18 : Goodbyes Sure Do Suck

574 103 59
                                    

their love was strong

but timing was wrong

and love decided that they didn't belong



BGM : All Again Ella Henderson

**

SINGAPORE, 2014

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SINGAPORE, 2014

Menikmati gemerlap kota yang disajikan di depan mata melalui dinding kaca penthouse yang ditempatinya selama beberapa bulan terakhir bersama Erlang dan Irina, Joyce duduk di atas kursi malas sambil membuai perutnya yang menonjol dari balik maternity sleepwear. Alunan musik klasik dari phonograph di samping tempat duduknya menggema dipantulkan langit-langit ruangan. Perempuan itu tersenyum kecil ketika merasakan gerakan samar di bawah telapak tangannya. Pertanda dari kehidupan satu makhluk kecil yang eksistensinya sempat dia tolak dan pernah beberapa kali berusaha dia singkirkan bersama dengan hidupnya sendiri yang dia anggap terlalu menyedihkan.

Satu. Well, iya, satu. Mengingat saudara kembarnya tidak bisa bertahan setelah tindakan laser ablation yang dilakukan tim medis sebulan sebelumnya. Rasanya menyakitkan—sangat menyakitkan—mengingat nasib Theresa yang tidak sebaik Josephine, sampai-sampai Joyce berpikir kalau saat ini Tuhan sedang menghukumnya karena pernah berusaha menghilangkan eksistensi keduanya dengan membunuh dirinya sendiri.

Joyce menunduk untuk menatap pergelangan tangan kirinya—tempat di mana bekas luka dari irisan pisau masih menyisakan bekas yang sekilas terlihat mengerikan sekaligus menyedihkan. Seputus-asa itukah dirinya waktu itu ketika mendapati kalau dirinya tengah mengandung janin dari laki-laki yang sudah menghancurkan seluruh aspek baik dalam hidupnya—luar dan dalam?

Anak-anak ini—Joyce menyadari—mereka sama sekali tidak bersalah. Tidak seharusnya mereka ikut terkena cipratan dari kegetiran yang Joyce rasakan. Mereka tidak pernah meminta eksis—tidak pernah meminta untuk diciptakan. Joyce saja yang terlalu jauh tenggelam dalam buaian cinta palsu berbalut hasrat yang menyesatkan. Kalau ada yang harus disalahkan, tentu bukan anak-anak yang salah satunya sedang berbagi nyawa dengannya ini, tapi dirinya sendiri... dan laki-laki itu.

Jeffrey Digdaya Jagratara.

Selepas kejadian berdarah di rumah sakit pagi itu—saat Joyce yang sedang gelap mata nekat mengiris pergelangan tangannya sendiri, dan beruntungnya Irina datang tepat waktu sehingga pertolongan pertama bisa dilakukan dengan segera—dia masih belum berpikir kalau dia akan mampu menerima kehamilannya. Memangnya bagaimana bisa? Bagaimana Joyce bisa menerima bayi yang ayahnya begitu dia benci? Bagaimana dia bisa menimang dan merawatnya, ketika hanya dengan membayangkannya saja dia langsung merasa tidak sanggup berdiri?

GRAVITY (중력) | Jaehyun (재현) x Joy (조이)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang