12. Seseorang Kembali

964 160 68
                                    

"Kok dilepas kerudungnya Fir?"

"Hehe, kan udah selesai ngajinya." Fira tersenyum lebar kala temannya itu menegur pergerakannya. Kelas IPA 1 baru saja selesai pelajaran agama. Dan kali ini, materinya adalah holaqoh.

"Padahal cantik loh kalo make kerudung."

Fira memanyunkan bibir bawah, merasa bahwa belum pantas memakai salah satu selembar kain suci ini. "Gue yakin kok suatu saat nanti pasti gue bakal make kerudung. Tapi gak sekarang... Belum dapet hidayah mungkin. Lu doain gue dong makanya!"

"Yah Fira... Hidayah tuh gak cuma ditunggu. Tapi dikejer."

Fira mengerutkan kening, belum terlalu paham apa yang dimaksud Maryam. "Gimana gimana?"

"Allah itu pasti selalu kasih hidayah sama hamba-Nya, tapi terkadang kita-nya aja yang tanpa sadar menolak hidayah itu, padahal mah aslinya hidayah udah di depan mata."

"Tapi Mar... Dari mana gue bisa tau kalo hidayah udah di depan mata?"

Maryam tersenyum hangat ke arah perempuan yang belum lama mengisi harinya ini, yang tanpa sadar sudah menjabat menjadi sahabat di sekolahnya, "Dengan aku ngingetin seperti ini, itu secara gak langsung Allah udah ngingetin kamu lewat perantara dari aku. Tapi apa hasilnya? Kamu menolak kan, dengan alasan belum dapat hidayah."

Fira bungkam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Namun kata-kata itu seakan menampar hati kecilnya. Ia memikirkan segala perkataan Maryam, menusuk namun tak melukai. Kata itu terasa jahat di telinganya, namun nyatanya benar.

Jadi... Kapan lo mau ambil itu Fir?

-CRIS-

Kriing!

"Zuhur Fir, ayok!" Maryam sudah semangat bergegas ke masjid, menghampiri peristirahatan keduanya setelah rumah.

"Hari ini solat gak ya? Lagi mager banget nih."

Maryam menghembuskan nafas jengah, seperti sudah biasa melihat pemandangan yang seperti ini.

"Maksud gue... Kemaren kan udah solat Mar. Lu tau sendiri, gue solatnya jarang-jarang, kemaren gue solat tuh rasanya bangga banget! Sekarang stop dulu, biar selang seling, hehe."

Maryam menggeleng kecil, memandang datar teman disampingnya. "Solat Firaa, orang yang solat aja gak dijamin masuk surga. Gimana yang gak solat?"

"Ih elo mah! Nakutin aaah! Gue kan pasti bakal rajin solat kalo udah waktuny- eh eh... Mar kok ninggalin sih?!" Dengan segera Fira mengambil mukena dibawah kolong meja, lalu bergegas menghampiri Maryam yang hampir meninggalkannya.

"Lo kalo ke surga ngajak-ngajak ih!"

-CRIS-

Di hari berikutnya, tak ada yang spesial. Fira hanya duduk termenung di kelas menunggu sahabatnya selesai duha. Sudah seperti tradisi, jika Maryam izin pergi solat duha, dirinya lebih milih menunggu di kelas sampai Maryam kembali dan pergi ke kantin bersama.

"Ah, beteee! Maryam lama banget si solatnya? Tik tok-an dulu apa ya tu bocah?!"

Ia berdecak, entah apa yang menariknya untuk berdiri dari tempat singgasana. "Fine, gue samperin aja. Terus langsung cus ke kantin." Hari ini, kali pertama Fira menghampiri Maryam yang sedang solat duha. Entah kejadian apa lagi yang akan dia alami saat sudah sampai.

"C-cris?" Bukannya Maryam. Fira malah mendapati Cris, orang pertama yang berdiri tepat di depan masjid.

Cris menoleh, memandang datar perempuan yang sekarang sedang terpaku menatapnya. "Ng-ngpain lo?"
Bukan apa, Fira lebih merasa takut bertanya pada Cris mengingat lelaki itu incaran para hawa, dan sangat jarang berinteraksi dengan gadis. Ia memilih berhati-hati dalam berbicara, apalagi mengingat dirinya tidak pernah berbincang pada Cris sebelumnya.

Diferencia (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang