14 : The Ties That Bind

531 99 20
                                    

feelings that come back are feelings that never left



BGM : Lacrimosa Mozart

**

"AYAH, tadi waktu di kelas, Bu Guru kasih materi soal komponis musik klasik dunia sama nunjukin contoh-contoh instrumen yang mereka ciptakan, loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AYAH, tadi waktu di kelas, Bu Guru kasih materi soal komponis musik klasik dunia sama nunjukin contoh-contoh instrumen yang mereka ciptakan, loh." Josie dengan semangat menceritakan kegiatan yang sejak pagi dia lakukan selama mengikuti pembelajaran pada Jef ketika mereka sedang dalam perjalanan untuk mencari makan siang. "Salah satu yang tadi diajarin sama Bu Guru judulnya Lacrimosa. Instrumennya bagus banget, Yah. Aku suka."

Jef tersenyum bangga pada Josie tanpa mengalihkan atensinya dari jalan raya yang siang ini cukup ramai di depan sana. Dia tahu instrumen Lacrimosa yang baru saja disinggung oleh putrinya. Instrumen ciptaan Mozart tersebut dikenal dengan nama 'Our Lady of Sorrows' dan sering dimainkan dalam acara-acara keagamaan. Jef juga pernah memainkannya dulu saat dia, Kat, dan Josette masih anak-anak dan masih rutin mengikuti sekolah minggu. "Josie udah bisa mainnya belum?"

"Aku baru dengar instrumennya hari ini, Yah, jadi kayaknya masih belum begitu lancar meskipun pakai bantuan not di buku partitur." Josie menoleh ke arah Jef yang sibuk mengemudi. "Ayah bisa? Kata Mama, permainan pianonya Ayah juga bagus?"

Jef merasa senang mendengar pertanyaan Josie. Sepertinya meskipun tidak secara terang-terangan, Joyce cukup sering menceritakan tentang dirinya pada putri mereka. Baguslah. Artinya benar apa yang pernah Kat katakan padanya saat itu. Joyce tidak benar-benar membencinya. Perempuan itu hanya marah—pada dirinya sendiri terutama karena sudah memberi Jef kemampuan untuk menggenggamnya sampai hancur. "Ayah udah cukup lama nggak main piano, sih. Tapi kayaknya masih ingat sedikit-sedikit gimana instrumennya Lacrimosa. Kamu mau dengar Ayah main piano?"

"Mau!" Josie mengangguk penuh semangat sambil tersenyum lebar. "Boleh, Yah?"

"Oh, boleh dong. Emangnya apa yang enggak sih buat kesayangan Ayah ini?" Jef melepaskan satu tangannya dari roda kemudi untuk mengusap sekilas puncak kepala Josie. "Habis kita makan siang, Ayah ajak kamu ke apartemen tempat Ayah tinggal. Di kamar Ayah ada piano yang dulu cukup sering Ayah mainkan. Nanti kita bisa belajar bareng-bareng buat hafalin instrumen Lacrimosa-nya, oke?"

"Oke, Yah." Josie menurut. Anak itu kemudian menggoyangkan kepala dan kedua kakinya seirama, mengikuti lantunan musik klasik milik J.S Bach yang mengalun dari stereo mobil. Kata Mama, dulu waktu dia masih di dalam perut, Mama sering tiba-tiba ingin mendengarkan musik klasik. Mama bahkan sampai meminta Uncle Erlang untuk membelikannya satu set piringan hitam beserta phonograph-nya sekaligus untuk berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu dia terbangun tengah malam dan ingin mendengarkan musik klasik. Hal tersebut sepertinya yang kemudian berdampak pada ketertarikan Josie pada musik klasik sejak usianya masih dua tahun.

GRAVITY (중력) | Jaehyun (재현) x Joy (조이)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang