🌵Sepuluh

22 2 0
                                    

Pagi-pagi Cahaya ditinggal sendirian di rumah. Memang sepertinya benar-benar dia yang pengangguran di rumah ini. Mas Arian sudah pasti sedang dinas, ayah kerja, ibu ada kegiatan dengan geng pengajiannya, bang Fadil sibuk mengerjakan proyek bareng dosen. Cahaya itu paling bingung kalau sendirian. Apalagi dia sedang tidak puasa. Jadi, dia sengaja bangun siang, tapi saat bangun tidak ada siapa-siapa di rumah. Pantas saja dia merasa nyaman tanpa ada yang mengetuk pintu kamarnya berkali-kali atau sekedar teriakan ibu.

Cahaya sarapan dengan sisa-sisa sahur orang rumah. Setelahnya dia mandi pagi agar tidak diomeli panjang oleh ibu saat pulang nanti. Kata ibu, kalau sedang haid mandi harus 2 kali sehari, wajib tanpa toleransi. Peraturan yang ditetapkan ibu untuk orang rumah. Yang lain sih iya-iya saja, karna mas Arian, ayah dan bang Fadil mana merasakan kedatangan tamu bulanan. Jadi secara tidak langsung peraturan tersebut dibentuk hanya untuk dirinya.

Via Whatsapp Group

Keluarga Tn. Hasan

Pada pulang jam berapa?

Tn. Hasan
Biasa sore. Kenapa?

Bang Fadil
Malem, mau nitip apa, Ya?

Bang dil emang paling TOP yang lain bengbeng.
Sate padang ya, bang. Hihi🤭

Ny. Hasan
Dek beli syrn. Ibu mles mampir2
Duitnya di atas kulkas..

Bilang males juga boleh gaksi, bu?

Ny. Hasan
Beli ikn nila y.. Klo ada yg msh idup.
Sm beli kangkung. Lgsg potekin. Biar ibu plg tgl msk.

Iya

Cahaya malas-malasan memakai gamisnya dari lemari. Benar-benar datang bulan berikan rasa malas untuknya berkali lipat. Menggunakan pakaian rapi, Cahaya keluar rumah setelah ambil uang di atas kulkas yang sudah ditinggali oleh ibu. Sepertinya memang sudah direncanakan ibu untuk dia yang belanja sayur hari ini. Cahaya sih mending suruh ke pasar sekalian sebenarnya dibanding ke tukang sayur. Rame ibu-ibu soalnya, Cahaya suka malas. Tidak menjawab, nanti dibilang sombong. Dijawab sesukanya takut dibilang cari ribut. Dia kan juga lelah pencitraan.

"Eh anak gadis, rajin banget ke tukang sayur" Cahaya cuma tarik senyum seadanya.

"Mang ikan nila sekilo. Yang idup ada?"

"Gaada, adanya yang udah dibersihin. Mau?"

Ya maulah. Kalau tidak, nanti dia yang disuruh bersihkan oleh ibu.

"Gakpapa. Masih seger kan mang?"

"Masih, udah sahur kan tadi pagi"

"Hah?"

Jokesnya tidak sampai di Cahaya. Perutnya tiba-tiba sedikit terasa kram. Tidak kepikiran apa-apa lagi selain cepat pulang dan berbaring. Selain mas Arian yang benci dengan hari-hari awal dia datang bulan, dia sendiri juga benci dengan rasa sakit yang suka timbul. Tidak selalu, tapi ya terkadang. Keluhannya pun bisa berbeda-beda, sakit pinggang, kram perut, pegal-pegal dan yang terparah sekaligus memalukan kentut sepanjang hari.

30 days Cahaya RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang