Yeo Hwanwoong. Nama itu selalu muncul dalam benakku sedari tadi. Hari ini adalah hari dimana aku akan pergi meninggalkan Floserianne untuk sementara waktu, dan aku bertekad untuk pergi ke dalam Hutan Sephtis tanpa kehilangan nyawaku sendiri.
"Aku yakin bisa menemukannya," ucapku dalam meyakinkan diri sendiri, seraya memegang kalung pemberian ibuku.
Aku meminta salah satu pelayanku untuk membawa Kesatria Lee ke kamarku, ada satu hal penting yang ingin kubicarakan padanya. Aku mendengar suara ketukan pintu sebelum pintu kamarku terbuka secara perlahan.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan Putri?"
Aku tersenyum dan menoleh ke arah pria dengan rambut pirang itu berada.
"Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan padamu sebelum kita pergi," ia menatapku tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, tampak menunggu agar aku melanjutkan ucapanku.
"Aku ingin pergi ke suatu tempat, tanpa diikuti kamu dan juga Jinyoung. Kalau aku hilang tanpa jejak nanti, tunggu aku di reruntuhan Kerajaan Einbrecht ya?"
Sorot matanya terlihat khawatir, "Kamu akan pergi sendiri? di luar sana berbahaya, Tuan Putri."
"Tenang saja, aku pasti akan menemuimu tanpa meninggalkan satu luka pun di tubuhku."
✦ ✦ ✦ ✦ ✦
Di sinilah aku berada, di tengah hutan bersama dengan kedua rekanku dan kuda putih yang selalu menemaniku. Jarak diriku dengan Hutan Sephtis semakin dekat. Rasa takut mengelilingi sekujur tubuhku.
"Kalian bisa tunggu disini sebentar? jangan ada satu dari kalian yang mengikutiku."
Aku turun dari kuda yang ku tunggangi, berjalan menuju hutan penuh kabut yang dapat menutupi jarak pandangku. Aku menghela napas, tempat ini sangat penuh dengan mayat hingga baunya menusuk indra penciumanku.
Kudengar suara kaki yang berjalan mendekat, namun aku tidak tahu dimana pemilik suara ini berada. Beberapa detik kemudian, mataku ditutup oleh kain hitam dan badanku ditahan oleh seseorang di belakangku hingga aku tidak dapat memberontak.
"Jangan bunuh aku! Aku disini untuk bertemu dengan tuanmu, Yeo Hwanwoong!" teriakku dengan lantang, namun mulutku disumpal dengan kain hingga aku tidak menyadarkan diri.
✦ ✦ ✦ ✦ ✦
Aku sudah sadar, tetapi aku tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan diriku sendiri. Mataku masih tertutup serta sumpalan kain kotor itu masih menutupi mulutku. Kedua tanganku juga diikat ke belakang. Sejujurnya aku sangat ketakutan, namun aku tidak boleh terlihat lemah agar mereka tidak membunuhku.
Kurasakan seseorang menarik tubuhku dengan paksa, tubuhku didorong sehingga aku berlutut dan akhirnya sumpalan itu dilepaskan dari mulutku.
"Jangan berteriak, katakan siapa namamu," kurasa aku berhasil menemui dirinya, sang penguasa Hutan Sephtis yang dipercaya sudah mati sejak ia pergi dengan para pengikutnya.
"Mengapa kau menutup mataku? Apa kau takut? Si penguasa hutan kematian takut akan seorang wanita lemah? Singkirkan kain kotor dari wajahku baru aku akan menjawabmu."
Ia sama sekali tidak menggubris pertanyaanku, melainkan ia bertanya kepada pelayannya mengenai perhiasan yang sudah mereka rampas dari diriku.
"Bagaimana bisa kalung berlian milik keluarga kerajaan ada padamu? Apa kau mencurinya?"
Ia meragukanku. Aku tak dapat menahan amarahku ketika ia menanyakan hal tak terpuji itu kepadaku. Aku menjelaskan padanya bahwa aku Park Siyeon, putri kedua dari Kerajaan Floserianne.
"Lalu mengapa kau menginjakkan kaki kemari? Tidakkah kau masih ingin hidup?"
"Aku kemari untuk memohon emas murni yang aku dengar kau bawa lari bersama setengah warga Léomara."
Ia bertanya lagi dan lagi, seolah ingin membuat rasa takutku memuncak. Namun aku tidak sebodoh itu untuk menunjukannya, kurasa ia tidak menyadari bahwa aku adalah seorang wanita yang pandai berbicara. Aku terus berbicara untuk meyakinkannya hingga hening menyelimuti ruangan ini.
"Aku memercayaimu, Yeo Hwanwoong," ucapku dengan lantang.
𓂃𖥔 𝕱𝖑𝖔seri𝖆𝖓𝖓𝖊, 1037.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daredevil.
FantasyMereka menatapku seolah aku tidak akan bisa menjadi ratu selanjutnya, namun kurasa mereka tidak mengenalku yang sesungguhnya, aku Park Siyeon, putri kedua dari Floserianne yang penuh ambisi.