12 : Daddy's Daughter

609 110 25
                                    

every firstborn daughter looks like the female version of her dad



BGM : Someday We Will Meet Again KLANG


**

SABTU PAGI yang cukup cerah, rumah minimalis dua lantai tempat Jef tinggal selama hampir tiga minggu masa day off-nya terdengar ramai oleh dentuman lagu anak-anak yang berpadu dengan suara cempreng Aiden yang sedang bermain-main di ruang keluarga ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SABTU PAGI yang cukup cerah, rumah minimalis dua lantai tempat Jef tinggal selama hampir tiga minggu masa day off-nya terdengar ramai oleh dentuman lagu anak-anak yang berpadu dengan suara cempreng Aiden yang sedang bermain-main di ruang keluarga bersama papanya. Bocah laki-laki itu duduk bersila di atas karpet dengan buku gambar berukuran A3 dan kotak krayon big size di hadapannya. Jemari tangan kanannya yang mungil menggenggam sebatang krayon berwarna biru muda, menggunakannya untuk mewarnai langit yang menjadi latar belakang dari gedung-gedung tinggi pencakar langit serta pesawat yang sedang melintas di udara—hasil guratan tangan Aga, tentu saja.

"Papa, coba lihat!" Aiden mengangkat hasil mewarnainya pada Aga, berusaha menarik perhatiannya papanya yang terlihat fokus menyusun ulang lego kereta api yang minggu lalu terjatuh dari rak penyimpanan mainan hingga tercecer berantakan. "Bagus enggak aku warnainnya?"

"Coba sini Papa lihat." Aga menyingkirkan sejenak lego kereta api yang baru disusunnya setengah, ganti melihat hasil gambarannya yang sudah diwarnai oleh Aiden. Teknik mewarnainya masih sama dengan teknik mewarnai anak-anak pada umumnya—belepotan dan tidak sinkron. Tapi alih-alih mengatakan kekurangan yang dibuat putranya secara blak-blakan, Aga justru tersenyum lembut dan meminta Aiden untuk berpindah tempat duduk ke atas pangkuannya. "Hasil mewarnainya sudah bagus. Aiden mau tahu enggak apa yang bisa bikin hasilnya lebih bagus?"

Aiden menengadah untuk menatap papanya. "Apa, Pa?"

"Aiden warnainnya satu arah, kayak gini." Aga memberi contoh. Dia menggunakan krayon berwarna hijau muda dan menggores sepetak bagian dari permukaan kertas buku gambar yang masih putih bersih menggunakan teknik pewarnaan satu arah, menciptakan hasil warna yang sinkron dan tidak belepotan. "Lihat, lebih rapi, kan?"

"Jadi kalau mewarnainya satu arah kayak Papa barusan hasilnya bakal jadi lebih bagus, ya?" Aiden mengangguk-angguk paham seolah baru saja berhasil memecahkan satu soal matematika super sulit. "Aku mau ambil buku mewarnai dulu di kamar buat mewarnai lagi!"

Bocah tampan itu beranjak dari pangkuan papanya kemudian berlari menuju tangga dan menaikinya perlahan satu demi satu menuju kamarnya di lantai atas. Tidak lama kemudian, dia kembali sambil membawa dua buku mewarnai di kedua tangannya. Begitu tiba di ujung anak tangga, Aiden melompat lalu kembali berlari menuju ruang keluarga. Karena saking semangatnya, Aiden jadi tidak memperhatikan langkahnya sampai kemudian dia terjegal oleh tepian karpet tebal yang melapisi lantai ruang keluarga dan jatuh terjerembab dengan dagu membentur lantai cukup keras. Tangis kesakitannya langsung pecah dan Aga yang terkejut tidak berpikir lama untuk beranjak dan mengangkat Aiden ke atas lengannya, memeriksa kalau-kalau ada luka di dalam mulutnya karena benturan baru saja.

GRAVITY (중력) | Jaehyun (재현) x Joy (조이)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang