Kata Kata di Dalam Lingkaran

3 2 1
                                    

Sebuah orientasi. Biasalah ada di cerita. Sesuatu itu butuh tempat.

Dua lantai tinggi perpustakaan sekolah beratap datar. Tidak banyak yang kesini seperti di fiksi karena di bawah sana terlihat lebih menarik.

"Lo tahu nama gue?"

"Bunga Raya?" Tanda tanya untuk meyakinkan.

"Gimana?"

"Baca name tag lo."

Baiklah. Raya turun satu tangga. Sudut matanya melirik ke seragam sebelah dada kanan di atas saku.

"Gue kira lo beneran tahu nama gue," tolonglah. Raya ingin sekali menarik kalimat itu.

"Gue beneran tahu nama lo, kok" Sekala ingat di sela waktu maraton kemarin, "secara gak langsung."

"Maksudnya?" Raya penasaran. Posisi duduknya di semen atap ganti bersila menghadap Sekala.

"Pas liatin Bunga."

Oke. Raya balik ke posisi awal lihat lapangan upacara dengan rumput yang udah agak panjang itu.

"Nama lo bagus. Bunga Raya."

"Makasih," Raya masih heran bisa bisanya cuma karena ajakan liat atap, sekarang dia duduk berdua sama Sekala. Raya ulangi. SEKALA, "Nama lo juga bagus. Sekala Bumi," Raya kembali buka suara. Ya, membalas pujian.

"Iya."

Iya? Kenapa iya? Apa maksudnya iya?

"Iya.. karena B selalu berada di belakang A," seakan Sekala tahu isi pikiran Raya.

Bumi sama Agatha maksudnya?

"Cuma buat megangin payung doang?" Raya pikir, kalo dibelakang gak bakal keliatan dong.

"Seenggaknya ada ketulusan."

"Lo nya yang keujanan."

"Gue suka hujan. Mau kapan kapan ujan ujanan?" Ajakan yang tiba tiba. Raya gak yakin itu seriusan

"Dimana mana, cocok itu A sama A," Raya milih tetap lurus dalam topik. Gak mau terjebak di dalam lingkaran.

"Terus B sama B gitu?"

Eh? Bukan itu maksud Raya.

"Lo dipanggil Sekala bukan Bumi, gue dipanggil Raya bukan Bunga," UPS! Keceplosan.

"Hahahaha," tawa ganteng itu lagi, "S ternyata dibelakang R ya."

"Iya. Jadi bayangan."

"Terlihat tapi tak tersentuh?"

'Dekat tapi tak tergapai'

DialoGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang