid kampus, Al-Furqan.

"Hm.. Aku mengerti sih. Tapi kalau kamu jutek banget sama laki-laki kapan kamu dapat jodohnya Na? Banyak banget temen cowo di kelas yang bilang kamu jahat, cuek, acuh, jutek. Padahal aku tau kamu gak seperti yang mereka pikir."

"Gak apa-apa. Jodoh sudah ada yang mengatur." Jawab Husna santai.

"Na ayolah kamu tuh temen baik aku. Aku gak mau kamu dibenci sama mereka." Pandangan Husna yang semula selalu tertunduk kini mengarah kepada Farrah. Husna menatapnya begitu serius.

"Kamu tau Far kenapa aku cuek? Kenapa aku selalu tampak acuh sama yang namanya laki-laki?" Dengan cepat Farrah berucap "Menjaga? Menundukkan pandangan?" Farrah ingat dulu-pun Husna pernah menjawab seperti itu ketika dirinya menanyakan hal yang sama.

"Itu kamu sudah tau jawabannya. Far, menjaga itu perlu. Islam itu sangat menjaga sekali makhluk yang bernama perempuan. Islam memuliakannya." Belum juga selesai Husna dengan kalimatnya, Farrah kembali menyela. "Tapi Na, gara-gara kamu cuek terus, temen-temen cowo di kelas kita tuh menganggap kamu gak ramah. Ada yang pernah bilang sama aku katanya kamu jahat karena gak mau berjabat tangan. Kamu sombong."

"Gak apa-apa Far. Biarkanlah mereka berpikir seperti itu. Yang penting Allah tau kalau aku gak bermaksud seperti itu."

"Tapi kan Na..."

"Far, aku hanya berusaha melaksanakan apa yang seharusnya aku laksanakan. Termasuk untuk tidak bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. Kan sudah jelas dalam Al-Qur'an bersentuhan dengan yang bukan mahram itu dosa. Hukumannya juga berat. Justru aku akan jadi perempuan jahat bila aku mau berjabat tangan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Jahat karena sudah membuat dia berani melakukan dosa dan jahat juga kepada diriku sendiri karena tidak mampu menjaga amanah dari Allah. Kan Allah sudah bilang dalam Al-Qur'an bahwa sebagai seorang yang beriman kita harus menjaga diri dari yang bukan muhrim kita. Nah, menundukkan pandangan adalah salah satu caranya. Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Tuh sudah jelas perintahnya dalam surah An-Nuur. Dan aku gak bisa menolak."

"Kamu tau Far kenapa kita sebagai perempuan dan laki-laki harus saling menundukkan pandangan?"

"Bentuk penjagaan?" Farrah asal menebak.

"Iya, itu kamu tau lagi jawabannya." Husna tersenyum. "Far, syahwat seseorang itu bisa muncul dari sekedar saling pandang aja. Apalagi berjabat tangan coba? Kemungkinannya bisa lebih besar lagi. Syahwat itu bisa mendorong kita kemana aja. Membuat kita berangan-angan, membuat kita berharap berlebihan, bisa membuat kita jauh dari Allah. Dan itu dosa. Jadi bukannya aku sombong gak mau berjabat tangan, tapi memang karena gak boleh. Dan itu juga merupakan bentuk penjagaan aku. Bentuk penjagaan yang diperintahkan oleh Allah lewat Al-Qur'an untuk melindungi hamba-Nya dari dosa. Bentuk penjagaan Allah untuk Hamba-Nya dari apa-apa yang salah dan belum waktunya."

Cinta di Atas Sajadah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang