See You

326 45 9
                                    

"Yaak apa yang kau lakukan?"
Teriak seorang lelaki pada gadis yang sedang meletakan sesuatu di bawah meja komputernya.

Gadis itu segera melompat dari balkon kamar dan kabur. Lelaki tadi tak sempat menangkapnya.

"Sial!!"

"Ada apa hyung?"

"Ada apa Baek?"
Tanya beberapa lelaki memasuki kamar.
Sedangkan lelaki tadi segera mengambil sesuatu di bawah meja tadi. Sebuah mini camera dan microfon.

"Apa ini baek?"

"Aku melihat sesaeng fans, dia nekat memasuki kamarku saat aku mandi tadi. Dia berencana memasang kamera dan microfon ini disini."
Baekyun lelaki tadi mengacak rambutnya frustasi. Karna dalam seminggu sudah 3 kali hal ini terjadi.

"Kita harus melaporkanya. Ini sudah sangat melanggar privasi."
Seorang lelaki tinggi terlihat marah. Teman yang lain pun juga mulai khawatir, dorm tempat mereka kini mulai tidak aman.

"Biar aku selesaikan. Tak usah membawa ke pihak berwajib hyung. Aku akan menanganinya sendiri."
Putus Baekyun.
Entahlah ia hanya kesal dan muak dengan kelakuan sesaeng fans ini.

Sedangkan di lain tempat, gadis berambut pendek itu tengah menormalkan jantungnya. Ia kehabisan nafas setelah berlari.
Saat ia akan berlari telfonnya berdering.

'Yaak di mana kau Yuki sialan. Kenapa kameraku tidak terhubung!! Apa kau sudah melakukan dengan benar. Aku sudah merindukan Baekyunie ku kau tahu.'

Yuki menghela nafas lelah.

"Kau tau Yerin, kau sangat pengecut. Kau mengorbanku untuk menguntit idola bodohmu itu. Apa kau tau aku tadi hampir ketahuan. Kalau saja aku tak lari mungkin aku akan di penjara sekarang."
Katanya kesal pada seseorang yang di panggilnya Yerin itu.

"Karna aku sudah membayarmu bitc. Bukankah sudah ku katakan, aku tak ingin gagal lagi kali ini.jadi lakukan pekerjaanmu dengan benar bodoh!!"

Gadis itu mendesah pasrah. Harusnya ia sudah biasa dengan sikap Yerin. Pasalnya gadis itu akan berasikap semaunya. Yuki memang harus melakukan pekerjaaan ini. Ia butuh biaya untuk membayar biaya rumah sakit ibunya. Keluarga satu-satunya yang ia miliki.

"Baiklah. Tapi aku tak mungkin kembali sekarang. Mereka akan menangkapku. Nanti saat mereka latihan aku akan memasangnya kembali."

Setelah itu panggilan di akhiri begitu saja.

Yuki berniat makan ramyeon di toserba dekat dorm saja. Agar ia mudah mengintai. Saat Yuki akan menggambil air mineral sebuah tangan mendahuluinya.

"Ah maaf."
Yuki menundukan kepalanya.
Lalu secepat kilat mengambil air mineral. Yuki tahu bahwa tangan itu milik Baekyun. Seseorang yang di ikutinya hampir 3 bulan ini.

Namun saat akan berlari Baekyun mencekal tanganya.

"Tunggu, apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kau familiar."
Kata Baekyun mencoba melihat wajah di depanya.

"Tidak. Aku baru saja pindah ke daerah sini.".
Kata Yuki tersenyum kikuk.

"Ah maaf. Aku kira kau orang yang ku kenal."
Baekyun membungkuk, Namun sebuah smirk tercetak di bibirnya.

Yuki segera membayar minuman serta ramen yang di ambilnya.
.
.
.
.
.
.

Yuki mengamati keadaan dorm itu. Sepertinya semua member telah pergi. Yuki segera menyamar sebagai pegawai kebersihan. Ia memakai seragam dan tanda pengenal.
Ia berjalan tenang memasuki dorm Exo.
Ia mulai dengan melihat lihat ruangan, memastikan bahwa tidak ada orang di ruangan itu. Yuki lalu melanjutkan langkahnya ke kamar Baekyun yang sudah ia hafal.

Yuki memasuki kamar tergesa. Ia memasang beberapa kamera mini di berbagai titik. Ia ingin pekerjaan ini cepat selesai.
Saat Yuki sibuk dengan kamera di bawah tempat tidur. Seseorang berdecih.
Ia hanya mengamati.

"Ehem, Apa yang di lakukan tugas kebersihan di kamarku?"
Tanya Baekyun. Membuat Yuki menegang takut. Ia sudah tertangkap basah.

"Ma-maaf, saya melihat kecoa masuk ke dalam kamar anda tuan."
Kata Yuki secepatnya mencari alasan.

"Ah kecoak. Dimana kecoak itu? Apa kecoaknya seperti ini?"
Baekyun melempar 5 kamera mini di lantai. Lalu menginjaknya dengan sadis.
Yuki bersiap lari, Baekyun yang menyadari pergerakan Yuki segera mencekal tangan gadis itu.

"Apa kau benar Fans ku?"
Tanya Baekyun dingin.
Yuki hanya diam.
Ia sudah ketahuan.

"Apa kau begitu terobsesi padaku? Sampai kau harus melakukan semua ini. Bahkan kau memasang kamera ini di kamar mandiku?"
Baekyun bertanya pelan.

Baekyun membuka masker yang Yuki kenakan.
Pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata Yuki.
Netra coklat itu seakan menghipnotisnya.

"Jadi. Aku harus bagaimana? Melaporkanmu ke polisi?"
Tanya Baekyun setelah menyadarkan dirinya.

"Aku mohon jangan. Ibuku sedang sakit."
Air mata Yuki mulai menggenang. Ia tak boleh di tahan. Ibunya nanti tidak akan ada yang mengurus.

"Lalu kenapa kau bisa disini sedangkan ibumu sakit nona?"
Tanya Baekyun mengurung Yuki pada kungkunganya.

"Aku butuh uang. Aku hanya di bayar untuk menguntitmu."
Cicit Yuki.
Ia akan melakukan apapun agar ia tak di penjara.
Baekyun menghela nafas.
Ia harus memanfaatkan gadis itu untuk menangkap sesaeng fans yang gila itu.

"Jadi kau di bayar untuk mengikutiku? Lalu apa kau tak tertarik kepadaku?"
Tanya Baekyun menggoda.

"Aku tidak."
Jawab Yuki cepat. Terlalu cepat membuat Baekyun terkekeh.
Ia menempatkan wajahnya di depan wajah Yuki. Yuki hanya bisa memejamkan matanya rapat.

"Berharap di cium eh?"
Baekyun mengejek Yuki.
Membuat gadis itu memerah malu.

"Jadi apa yang aku dapat jika aku tak melaporkanmu ke polisi.?"
Tanya Baekyun menjauhkan wajahnya.

"Apapun. Apapun yang kau minta."
Balas Yuki cepat.
Ia tak ingin kehilangan kesempatan untuk bebas.

"Apapun?"
Baekyun memastikan.
Yuki mengangguk.

"Baiklah. Aku akan menghubungimu jika aku membutuhkanmu. Jadi tinggalkan nomormu disini."
Baekyun menyerahkan handpone nya pada Yuki.

Yuki lalu mengetikan nomornya di hp Baekyun.

"See you."
Baekyun melambai saat Yuki pergi.

.
.
.
.
End.


Maaf beribu maaf.
Saya upublis karna saya nggak bisa lanjutin udah buntu bgt. Jd draf pun udah saya hapus.
Semoga suka.

JALAN CERITA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang