10. Terjadi Lagi

1.1K 192 118
                                    

Malam ini bintang-bintang tampak menyapa kehadiran Cris yang sedang berdiam diri di kursi tempat biasa ia berbicara kepada Bilal. Tak ada hal khusus. Dirinya hanya ingin beristirahat dari kejamnya dunia fana yang tak berhenti memberi banyak kejutan di dalam hidupnya.

Contohnya, kejadian beberapa jam lalu, kejadian yang sebenarnya sama sekali tak Cris duga akan menimpanya.

"Mau pada kemana?"

"Ke gereja. Ikut yuk, Cris!" Tania tersenyum merekah memandang anaknya. Seakan tak ada apa-apa dari kalimat itu.

"Hm, duluan aja."

Dari jarak beberapa meter, ada seorang anak lelaki berlari-lari kecil mendekati keduanya, dengan senyum lebar yang melengkapi kesan imut pada dirinya. Itu adalah Bryan. Salah satu sepupu terkecil dari keluarga ayahnya.

"¡Vamos! " (Ayok kita berangkat!) Ajak anak kecil itu. Jangan lupakan keluarga Alex yang masih menginap beberapa minggu ke depan di kediaman keluarga ini.

", adelante." (Ya, kau duluan saja.) Jawab Cris seraya mengacak pelan rambutnya yang kecoklatan. Senyum tak luput hadir juga agar ucapannya terasa hangat.

Cris berjalan menuju kamar, namun langkah itu harus terhenti dengan kehadiran Alex yang kini sudah menghadang sempurna di depannya. Tentu saja, ia sangat tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Ganti baju. Masuk mobil, kita ke gereja hari ini," ucapnya tegas. Alex seperti tidak ingin ada penolakan hari ini. Setidaknya jangan di depan keluarga besarnya.

"Papah pasti tau 'kan apa jawaban Cris?"

"Ganti baju." Alex memberi sedikit penekanan pada ucapan.

Cartez yang baru turun dari kamar atas memandang keduanya. Tatapannya sulit di artikan. Ia seperti ikut merasakan kepahitan yang ada di keluarga ini. Namun apa boleh buat? Berdiri memandangnya sambil berdoa pada Tuhan adalah satu-satunya jalan yang aman untuk dia ambil.

"All right. Nanti Cris nyusul," jawabnya acuh.

"Kamu jangan malu-maluin papah di depan keluarga besar ini, Cris!"

"Jadi papah mau Cris beribadah untuk nutupin rasa malu papah?"

Kini beberapa pasang mata mengarah pada mereka. Tania memandang keduanya, hatinya lagi-lagi teriris harus melihat pemandangan ini. Kapan Cris akan berubah seperti dulu lagi?

"Apa si yang ada di pikiran kamu? Kamu pengen Raya siuman kan?!" Kini ia benar-benar meneriaki anak lelakinya itu.

"Bukan cuma Raya Pah. Cris kehilangan semuanya. Bahkan Cris kehilangan kasih sayang papah."

"Papah gak pernah berhenti untuk menyayangi kamu Cris. Tapi menjadi kewajiban papah untuk bersikap tegas kalo kamu lalai menjadi seorang umat-

"Apa yang papah harapin? Apa Raya siuman? Mendingan? Nggak. Masalah kita malah makin numpuk Pah."

"Justru itu seharusnya menjadikan kita untuk terus giat berdoa sama Tuhan. Bukan malah meninggalkan Tuhan dan acuh kayak kamu Cris! Apa yang mau kamu bawa di akhirat nanti hah?! Mau sampai kapan kayak gini? Sampe Tuhan beri kamu pelajaran?!"

Diferencia (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang